Pria Baik

1042 Words
"Terima kasih." Felisha menutup pintu setelah pegawai villa yang mengantarkan pesanannya pergi. Beberapa macam makanan dan minuman untuk sarapan. Tidak lupa kopi untuk Saka dan pakaian baru untuk mereka berdua. Dia melirik pintu kamar mandi yang rertutup rapat dengan suara air yang mengalir. Menandakan jika Saka telah memulai acara mandinya. Lalu perhatiannya teralihkan ketika ponsel milik pria itu berdering dan nama kontak Valerie yang memanggil. Dan ini untuk kedua kalinya perempuan itu menelfon pagi itu. Felisha mengabaikannya seraya memulai kegiatan sarapannya untuk mengisi perutnya yang kerocongan sejak semalam, karena Saka tak membiarkannya untuk setidaknya makan sesuatu sebelum mereka mengulang aktifitas intimnya lagi. Dan setelah pria itu benar-benar merasa puas, maka Felisha sudah tak lagi punya tenaga untuk terjaga yang akhirnya membuat dirinya terlelap segera setelah membersihkan diri. "Kau sarapan tanpa aku, Baby?" Pria itu muncul dengan hanya mengenakan handuk yang dililitkan di pinggang. Tubuh kekarnya masih sedikit basah dengan titik-titik air yang mengalir dari rambut hitamnya. "Maaf, aku merasa sangat lapar jadi …." Felisha menegakkan tubuhnya. "It's oke, kau pantas mendapatkannya se awal ini." Saka mengusap puncak kepalanya, lalu dia menunduk untuk mengecup telinga perempuan itu. Yang berlanjut menuruni leher dan dia menyingkap bathrobe yang Felisha kenakan agar dapat mencapai pundaknya juga. "Istrimu … tadi menelfon." Felisha melirik benda pipih diatas meja. "Benarkah?" Saka melepaskan cumbuannya. "Ya, dua kali." "Hmm … kau tidak menjawabnya bukan?" Saka memicingkan mata. "Tentu saja tidak, mana berani?" Felisha mendongak ketika pria itu menegakkan tubuhnya. "Such a good girl!" Saka kembali mengusap puncak kepalanya. Dia kemudian melakukan panggilan kepada Valerie. "Ya sayang? Maaf, tadi aku sedang di kamar mandi." Saka duduk di sofa di samping Felisha. Lalu terdengar suara Valerie berbicara. "No, aku memang tidur di hotel." Suara perempuan itu terdengar lagi. "Yeah, tanggung. Semalam aku harus menyelesaikan pekerjaan dan merasa malas untuk pulang. Jadi aku putuskan saja untuk tetap di Starlight," bohongnya seraya melirik kepada Felisha yang menutup mulutnya rapat-rapat. Valerie terdengar bicara panjang lebar dan Saka mendengarkan dalam diam. Namun sesekali pria itu menjawab dengan gumaman. "Uh'um." Dia menatap Felisha yang melanjutkan acara sarapannya. "Yeah you right." Pria itu memperhatikan caranya makan yang terlihat tenang. "No, mungkin kau harus mengikuti ide kakakmu agar hotelnya berkembang dan clubnya semakin dikenal." Saka menatap leher Felisha yang naik turun setiap kali dia menelan makanan dan meneguk air minumnya. Dan hal itu membuat darahnya kembali berdesir. Perempuan itu terlihat menggoda apa pun yanh dia lakukan. Apa lagi ketika Felisha lebih lama terdiam dan memperhatikannya yang sedang berbicara dengan Valerie di telfon, hal itu malah membuatnya merasa gemas sendiri. "Saka!" Valerie terdengar sedikit menaikan nada suaranya ketika pria itu tidak meresponnya. "Yes honey? I'm sorry." Saka pun tersadar dari lamunannya. Lalu Valerie kembali berbicara. Entah apa yang dia bahas hingga berlangsung lama seperti itu dan Saka dengan tenang meladeninya. Meski dia terlihat sangat bosan tapi pria itu berusaha tetap mendengarkan suaranya yang seperti nenek sihir sedang mengucapkan mantra. Mengoceh tanpa jeda dan tak membiarkan Saka untuk membantahnya. Pria itu hanya menjawabnya dengan gumaman atau kata ya dan tidak. Selebihnya dia hanya menyimak. Saka menempelkan punggungnya pada sandaran sofa. Tampaknya dia sudah jengah dengan ocehan istrinya namun tak ada yang