Waktu baru menunjukkan pukul tujuh kurang dua puluh menit, tapi aku sudah tiba di sekolah berkat Althaf yang memaksa mengantarku dengan mobil barunya itu, padahal aku sudah menolak. Aku merasa lebih nyaman berangkat sendiri naik angkutan umum. “Biar sekalian jalan, aku ada rapat nih. Buruan,” paksanya. Selain suka muncul tiba-tiba seperti hantu, tampaknya pria ini juga suka memaksa. “Perasaan kemarin mobilnya warna putih, deh. Kok sekarang jadi hitam?” gumamku sesaat sebelum masuk mobil. “Makanya difoto, jangan cuma dicatat,” bisik Althaf di telingaku, membuat kudukku merinding. Bisikannya pagi tadi masih menyisakan perasaan dingin di tengkukku, membuatku bergidik berkali-kali. “Pagi amat datengnya,” sapa Starla. Gadis itu meletakkan sebuah tas tangan hitam di atas mejanya yang ter