Bab 2 - Dibuntuti Fans?

1482 Words
Setelah berjuang menerobos kerumunan fans, Gavin pun berhasil memasuki pesawat. Sebenarnya Gavin senang memiliki banyak fans, siapa sih artis yang tidak senang jika fansnya banyak bahkan semakin hari semakin banyak? Pasti semua artis menyukainya.  Namun, kalau saja boleh jujur, di dalam lubuk hati Gavin yang paling dalam, ia tidak terlalu suka dengan fans sebanyak itu. Kata banyak saja rasanya tidak cukup untuk mewakili kerumunan fansnya itu. Gavin lelah untuk menghadapi mereka semua.  Tak jarang fansnya menarik-narik dirinya hingga terluka, seperti sekarang ini. Padahal bodyguardnya sudah ditambah, tapi tetap saja tidak bisa melindungi Gavin dengan benar terhadap fans-fansnya itu. Panas, gerah, kesal. Semua bercampur aduk di dalam benak Gavin. Ia kemudian berjalan menuju kursinya yang berada di kelas bisnis dalam pesawat itu diikuti oleh para bodyguardnya. Ia kemudian duduk dan para bodyguardnya duduk tepat di belakang Gavin. Baru saja ia bernafas lega, tiba-tiba seorang wanita duduk di kursi yang ada di sebelah Gavin. Spontan saja Gavin yang sedang kesal menatap sinis wanita yang duduk di sebelahnya itu. Ia bahkan menatap wanita itu penuh selidik dari ujung kaki hingga ujung kepala.  Gavin semakin curiga setelah melihat-lihat penampilan wanita itu. Rambut diikat kuncir kuda, wajah polos hampir tanpa make up, paling hanya menggunakan lipbalm secukupnya untuk melembabkan bibir, baju kaos putih dan celana jeans yang bahkan sama sekali tidak bermerk, begitu pula dengan tas selempang yang dibawanya. Wanita ini, bukan wanita kaya namun berada di pesawat berkelas yang hanya bisa dipesan oleh orang-orang kaya saja. Ia kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. Tak habis pikir dengan fans zaman sekarang.  Ya, fans. Wanita itu pasti fansnya atau lebih tepatnya fans fanatiknya, sebut saja begitu pikir Gavin. Bukannya terlalu percaya diri, tapi Gavin sudah tahu gelagat fansnya. Ini bukan yang pertama kali dalam hidupnya. Gavin menyilangkan tangannya di depan d**a, memejamkan kedua matanya sebelum kembali membuka matanya dan menatap wanita itu lagi.  Kali ini ia melihat wanita itu mengeluarkan buku bacaan dari dalam tas selempang yang dibawanya itu. Dilihat dari covernya, buku itu ditulis dalam Bahasa Indonesia yang artinya wanita ini orang Indonesia juga, sama seperti Gavin.  Ia kemudian mencondongkan sedikit badannya ke arah wanita itu dan berkata, ”Hai nona,” panggil Gavin namun wanita yang kini sedang membaca buku yang dipegangnya itu tak menoleh sedikitpun pada Gavin seakan tak mendengar apapun. “Hello! Nona, loe denger gue gak sih?” panggil Gavin sekali lagi sambil melambai-lambaikan tangannya pada wanita itu agar menoleh padanya. Akhirnya wanita itu memandang padanya walaupun tatapan datar tanpa ekspresi yang membuat Gavin sedikit terkejut namun kemudian melanjutkan kata-katanya. “Gue tahu persis kalau gue ini begitu mengagumkan dimata loe. Gue tersanjung sekaligus terharu karena loe begitu mengidolakan gue.  Tapi gue mohon, loe gak perlu mengikutin gue sampai kayak gini. Mungkin gue berlebihan, tapi kali ini aja, gue bener-bener pengen sendiri dan nikmatin liburan gue ini. Please, kalo loe emang fans sejati gue, ngertiin gue. Untuk saat ini, gue izinin loe di sini buat mandangin muka gue asal loe gak dekat-dekat gue aja selama pesawat ini berjalan. Setelah turun dari sini, gue mohon jangan ngikutin gue lagi atau loe bakalan berurusan sama bodyguard-bodyguard gue. Ngerti kan loe?” jelas Gavin panjang lebar pada wanita itu.  Ia belum pernah berkata sepanjang ini kepada fans-fansnya diluar sana tapi untuk kali ini karena rasanya ia benar-benar muak dan tidak ingin diganggu oleh fans sedikitpun, makanya ia berkata seperti itu. Gavin menatap mata wanita itu, berharap wanita itu segera menjawabnya namun yang Gavin dapatkan hanyalah tatapan datar tanpa ekspresi yang sedari tadi wanita itu tunjukkan padanya.  Wanita itu kemudian menoleh ke segala arah di sekelilingnya sebelum akhirnya kembali menatap mata Gavin lagi. Apa mungkin wanita ini tak mengerti Bahasa Indonesia? Wanita itu mengalihkan pandangannya kembali pada buku yang tengah dibacanya. Seakan tak mendengar apapun. Gavin kemudian menoleh pada buku bacaan wanita itu lagi untuk memastikan bahwa buku itu ditulis dalam Bahasa Indonesia yang artinya wanita itu harusnya mengerti apa yang baru saja Gavin katakan. “Gue tahu loe pasti ngerti kata-kata gue. Gue harap loe paham kalo gue sekarang benar-benar gak mau diganggu siapapun termasuk fans kayak loe,” lanjut Gavin.  Ia kemudian menyandarkan badannya pada kursi dan berusaha untuk melupakan semua kejadian yang ada untuk menenangkan pikirannya. Dari sudut matanya, ia dapat melihat wanita tadi menatapnya lagi dan kali ini dengan tatapan kebingungan selama beberapa detik saja lalu lanjut membaca bukunya. 'Cih! Belagak bego banget ni orang. Okelah, untuk kali ini gue izinkan natap muka gue sepuasnya asalkan gak ganggu gue. Sumpah gue capek banget! Semoga gak ada lagi fans yang buntutin gue kayak gini,' pikir Gavin sambil memejamkan matanya. Ia lelah dan mencoba tidur saja untuk melepaskan penat dan stresnya. *** Tasya baru saja tiba di bandara. Ia terkejut saat melihat kerumunan orang di depan bandara itu. “Ada apaan nih pak? Kok ramai begini?” tanyanya pada pak supir, mana tahu supirnya ini tahu apa yang terjadi saat ini. “Gak tahu juga saya non. Mungkin ada orang penting atau artis yang datang,” jawab pak supir. “Aduh. Gimana mau lewat coba? Ya udah deh pak, tolong bantuin bawa barang-barang saya ya,” kata Tasya pada supirnya dan kemudian turun dari mobilnya. Ini baru awal. Meninggalkan kota ini saja belum tapi suasananya malah begini. Membuat mood Tasya yang sudah mati-matian diaturnya agar tenangpun kembali kacau. Apakah ini pertanda buruk karena awal saja sudah membuatnya kesal? Ia mencoba tegar dan menerobos kerumunan orang-orang itu. Untung saja ada pak supir yang membantunya membawa barang-barang itu. Memang tidak terlalu banyak, tapi kalau barang itu dibawa sendirian dalam situasi yang ramai dan pengap seperti ini pasti akan sulit sekali. Akhirnya ia bisa merasa sedikit lega setelah memasuki pesawat. Ia mencoba menemukan kursinya dengan di bantu oleh pramugari yang bertugas.  Ia kemudian duduk bersandar dikursinya itu sambil perlahan-lahan menarik nafas yang masih belum teratur. Setelah itu, ia mengeluarkan buku bacaan yang sengaja ia persiapkan untuk mengusir kebosanan di dalam pesawat selama perjalanan.  Mungkin saja setelah membaca, ia berhasil melupakan rasa lelah dan kesal akibat kerumunan orang tadi, sekaligus memperbaiki moodnya. Baru saja ia membaca buku itu pada halaman pertama, ia mendengar pria di sampingnya memanggil seseorang dalam Bahasa Indonesia. Apakah pria itu memanggilnya? Namun ia tak mau menoleh pada pria itu dan berusaha untuk kembali fokus membaca. Mungkin saja bukan dia yang dipanggil. “Hello! Nona, loe denger gue gak sih?” kali ini pria itu melambaikan tangannya di depan Tasya yang artinya benar bahwa pria itu memanggilnya. Tasya pun menoleh apa pria itu. ia melihat wajah pria itu dengan seksama. Apa ia mengenal pria ini? Seingatnya, ia tak pernah melihat atau berkenalan dengan pria ini. Apakah pria ini membutuhkan bantuannya makanya ia memanggil Tasya? Tasya memcoba berpikir positif. Namun pikirannya itu berubah secepat kilat setelah mendengar kata-kata yang pria itu katakan. “Gue tahu persis kalau gue ini begitu mengagumkan dimata loe. Gue tersanjung sekaligus terharu karena loe begitu mengidolakan gue.  Tapi gue mohon, loe gak perlu mengikutin gue sampai kayak gini. Mungkin gue berlebihan, tapi kali ini aja, gue bener-bener pengen sendiri dan nikmatin liburan gue ini. Please, kalo loe emang fans sejati gue, ngertiin gue. Untuk saat ini, gue izinin loe di sini buat mandangin muka gue asal loe gak dekat-dekat gue aja selama pesawat ini berjalan. Setelah turun dari sini, gue mohon jangan ngikutin gue lagi atau loe bakalan berurusan sama bodyguard gue. Ngerti kan loe?” Tasya mengedipkan matanya beberapa kali namun tetap dengan tatapan tanpa ekspresi setelah mendengar perkataan pria itu. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar. 'What? Dia bilang apa barusan? Mengagumkan? Mengidolakan? Siapa?' Tasya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.  Apakah ia tidak salah dengar dengan apa yang pria di sampingnya ini katakan? Atau mungkin pria ini tidak berbicara padanya? Tapi jelas-jelas tadi pria ini melambaikan tangan padanya.  Ia kemudian menoleh pada sekitarnya, mungkin saja ada orang lain yang pria ini ajak bicara namun hasilnya nihil. Orang-orang di sekitarnya tampak sibuk sendiri dan tidak ada yang memandang ke arah mereka berdua. Belum selesai ia mencerna perkataan yang baru saja ia dengar, pria itu malah kembali berkata padanya. “Gue tahu loe pasti ngerti kata-kata gue. Gue harap loe paham kalo gue sekarang benar-benar gak mau diganggu siapapun termasuk fans kayak loe.” 'Apalagi ini?' pikir Tasya. 'Fans kayak loe? Maksudnya ni orang bilang gue fansnya gitu?' pikir Tasya lagi. Siapa sebenarnya pria ini? Apa orang ini artis? Tapi Tasya belum pernah melihatnya ditelevisi. Ia memang jarang bahkan hampir tidak pernah punya waktu untuk menonton televisi karena selalu menyibukkan dirinya dengan pekerjaan. Hanya sesekali saja ia menonton televisi, itupun untuk melihat berita yang menyangkut pekerjaannya. 'Kalau diamat-amati, pria ini memang tampan. Tampan sekali malahan. Apa orang ini benar-benar seorang artis? Tapi dari perkataannya tadi, seperti orang tidak waras saja. Apa mungkin orang ini adalah orang gila lepas? Bukankah orang gila zaman sekarang sudah tidak bisa diprediksi lagi?' pikir Tasya. Ia bahkan merinding sambil memikirkan perkataan pria tadi. Tasya menatap pria itu lagi dengan penuh rasa kebingungan dalam hatinya. 'Kasian sekali. Ganteng-ganteng tapi gila. Ah! Sudahlah! Fokus Sya, Fokus!' kata Tasya pada dirinya sendiri. Ia memutuskan untuk menutup dan menyimpan bukunya ke dalam tasnya. Tidur mungkin dapat membuat penatnya ini berkurang dan melupakan perkataaan tidak penting yang baru saja ia dengar dari pria yang tidak dikenalnya itu. Cukup pekerjaan saja yang membuatnya penat, tidak usah ditambah lagi dengan hal yang tidak penting.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD