Felisha

1160 Words
"Tidak Pak, saya mohon!" Teriakan Felisha tidak menghambat Alex untuk menghentikan apa yang akan dilakukannya. Meskipun gadis itu telah berusaha menghindar dan menjauhkan diri. Namun, malah membuat Alex semakin bersemangat untuk mendapatkannya. "Padahal aku telah memintamu secara baik-baik, tapi kau malah terus saja menolakku!" Pria itu melepaskan jas, kemudian berusaha menarik dasi yang terlilit di bawah kerah kemejanya. Sedangkan kedua kakinya menahan tubuh semampai Felisha di bawahnya. "Saya tidak bisa melakukannya, Pak." Gadis itu masih berusaha melepaskan diri. "Omong kosong!" Alex semakin kalap. Menatap tubuh indah berbalut kemeja putih yang menggeliat di bawahnya membuat hasrat semakin naik ke ubun-ubun. Dia menurunkan resleting celananya, kemudian menyingkap rok pendek milik Felisha yang segera saja membuat gairahnya menjadi semakin tak terkendali. Menatap paha mulus yang kemudian dia sentuh dengan telapak tangannya yang kian memanas. "Pak, saya mohon!" Felisha terus mengiba, namun pria itu menulikan pendengaran. Satu gerakan tangannya menarik kemeja Felisha sehingga hampir semua kancingnya terlepas. Menyebabkan bagian dalam dibaliknya terpampang nyata. Felisha menjerit, dan dia hampir menangis. Masih dengan usaha terakhirnya untuk melepaskan diri dari sang manager yang memang selama ini mengincarnya. "Feli, apa kamu di dalam?" Seseorang menggedor pintu gudang saat mendengar kegaduhan. Felisha hampir saja berteriak ketika dia mengenali suara rekan kerja satu shiftnya malam itu. Namun tangan besar Alex membekap mulutnya begitu keras sehingga dia hampir kehilangan napas. Kekuatannya hampir saja menghilang di bawah kungkungan pria itu. "Felisha?" Pria diluar kembali menggedor pintu. Gadis itu berpikir, lalu dia melihat sebuah besi kecil penyangga banner di dekatnya yang kemudian berusaha dia raih dengan tangannya. Dalam usahanya mempertahankan diri dari serangan pria yang dikuasai nafsu di atasnya, Felisha akhirnya mampu mendapatkan benda itu, yang kemudian dia lemparkan ke arah pintu hingga menyebabkan terdengar bunyi hantaman yang cukup keras. "Feli?" teriak rekanya lagi, yang kemudian berusaha membuka pintu. "Feli, aku akan menendangnya. Menjauhlah dari pintu!" katanya, dari luar. Dan benar saja, pria di luar itu sepertinya tengah berusaha menendang benda tersebut. Sedangkan di dalam sini Felisha masih terus berusaha lepas dari cengkeraman Alex. Namun, pria di atasnya itu malah menjadi semakin beringas. Alex bahkan menarik tubuh Felisha sehingga keadaannya kini menjadi terbalik. Alex berada di bawah, dan Felisha berada di atas tubuhnya. Dan di waktu yang bersamaan pintu gudang terbuka dengan kerasnya. Beberapa orang masuk setelah mendengar kegaduhan di dalam gudang, dan mereka tertegun kala menemukan dua orang yang tengah saling menindih. Felisha yang keadaannya berantakan dengan kemeja terbuka dan roknya tersingkap berada di atas tubuh manager mereka yang penampilannya tak jauh berbeda. Pria itu bahkan sudah tak lagi mengenakan kemejanya. "Ada apa ini?" Seorang perempuan kemudian muncul. "Dia!" Alex segera mendorong dan menyingkirkan tubuh Felisha dari atasnya, kemudian kembali mengenakan pakaiannya. "Dia merayuku dan memaksa melakukan hubungan badan!" katanya, yang mengarahkan telunjuknya kepada gadis itu yang terperangah. Felisha menggelengkan kepala, seraya merapikan pakaiannya. Dia duduk mengkeret di lantai dan hampir menyanggah ucapan pria itu di hadapan orang-orang. "Aku memintanya agar dia dipecat tanpa pesangon apa pun!" Alex kembali berujar. "Felisha?" Perempuan yang dikenal sebagai pemilik butik tersebut bereaksi. "Sa-saya tidak melakukannya, Bu. Pak Alex yang …." "Apa pun yang dikatakannya bohong! Sejak siang dia terus merayuku dan menawarkan dirinya sendiri." Alex tetap pada argumentasinya, lalu dia menampar pipi mulus perempuan itu. "Tidak, itu tidak benar!" Felisha kembali menggelengkan kepala sambil menyentuh pipinya yang terasa sakit dan panas. Dibawah tatapan jijik dan curiga, Felisha terhuyung berjalan keluar dari butik tersebut. Tak ada seorang pun yang percaya kepadanya, apalagi membelanya. Bahkan teman-temannya pun tidak berani