mampu dia lakukan selain mendengarkan. Sesekali Saka meremat rambut di kepalanya yang kini sudah setengah kering dan Felisha menyimak hal itu dengan rasa jengah pula. Pantas saja pria ini mencari pelampiasan diluar karena istrinya semenyebalkan itu? Tapi mengapa dia begitu menurut kepada Valerie, sementara kehidupan pernikahan mereka sepertinya tidak sesempurna ucapan orang. Buktinya pria itu mengucapkan bahwa dia ingin bersamanya selamanya. Dan sikap Saka ketika mereka sedang bersama cukup membuat dia terkesan. Tentu saja dengan menghilangkan sikap posesif dan terlalu mendominasi, tampaknya pria itu merupakan laki-laki yang baik. Ah, pria baik tidak akan berselingkuh. Sadar Feli! "Yes honey, i'll do that." ucap Saka dan tangan kirinya turun ke lutut Felisha yang tertekuk. Kemudian bergerak mundur menyusuri paha dan dia bermain-main di sana. "Hmm … yeah. Take your time, jangan khawatirkan aku. Aku akan baik-baik saja di sini." Dia kembali mengarahkan pandangannya kepada Felisha yang tengah meneguk orange juicenya, kamudian tangannya kembali bergerak menyelinap semakin dalam. "Ya sayang, aku akan menunggu. I love you," ucap pria itu lagi sebelum akhirnya dia mengakhiri panggilan. "Istrimu tidak akan pulang?" Felisha memulai percakapan. "Ya, ada beberapa hal yang harus mereka selesaikan dan itu membutuhkan perhatian khusus." Saka kembali mengusap-usap paha Felisha dengan gerakan sensual. "Umm … dia juga sangat sibuk ya?" Perempuan itu berusaha untuk tidak terpengaruh meski pada kenyatannya sentuhan Saka membuatnya sedikit gugup. "Begitulah." Tangan Saka menyelinap dibalik bathrobe yang menempel di tubuh Felisha lalu menghentikan gerakannya ketika dia menemukan pusat tubuh perempuan itu yang tanpa penghalang. Pria itu menyeringai. Jemarinya turun dan terus menelusup hingga akhirnya Felisha sedikit membuka kedua pahanya dan pria itu menyentuh bagian paling sensitif di tubuhnya. Felisha menggigit bibir bawahnya kuat-kuat saat Saka menggerakkan tangannya dibawah sana. Pria itu lagi-lagi membuat hasratnya naik dengan cepat hanya dengan menyentuhnya seperti itu, dan dia tampak tak akan berhenti meski sudah berlangsung beberapa menit. Dia bahkan sudah merasa tak karuan dan tubuhnya terasa sudah tak lagi bisa menahan. Wajahnya saja sampai memerah karena menahan gairah yang hampir meledak, namun dirinya tidak mau menyerah secepat itu. Sementara dia melihat Saka tampak menikmati aktifitas tersebut dan pria itu memang senang menyiksanya. Dia merasa berkuasa karena selalu memegang kendali setiap kali mereka bergumul untuk menggapai kenikmatan dunia. Dan itu rasanya menyenangkan, apalagi jika dirinya melihat Felisha sudah tak karuan seperti itu. "Ah, aku lupa." Namun, tiba-tiba saja Saka menarik lepas tangannya dari Felisha yang hampir saja mendapat pelepasan. Membuat perempuan itu mendesah kecewa dan membelalakan matanya. "Aku belum memberimu uang bulan ini kan?" Saka kembali menyalakan ponselnya. Dia masuk ke aplikasi m-banking kemudian mentransfer uang ke nomor rekening milik Felisha dengan jumlah yang cukup banyak. Seperti yang dilakukannya beberapa bulan belakangan sebagai imbalan karena telah menyerahkan diri dan segala yang dia miliki kepadanya. "Done." Saka menunjukkan bukti transfer pada layar ponselnya. "Pergilah berbelanja hari ini sebelum kau masuk kerja, tapi ingat hanya sendiri," katanya, dan dia pun bangkit. "Dan satu lagi, pastikan kau tidak lupa dengan suntikkan kontrasepsinya, agar tidak akan menyulitkan kita nanti." Pria itu kembali ke kamar mandi dan dia segera berpakaian. Kemudian meninggalkan Felisha di tempat itu masih dalam keadaan yang tidak karuan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD