“Eh, istriku sudah pulang,” sambut Althaf dari ruang tamu. “Maaf, Anda siapa ya?” sahutku asal. Apa-apaan dia? Memangnya dia benar-benar sudah ingatkalau aku ini benar-benar istrinya? Walaupun foto pernikahan kami terpampang besar-besar di kamar, aku masih belum mau mengakuinya. “Amnesiamu makin parah. Ayo kita ke rumah sakitsekarang,” ujarnya seraya menarik-narik tanganku. “Apaan sih, lepasin,” kataku kesal. Aku memang tahu bahwa penderita amnesia sepertiku mudah lupa dengan informasi-informasi baru, tapi aku tidak lupa siapa dia. Aku selalu ingat bahwa kini aku tinggal seatap dengan seorang pria amnesia yang mengaku sebagai suamiku. Lagipula, sejak kemarin, aku selalu mencatat setiap kejadian yang kualami sepanjang hari agar aku tak lupa dengan informasi baru yang bisa jadi akan m