bertanya tentang apa yang terjadi saat mereka menginterogasinya. Mereka semua menunjuknya sebagai perempuan penggoda yang pantas dihinakan. "Pergilah, jangan berani menampakkan dirimu di tempat ini lagi. Atau, kau akan berurusan dengan polisi," ucap pemilik butik yang sudah termakan bualan Alex yang merupakan suaminya. "Tapi saya tidak …." Lalu perempuan itu mengisyaratkan kepada seorang penjaga keamanan untuk menyeret Felisha menjauh dari tempat tersebut. *** Felisha tertegun di depan kosannya yang tergembok rapat, sementara sebuah koper dan tas berukuran sedang teronggok di depan pintu. Dia tak bisa masuk setelah pemilik kosan mengusirnya karena tak bisa membayar sewa bulan itu, padahal dirinya sudah menjanjikan sejumlah uang yang dia kira akan didapatkan dari gajinya. Namun segalanya tak seperti apa yang dia perkirakan. Ternyata, penolakannya atas rayuan Alex membuatnya harus kehilangan pekerjaan. Terlebih, sebuah fitnah keji membuatnya tak mendapatkan haknya hari itu. "Lalu aku harus ke mana?" Dia bergumam dalam hati. Dengan tas di pundak dan koper dia tarik, Felisha menyusuri jalanan kota yang malam itu masih ramai. Hingga rintik hujan sejenak menghentikan langkahnya. Gadis itu mendongak, menatap langit yang kelam seiring tetesan air yang turun kian lebat menimpa tubuhnya dan bumi yang dia pijak. Felisha memejamkan mata menikmati air hujan yang mengenai wajahnya, seiring air mata yang luruh di pipi. Lalu dia meneruskan langkah, mengikuti kakinya yang entah menuju ke mana. *** Saka menatap jam di pergelangan tangannya, melihat waktu yang terus berjalan sementara dirinya terjebak kemacetan di dalam mobilnya yang nyaman. Dia baru saja kembali dari bandara setelah mengantarkan Valeri, istrinya yang pergi ke Amerika untuk meneruskan bisnis keluarganya di sana. Hari-harinya akan kembali sepi, dan dia sendirian lagi. Tak ada tawa dan canda perempuan itu yang biasa mengisi waktu dengan segala tingkah lakunya. Dan ini rasanya mulai membosankan. Pria itu mendesah pelan seraya menyandarkan kepalanya ke belakang, dengan ponsel menyala melakukan panggilan telfon. "Ya?" katanya, saat panggilan tersambung pada sebuah nomor. "Aku butuh teman malam ini, datanglah ke hotel." Lalu dia memutuskan panggilan. Mobil mewahnya kembali melaju saat kendaraan lain juga bergerak. Hujan yang semakin lebat membuat lalu lintas jalan raya sedikit terhambat karena semua orang mengemudikan kendaraannya dengan hati-hati. Namun, Saka tampak tidak sabar. Dan ketika dia menemukan celah, pria itu memerintahkan sopirnya untuk segera tancap gas. Pria dibalik kemudi menuruti perintahnya. Dia mendahului mobil didepan dan mereka menerobos lalu lintas malam itu dengan cepat. Namun, sang sopir tak mengantisipasi sebuah kubangan besar di depan, sehingga pada saat mereka melewatinya menimbulkan gelombang yang cukup membuat siapa pun terganggu. Seperti halnya gadis yang tengah berjalan di sebelah kiri, yang kemudian tumbang setelah terkena cipratan air yang cukup besar yang mereka timbulkan. Sayup-sayup terdengar teriakannya, dan Saka segera memerintahkan sopir untuk menepi. "Pak?" Sopir sudah menghentikan mobilnya. "Coba periksa, apa dia baik-baik saja?" Sang sopir segera keluar menembus hujan, lalu kembali setelah beberapa saat. "Perempuan Pak, tidak tahu mau ke mana." Saka menoleh ke belakang di mana perempuan itu berdiri di tengah hujan. "Suruh dia masuk!" katanya, yang kembali pada posisinya. "Pak?" "Cepat!" "Baik Pak." Sang sopir segera kembali dan membujuk perempuan itu. Sepertinya butuh waktu cukup lama untuk meyakinkannya, karena mereka tampak berdebat. Tapi pria itu akhirnya berhasil juga. Dia membawanya ke dekat mobil kemudian membuka kan pintu belakang dan menyuruhnya untuk masuk. Seorang perempuan dengan keadaan berantakan tertegun ketika dia hampir saja masuk ke dalam mobil. Pakaiannya basah dan sepertinya tak ada yang tersisa darinya selain itu. "Silahkan? Kita harus segera maju sebelum pengendara lain protes?" Saka berucap. Dan tak ada pilihan bagi perempuan itu, selain segera masuk. Meskipun dia tak tahu apakah hal ini tepat dilakukan atau tidak?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD