Chapter 14 - Just Like a Dream

2177 Words

Keesokan harinya aku menyempatkan diri bertemu dengan Starla sebelum bel masuk pertama berbunyi. Aku begitu penasaran dengan panggilan tak terjawab yang Starla lakukan pada Althaf beberapa waktu lalu. “La,” sapaku. Kulihat ia sedang bersiap-siap masuk ke kelas. “Eh, kamu. Kenapa, Dav?” “Kamu kenal nomor ini, nggak? Kok kayaknya nomor nggak dikenal ini suka telpon-telpon aku, tapi nggak kuangkat,” pancingku seraya menunjukkannya nomor kontak Althaf. Kebetulan Althaf tidak pernah memajang wajahnya dalam profil kontak pribadinya. Davika tampak berpikir keras. “Eng... enggak. Orang iseng kali,” jawabnya. Ekpresi wajahnya membuatku makin bertanya-tanya siapa yang iseng sebenarnya. “Hmm, gitu ya,” kataku pelan, “yaudah yuk ke kelas, udah bel,” ajakku mengakhiri obrolan. Pikiran tentan

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD