Bab 4 - Jangan Buntutin Gue!

1945 Words
Oh my! Wanita itu, dia kan …. Gavin memincingkan matanya sambil berdecak pinggang. Matanya berkedip beberapa kali sambil memikirkan hal yang menurutnya sulit untuk dimengerti. Untuk apa wanita itu di sini? Padahal waktu di pesawat, ia sudah memperingatkan wanita itu untuk tidak mengganggu kehidupannya lagi. Tidak cukupkan bagi wanita itu untuk menatap ketampanannya beberapa jam selama di pesawat kemarin? Gavin memejamkan matanya. Ia menarik nafas sambil menggigit bibirnya. Emosinya kini sudah di ubun-ubun. Tidak bisakah ia hidup dengan lega tanpa gangguan dari fans walau satu hari saja? Baru saja ia merasa begitu senang dengan suasana yang disuguhkan villa yang ia tempati, namun semua kesenangannya itu sirna seketika melihat wanita itu. Fansnya itu! Apa yang ia mau sebenarnya? Sampai-sampai rela membuntuti hingga ke tempat ini. Tempat yang ia rasa sangat aman dari gangguan orang-orang yang tidak diinginkan mengingat di kompleks villa ini tidak lah ramai. Mengapa Gavin begitu yakin kalau wanita itu adalah fansnya? Tentu saja karena ini bukan hal yang pertama kali ia alami. Bedanya, tiap kali ada kejadian seperti ini, Rey si asistennya itu selalu stand by di sampingnya untuk membantu. Sekarang? Ia hanya ditemani beberapa bodyguard dan ia pun tidak mau terus-terusan bersama para bodyguardnya. Ia ingin memiliki 'me time' yang sudah ia idam-idamkan. Gavin perlahan membuka matanya setelah meredakan sedikit emosinya. Saat itu juga matanya bertemu dengan mata wanita yang berpenampilan seperti Bi Surti itu.  Wanita itu tampak terkejut saat melihat Gavin berdiri di depan pagar villa sambil memasang wajah tak bersahabat. Gavin menyunggingkan senyumnya saat melihat keterkejutan wanita itu. “Heh! Gak usah sok kaget gitu deh loe! Bilang aja loe senang banget ngeliat gue di sini. Iya kan?” ucap Gavin dengan penuh percaya diri dan masih menampakkan wajah tak bersahabat. Gavin memasukkan kedua tangannya di masing-masing saku celananya. Ia melangkah ke depan mendekati pagar villa di mana si fansnya itu berada. Sekarang ia memberikan tatapan dinginnya sebelum lanjut mengeluarkan kata-kata pedasnya. Wanita itu berdiri terpaku di tempatnya sambil memegang gunting yang ia gunakan untuk memotong beberapa ranting pohon. “Jadi loe tinggal di sini? Loe sengaja pura-pura jadi pembantu di sini untuk ngikutin gue? Iya kan?” ucap Gavin dengan tatapan tajam. “Sorry, ada yang bisa gue bantu?” wanita itu malah mengajukan pertanyaan yang membuat Gavin semakin emosi. “Hah? What the! Gue gak salah dengar? Ada yang bisa dibantu? Ya jelas lah!!” kekesalannya sekarang membuat wajah tampannya memerah. Orang di depannya ini mungkin membutuhkan penjelasan lebih agar bisa mengerti situasi. “Gue minta, loe jangan buntutin gue! Loe gak perlu nyamar jadi pembantu beginian segala, gue udah hafal banget dengan tingkah laku fans-fans gue. Termasuk loe!!” “Jadi please, gue butuh banget bantuan loe demi ketenangan hidup gue, JANGAN BUNTUTIN GUE LAGI!!!” kali ini ia membentak. Ia yakin suaranya sudah cukup menggelegar dan bisa membuat wanita itu terngiang-ngiang dengan ucapannya. Wanita itu tampak sangat terkejut setelah mendengar bentakan Gavin. Namun, tanpa Gavin sangka, wanita itu malah menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan masuk ke dalam villanya tanpa menjawab apa yang dikatakan Gavin. “Eh! Mau ke mana loe?? Loe dengerkan apa yang gue bilang? Awas aja kalo gue liat loe lagi!” Gavin semakin geram dengan tingkah wanita itu. Lagi dan lagi, wanita itu tidak menjawab dan malah melanjutkan langkahnya untuk masuk ke dalam villa dan pergi meninggalkan Gavin tanpa mengatakan sepatah katapun. Gavin menarik rambutnya frustasi. Ia tak mengerti dengan tingkah wanita itu. Apa mungkin wanita itu memang bukan fansnya? Tapi mengapa wanita itu terasa ada di mana-mana? Sama seperti fans fanatik yang selalu ia temui sebelumnya. Apa mungkin wanita itu memang pembantu di villa ini? Mungkin saja waktu itu ia bisa berada di pesawat semahal itu karena biaya dari majikannya. Kali ini ia mulai memikirkan kemungkinan lain. 'Hah! Kesal gue! Terserah deh! Mau tu orang fans gue apa gak, gue gak mau liat mukanya lagi! Bikin kesal aja! Terbuang deh waktu liburan gue yang berharga ini!' *** Tasya berdiri di depan meja makan sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja itu.  Ia berusaha menenangkan pikirannya sambil memejamkan kedua matanya. Nafasnya memburu. Ia begitu terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Tadinya ia ingin merapikan tanaman di depan villanya. Ia senang karena selama ia tidak ada, orang-orang yang dimintanya untuk merawat dan menjaga villanya itu dapat bekerja dengan baik. Namun, saat melihat sebuah tanaman yang tampak terlalu rindang, ia berniat memangkas tanaman itu agar terlihat lebih rapi. Biasanya, Bi Susi yang selalu mengurusi tanaman-tanaman yang tumbuh di villa itu. Bi Susi juga membersihkan villanya dengan baik. Saat tiba waktunya bagi Tasya berlibur ke villa, ia sengaja meminta Bi Susi untuk cuti agar Bi Susi dapat beristirahat sejenak dari pekerjaannya. Jadilah sekarang seperti ini, ia sendiri yang harus memangkas tanaman itu. Tasya tak menyangka sama sekali bisa bertemu pria yang ia temui di pesawat waktu itu. Tasya sedang asyik memilih-milih dahan yang akan ia pangkas dan tanpa sengaja menatap mata pria itu. Ia sangat terkejut namun ia akui bahwa pria itu tampan. Sangat tampan malahan. Tasya dapat melihat dengan jelas wajah tampannya saat pria itu mendekat ke pagar villa yang tak jauh dari tempat ia berdiri. Satu hal yang begitu mengganggu pikirannya, ada apa sebenarnya dengan pria itu? Mengapa ia mengatakan hal-hal seperti itu? Dengan nada yang penuh kemarahan pula. Apa pria itu sudah tidak waras lagi? Sekali lagi Tasya merinding memikirkan hal yang dikatakan pria itu. Miris mendengarnya. Wajahnya tampan dan bisa dibilang tampannya di atas rata-rata namun tingkahnya seperti tidak waras. Tasya tersadar dari lamunannya saat handphonenya berbunyi. Nama Sophie tertera di sana dan ia pun segera mengangkatnya. “Sya!! Ya ampun loe ke mana aja? Udah nyampe villa? Kok loe gak kabarin gue sih! Udah gitu di telfonin gak aktif lagi! Bikin jantung gue mau copot aja tau gak???” terdengar suara dari seberang sana. Tasya terkekeh mendengarnya. “Ditanyain malah ketawa lagi loe!!” Sophie semakin geram dengan Tasya. Ia begitu khawatir dengan keadaan sahabat sekaligus bossnya ini. “Santai aja kali Sop. Sorry banget gue lupa hubungin loe. Gue kecapekan banget pas nyampe dan gak sadar kalo handphone gue mati. Ini aja lagi gue charge.” “Santai gimana?! Gue kira loe kenapa-kenapa tau gak?? Bikin khawatir aja loe!” “Iya Sop, iya. Maaf banget gue bikin loe khawatir sampe kayak gitu. Ngalahin kekhawatiran ortu gue aja loe.” “Ishh! Ngeselin banget sih loe Sya! Tapi loe beneran gak kenapa-kenapa kan?” “Physically sih gue gak kenapa-kenapa Sop.” “Maksud loe apaan Sya? Ada sesuatu terjadi?” Tasya menghela nafas panjang sebelum memulai perkataanya. “Loe tau sendiri kan Sop kalo gue pengen banget berlibur dengan bahagia? Tapi rasanya apes banget idup gue.” “Jadi gini, waktu di pesawat kemarin, cowok di samping gue tu manggil-manggil pake Bahasa Indonesia. Awalnya gue kira dia bukan manggil gue. Terus dia ngelambai-lambaikan tangannya depan muka gue, otomatis tu orang manggil gue lah ya?” “Iya, terus Sya? Tu cowok ngapain?” “Nah, itu dia yang bikin gue bingung Sop. Tu cowok ngomong bikin gue gak ngerti. Dia bilang gue mengidolakannya. Dia bahkan bilang kalo gue ngikutin dia dan dia minta supaya gue jangan ngikutin dia lagi.” “Hah? Siapa tu cowok? Kenalan loe? Mantan loe?” “Hush! Jangan ngawur deh! Loe kan tau kalo gue gak pernah pacaran apalagi punya mantan.” “Terus tu cowok siapa? Loe kenal ama dia?” “Gue gak kenal Sop. Gue ingat bener kalo gue gak pernah ngeliat cowok yang mukanya kayak dia. Tapi tu orang malah bilang kalo gue mengidolakannya. Gimana gak syok gue pas dengarnya? Kepedean banget tu orang.” “Emangnya tu cowok ganteng beneran Sya? Mungkin aja dia artis? hehehe.” “Ya mana gue tau tu orang artis apa bukan tapi gue gak pernah tuh liat muka begituan muncul di TV. Tapi gue akui Sop, dia ganteng.” “Haha.. serius loe Sya? Ganteng mana sama pacar gue?” “Hmm.. Gantengan tu cowok deh kayaknya. Tapi sumpah Sop, gue takut banget sama tu cowok. Apalagi pas denger kata-katanya. Kayak orang gila aja tau gak sih!” “Ya udahlah Sya, gak usah dipikirin. Mungkin aja tu cowok lagi berhalusinasi jadi aktor papan atas kayak si Gavin Dirga. Oopsss… aww ingat lagi gue sama si ganteng nan seksi itu! Hahahaha” “Siapa lagi sih yang loe sebut? Ganteng.. ganteng.. pacar loe mau loe kemanain hah?” “Siapa kata loe?! OMG Sya!! Tinggal di planet mana sih loe? Masa Gavin Dirga si aktor internasional yang lagi naik daun sekarang ini aja loe gak tau?? Mukanya aja muncul di film-film bergengsi yang banyak diperbincangkan sekarang. Loe sih gak pernah nonton TV!!” “Apa-apaan sih loe? Loe mau dengerin cerita gue atau ngatain gue?! Lagian ngapain juga ngomongin tu aktor si Gavin apaan itu! Gak mungkinlah cowok gila di pesawat itu seorang aktor. Muka aja yang ganteng tapi tingkahnya gak jelas gitu!” “Eh? Hehe.. So.. Sorry Sya, habisnya tu aktor bikin gue tergila-gila.” Sophie terkekeh malu-malu saat mengucapkannya. “Oke, balik lagi ke cerita loe. Gue sebenarnya heran, ngapain juga loe masih mikirin tingkah tu cowok? Mau nyebelin atau gimana, yang penting kan itu cuma pas di pesawat doang Syaaaa. Dia gak akan muncul lagi di depan muka loe… Please deh!” “Ck! Itu dia masalahnya! BARUSAN GUE LIAT TU COWOK MUNCUL LAGI DI DEPAN GUE!!”Tasya mengucapkannya dengan lantang. Ia begitu geram dengan perkataan Sophie yang mengatakan bahwa lelaki itu tak akan muncul lagi di hadapannya. “Ya ampun!! GAK PAKE NGE-GAS GITU JUGA KALI SYAAA!!! Loe bikin gue kaget aja deh!” “Habisnya tadi loe bilang kalo tu cowok gak mungkin nongol lagi depan gue!” “Ya mana gue tau kalo dia muncul lagi. Mungkin aja dia jodoh loe kan ya? Hahaha” Tasya semakin geram dengan perkataan Sophie terlebih sahabatnya itu menertawakannya. “Jodoh apaan? Gue gak mau berjodoh sama orang gak waras kayak tu cowok! Loe tau gak? Tadi dia masih aja bilangin kalo gue ngikutin dia dan lebih parahnya lagi dia bilang gue pura-pura jadi pembantu di villa ini cuma buat ngebuntutin dia! Kesel kan?” “Hhmmmppp…. BUAHAHAHHAHAHHAHAHA” tawa Sophie pecah saat mendengar cerita sahabatnya itu. “Hahahaha.. sorry Sya, lucu banget sih cerita loe. Lagian tu cowok kok bisa-bisanya bilang kalo loe itu pembantu Sya? Hmmpp….” Kali ini Sophie mencoba menahan tawanya yang belum selesai. “Mana gue tau! Gue tadi lagi mangkas tanaman di depan villa supaya rapi. Eh, tiba-tiba aja tu cowok ada di depan pagar villa gue. Mandangin gue udah kayak mandangin maling aja tau gak?!” “HAHAHAHAHA… Sya.. Sya.. lucu banget sih loe! Lagian ngapain juga loe pake acara mangkas tanaman gitu? Kayak gak ada yang bisa di suruh aja? Dan gue yakin, pasti loe lagi pake daster kan? Hafal banget deh gue ama style loe.” “Loe inget kan kalo gue minta Bi Susi untuk cuti? Makanya tadi gue mangkas tanaman itu sendiri dan YES!! Gue emang pake daster! Yang penting gue ngerasa nyaman dan gue juga gak tau tu cowok bakalan nongol.” “Sya, sekarang loe dengerin gue baik-baik, loe anggap aja ini pelajaran buat loe! Loe itu harus tunjukin sisi modis loe biar orang lain gak dengan mudahnya ngerendahin loe kayak apa yang tu cowok bilang. Mungkin aja kan kalo loe ubah penampilan loe, tu cowok gak bakalan ngatain loe kayak gitu lagi. Lagian apa salahnya sih Sya?” “Tau ah! Pusing gue. Semoga aja tu cowok hilang dari peradaban bumi ini supaya gue gak liat mukanya lagi! Udah dulu ya Sop, kering tenggorokan gue, kepala nyut-nyut lagi nih nahan emosi. Kapan-kapan gue hubungin loe lagi.” “Hahaha iya Sya. Semangat ya, kalo loe ketemu dia lagi, mungkin dia benar-benar jodoh loe!  Hahaha…” “Kesel gue sama loe!” Tasya kemudian mematikan sambungan telfonnya. Ia kemudian mengambil gelas dan mengisinya dengan air. Tenggorokannya begitu kering karena berbicara dengan Sophie. Dia kira akan ada solusi untuk menghadapi pria tidak waras itu, setelah mengatakan semuanya pada Sophie. Namun Sophie malah mentertawakannya bahkan mengejeknya.  Jodoh??? Dengan orang itu??? Memikirkannya saja sudah membuat Tasya geleng-geleng kepala. Setelah mulai tenang, ia mulai berpikir mengapa pria itu bisa berada di dekat villanya? Apakah pria itu tinggal disalah satu villa yang ada di kompleks ini? Tapi setahunya, semua villa di kompleks ini sudah ada pemiliknya. Eh!! Tunggu dulu! Penjual villanya ini pernah mengatakan padanya bahwa ia memiliki satu villa lagi yang ia sewakan pada orang-orang yang berminat. Mungkinkah pria itu menyewa villa yang diceritakan itu? Dan satu hal lagi yang Tasya ingat, lokasi villa itu terletak tepat di samping kiri villanya ini. Kalau benar pria itu menyewa villa di samping villanya, artinya …… Oh! NO!!!!!!!!!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD