Chapter 16 - a Woman

2331 Words

Sekolah tanpa Bu Rina bagaikan minum fanta dengan es krim. Manis, segar dan nikmat. Karena biasanya sejak pagi aku sudah mendengar nyinyiran darinya seperti kritikannya tentang warna bajuku, model sepatu atau tasku, tatanan rambutku, bahkan kerap kali ia mengomentari tentang diriku yang belum memiliki anak sampai saat ini. Kurasa komentarnya tentang anak yang membuatku makin sensi padanya hari demi hari. “Hmm, segarnya,” gumamku, menyeruput secangkir kopi s**u panas sebelum bel masuk berdering. “Seger banget hari ini,” sapa Bu Yulia, baru tiba. Aku tersenyum dan berbasa-basi menawarkan kopi padanya. “Udah sarapan,” tolaknya. Kami pun kembali sibuk dalam urusan masing-masing. Beberapa guru lainnya mulai tiba satu per satu dan memenuhi ruang guru. Bel masuk masih lima belas menitan lagi

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD