Prolog

617 Words
Aku berjalan gontai di bawah terik matahari. Kepalaku terasa agak berputar. Mungkin karena cuaca terlalu panas, atau pengaruh aroma rumah sakit yang baru kutinggalkan beberapa jam lalu. Sesekali kutendang kerikil- kerikil di bawah kakiku. Aku protes, kerikil itu kerjanya bikin kaki sakit saja. Untung mata kakiku masih bisa bekerja dengan baik. Kalau tidak, mungkin aku sudah tersandung dan tersungkur di atas kerikil-kerikil nakal itu. “Davika!” Terdengar suara seorang pria menyebut nama seseorang, tepat di belakangku. Aku refleks menoleh. Kudapati seorang pria (yang yaaah lumayan tampan) berjalan cepat ke arahku. Aku menengok lagi ke depan, mungkin pria itu sedang menuju seseorang di depanku, namun tak ada siapapun di sana, jadi aku lanjut berjalan. “Davika!” ujarnya lagi, kali ini lebih terdengar seperti bentakan. Aku heran, tapi diam saja untuk membaca situasi sambil terus berjalan pelan. Tiba-tiba pria itu sudah berdiri menghadangku. "Davika, kau darimana saja? Aku mencarimu sejak lama,” ujarnya dengan intonasi penuh emosi. Kulihat peluh bercucuran di wajah tampannya, namun sorot matanya seolah menyiratkan sebuah kekhawatiran besar. “Siapa kamu?” sergahku seraya mundur beberapa langkah saat kedua tangan pria itu berusaha mencengkram kedua pundakku. “Siapa kau bilang? Davika, kau ini mantanku,” jelasnya. Dahinya mengerut, sama seperti dahiku. “Mantan? Mantan dari mana?” Pasalnya, rasanya aku tak punya mantan setampan pria ini. “Mantanku, Davika. Mantan! M. A. N. T. A. N!” sentaknya “Lepaskan. Aku nggak punya mantan. Dan ya, namaku bukan Davika.” Aku berusaha melepaskan diri dari kedua tangannya yang kini mencengkram pergelangan tanganku erat. “Kamu hilang ingatan, Davika! Am-ne-si-a. Aku ini mantanmu," ujarnya dengan nada seolah ia sedang meyakinkanku. “Kamu yang amnesia. Aku bukan Davika, dan aku bukan mantanmu,” gerutuku seraya berlalu dari hadapannya. Tapi pria aneh itu masih mengikutiku, membuatku merasa bertambah gerah. Oh Tuhan, bisa tidak kalau volume Mataharinya dikecilkan sedikit saja? batinku. “Apa lagi sih? Kan udah kubilang, aku ini bukan mantanmu,” sergahku dengan mata melotot, membuatnya terdiam sejenak. “Terus kamu siapa?” tantangnya. "Zafinna", tuturku agak keras. “Terus, kalau kamu bukan mantanku, memangnya kenapa?” balasnya sama keras. Aku terdiam. "Dasar orang gila! Kalau aku bukan mantanmu, itu masalahmu. Nha, kalau aku ini memang benar mantanmu, maka itu adalah masalah besar buatku karena punya mantan stress sepertimu!" cecarku penuh kekesalan setelah aku berhasil menemukan kembali suaraku. "Yaudah Mana sini lihat." Pria aneh itu mengulurkan tangannya padaku. “Apa?" tanyaku galak. Berani-beraninya ia meminta sesuatu dariku, padahal kami tak saling kenal. "Kartu identitasmu, Davika," jawabnya cuek. Kuakui ketampanan pria ini selevel dengan Song Jong Ki, namun pasti ada yang salah dengan dirinya. Aku memandanginya dengan tatapan kesal. Sangat kesal. Ingin rasanya kupatahkan leher pria ini sampai ia tak bisa lagi menggeleng-gelengkan kepalanya ala aktor India. Ah, tidak, sebenarnya aksi pria geleng-geleng itu hanyalah khayalanku saja, tapi saat ini, aku sungguh ingin mencolok kedua bola matanya. “Nggak mau. Kan aku udah bilang, namaku Zafinna, bukan Davika." “Buktikanlah,” cibir pria menyebalkan itu. Baiklah, baiklah. Agar semua ini lekas selesai, dan aku bisa pergi darinya. Aku pun mengeluarkan selembar kartu tanda pengenal dari dompet, dan mengulurkannya pada si pria. “Tuh, ba-ca,” sinisku. “Da-vi-ka,” eja si pria dengan nada kemenangan. "Za-ffi-na! kamu buta huruf ya?" Sungguh kekesalanku sudah sampai pada batasnya. Matahari ini benar-benar sudah membuat isi kepalaku mendidih. “Kamu, Davika, mantanku. Akhirnya aku menemukanmu lagi, Davika," ujarnya semringah. "Pria ini sudah tak waras, ya Tuhan!” gerutuku sambil menarik paksa kartu identitasku dari tangannya. “Da-vi-ka." Tak sengaja aku turut membaca nama yang tertera pada kartu milikku. Aku mengernyitkan dahi lalu memandang ke arah pria di hadapanku dengan gerakan sangat lamban. "Bagaimana mungkin namaku 'Davika'?"    *** Next part ya, gaaaaessss  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD