Chapter 01 : Kabut Yang Datang Setelah Hujan

1553 Words
2050, musim dingin di awal tahun. Bulan januari menjadi puncak terdingin tahun itu. Tidak ada yang istimewa pada bulan itu, namun bagi sebagian orang, setiap detik adalah waktu yang sangat sulit untuk dilupakan. Empat tahun yang lalu, seorang anak terlantar setelah kehilangan kedua orang tuanya, seorang istri kehilangan suami serta anaknya, seorang suami yang kehilangan anggota keluarganya. Empat tahun yang lalu, sebuah tangis mengiringi kebahagiaan yang datang setelah perasaan kehilangan hampir merenggut jiwa mereka. Sebuah harapan yang membimbing semua orang menuju era baru. Sebuah masa yang tercipta oleh ribuan luka yang terlupakan ketika seorang pendosa telah ditentukan untuk menanggung luka yang membuat banyak orang hidup dalam penyesalan. Empat tahun setelah wabah di Distrik 13 berakhir, semua kehidupan telah berjalan dengan normal kembali. Semua kembali pada tempatnya, dan mereka yang bertahan hingga sekarang berusaha untuk memperbaiki kehidupan mereka. Empat tahun yang lalu, setelah datang sebagai seorang penyelamat untuk para rakyatnya, hingga kini Hilton masih berada pada masa kejayaannya. Hilton berhasil mengambil hati rakyat dan mendapatkan kepercayaan yang sempat goyah. Pria itu berhasil membungkam semua orang tentang apa yang terjadi di Distrik 13 empat tahun yang lalu. Seseorang yang berusaha menghancurkan negaranya sendiri justru tetap bertahan di puncak tertinggi. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang pernah berjuang empat tahun yang lalu? Reygan Munaf, pria itu kini telah menemukan kehidupan barunya bersama anak laki-lakinya yang baru berusia empat tahun. Meninggalkan pekerjaannya di Laboratorium Penelitian Distrik 1, Reygan beralih profesi sebagai seorang pengajar di salah satu Universitas di Distrik 1. Berbeda dengan Reygan, Adam Harrison justru bertahan di tempat lama. Namun ada kabar baik dari pria ini. Setelah melalui masa sulit itu, Adam bisa berdamai dengan sang ayah dan kini hubungannya dengan keluarganya jauh lebih baik. Sama halnya dengan Adam. Allan Anderson pun menjalani kehidupan baru dengan keluarga kecilnya. Berdamai dengan istrinya dan merawat anak laki-laki yang ia ambil empat tahun yang lalu bersama-sama. Allan pun hingga detik ini masih bekerja di Green River Medical Center. Seperti hanya Reygan lah yang memilih untuk memulai sebuah awal yang baru. Daniel Alexander Lim justru kembali ke Sun Flower Hospital dan telah mendapatkan promosi kenaikan jabatan. Roderick Hitler yang masih bekerja untuk Presiden, dan Felix Alexander Lim yang tetap hidup dalam pelarian bersama Jason Wilborgh. Setelah berhasil meninggalkan Four Seasons Hotel dengan selamat empat tahun yang lalu, Hilton menurunkan sebuah perintah untuk menangkap keduanya dan menetapkan kedua dokter yang gagal bertugas itu sebagai buronan negara. Felix Alexander Lim dan Jason Wilborgh ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus wabah yang terjadi di Distrik 13. Mereka dituduh dengan sengaja menyebarkan virus untuk kepentingan dari penelitian yang mereka lakukan. Bukan tanpa bukti, rakyat telah tertipu oleh bukti yang telah dipalsukan oleh Hilton dan orang-orangnya. Hingga pada akhirnya mereka mengutuk orang yang salah. Felix dan Jason, dua orang yang harus menanggung karma dari dosa yang telah dilakukan oleh Hilton. Hidup dalam pelarian tanpa identitas. Menghadapi kematian setiap waktu tanpa bisa melakukan pembelaan ketika semua orang memilih untuk menutup mata mereka ketika kebenaran itu berada di hadapan mereka. Dalam waktu empat tahun ada banyak hal yang berubah, namun tak sedikit pula yang memilih untuk tetap berada di jalan yang sama seperti empat tahun yang lalu. JACK THE RIPPER Januari 2050, Distrik 1. Bel rumah berbunyi, mengalihkan perhatian dari sang pemilik rumah. Reygan yang saat itu berada di ruang kerjanya lantas beranjak dari tempat duduknya. Berjalan menuju pintu yang terbuka untuk menyambut tamu yang berkunjung pagi itu. Langkah Reygan terhenti tepat satu langkah di depan pintu ruang kerjanya ketika pandangannya menemukan langkah kecil anak laki-lakinya yang baru berusia empat tahun berlari menuju pintu. Seulas senyum kemudian terlihat di wajah Reygan sebelum sebuah teguran ia berikan kepada putranya yang tak lagi terlihat. "Ethan, kau tidak boleh membuka pintu untuk sembarang orang." Reygan kembali melanjutkan langkahnya untuk menyusul putranya. Ethan Munaf, anak laki-laki berusia empat tahun. Satu-satunya orang yang hingga detik ini membuat Reygan bertahan, satu-satunya hal yang paling berharga dalam kehidupan pria itu. Ethan adalah satu dari ribuan keajaiban yang datang di tengah wabah di Distrik 13 empat tahun yang lalu. Dan hanya Ethan lah yang ditinggalkan oleh Karina untuk Reygan. Tak berusaha mendengarkan ucapan sang ayah, bocah itu langsung membuka pintu sebelum Reygan datang. Dan tepat saat pintu terbuka, Ethan tersenyum lebar, membuat langkah sang ayah terhenti. Bukan seseorang, melainkan sebuah boneka ikan paus yang bahkan lebih besar dari ukuran tubuh Ethan yang saat ini berada di hadapan bocah itu. Namun perlahan boneka itu bergerak ke samping, menunjukkan seseorang di balik benda itu. "Selamat pagi." Seulas senyum lebar menyapa Ethan. Ethan tertawa dan melompat dengan riang ketika Adam menyapanya. Sementara Reygan yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum lebar, seakan apa yang ia lihat pagi itu sudah sering terjadi. "Paman datang," ucap Adam yang langsung masuk dan menggendong Ethan. Sejenak bercanda dengan bocah yang cukup akrab dengannya itu. "Coba lihat, apa yang paman bawa sekarang?" "Ikan," celetuk bocah itu sembari memegang boneka yang dibawa oleh Adam. "Benar, kau tahu dari mana paman mendapatkan ikan sebesar ini?" Ethan menggeleng. "Paman mengambilnya langsung dari laut dan membawanya kemari." "Tidak, Paman berbohong," sangkal Ethan. Adam memasang raut wajah yang tampak bingung. "Tidak ... kenapa kau mengatakan bahwa paman berbohong?" "Paman Harri tidak bisa berenang," celetuk Reygan menengahi keduanya. Ethan mengangguk, semetara Adam tersenyum lebar dan terlihat gemas melihat betapa manisnya putra teman baiknya itu. "Masuklah," ucap Reygan yang kemudian kembali ke ruang tamu lebih dulu. Adam menyusul Reygan sembari bercanda dengan Ethan. "Kau mengetahuinya? Sejak kapan kau mengetahuinya?" "Ayah yang mengatakannya padaku." "Apa? Profesor Munaf yang memberitahumu?" Ethan mengangguk. "Kau percaya dengan apa yang dia katakan?" Ethan kembali mengangguk. "Kenapa kau percaya padanya sedangkan padaku tidak?" "Karena dia adalah ayahku." "Berhenti mengatakan hal yang aneh pada putraku," tegur Reygan. Adam hanya tersenyum simpul sebelum menurunkan Ethan. "Ambillah ini dan pergilah bermain." Ethan menerima boneka itu, namun bocah itu tampak kesulitan untuk membawa boneka yang ukurannya lebih besar dari tubuhnya sendiri. Alhasil bocah itu memegang ekor dari boneka ikan paus itu dan menyeretnya ke tengah ruangan. Bermain sendiri dan membiarkan kedua orang dewasa di sana berbicara berdua. Reygan kembali menegur ketika perhatiannya masih tersita oleh putranya. "Kenapa kau membelikan boneka untuk putraku?" "Kau pikir hanya anak perempuan yang menyukai boneka? Lihatlah, Ethan terlihat sangat menyukainya." Adam memandang Reygan. "Kau sudah lupa bahwa kau juga menyukai ikan paus?" Reygan balik memandang. "Setidaknya bawakan yang sesuai dengan ukuran tubuhnya. Bukankah itu terlalu besar untuk anak usia empat tahun?" Adam tertawa ringan. "Besok aku akan membawakan seukuran kepalan tanganmu." Sebuah candaan yang berlalu begitu saja di saat Reygan memilih untuk mengalihkan topik pembicaraan. "Kau datang tanpa memberi kabar? Ada apa?" "Apakah aku sudah mengacaukan jadwalmu?" "Aku tidak bekerja di hari libur." "Lalu apa salahnya aku berkunjung di hari libur." Adam tersenyum lebar. "Kau tidak memiliki hal yang penting untuk dibicarakan?" "Sesuatu yang penting, ya?" Adam tampak mempertimbangkan sesuatu. "Kau ingin membicarakan sesuatu yang penting denganku?" "Lupakan." Reygan menatap jengah, sementara Adam justru tersenyum lebar. "Bagaimana dengan besok?" tanya Adam tiba-tiba. Sebelah alis Reygan terangkat. "Tentang apa?" "Hari ulang tahun Karina, kau sudah lupa?" Seketika Reygan terdiam. Bukannya melupakan ulang tahun Karina, Reygan memang seperti itu setiap kali orang di sekitarnya menyebut nama Karina. Meski empat tahun telah berlalu setelah kematian Karina, Reygan belum membuka diri untuk dunia luar. Tidak peduli meski orang-orang di sekitarnya menuntutnya untuk segera menikah, Reygan hanya ingin hidup dengan damai bersama putranya. Melihat reaksi Reygan, Adam pun merasa sedikit canggung. "Kau tidak akan pergi?" "Aku tidak memiliki alasan untuk tidak pergi." Reygan menjatuhkan pandangannya pada Ethan yang tengah tertawa riang dengan mainan baru bocah itu. "Dia pasti sangat ingin melihat Ethan." Adam turut menjatuhkan pandangannya pada Ethan dan tersenyum tipis, sarat akan keprihatinan. "Aku merasa iri padamu." Reygan kembali mempertemukan pandangan keduanya. "Tentang apa." "Kau memiliki putra yang sangat menggemaskan." "Kau juga bisa memilikinya. Berhenti mengulur waktu dan luangkan waktumu untuk seorang wanita." Adam tersenyum lebar. "Jangan menyuruhku untuk melakukan kencan buta. Aku sudah cukup merasa bosan dengan hal itu." "Ayahmu kembali mengatur kencan buta untukmu?" "Kau pikir orang itu akan mudah menyerah hanya karena aku menolaknya satu kali?" Adam menatap sinis. Reygan tertawa pelan. "Setidaknya kau harus berhasil satu kali dari lima pertemuan di bulan ini." Adam tersenyum tak percaya. "Lihatlah siapa yang sedang tertawa di sini." Garis senyum di wajah Reygan perlahan memudar. "Besok aku dan Ethan akan pergi ke Distrik 13, pergilah bersama kami jika kau memiliki waktu luang." "Karena kau yang meminta, aku tidak bisa menolaknya." Reygan tersenyum tak percaya. Dan kunjungan Adam hari itu berlangsung cukup lama. Adam bisa menghabiskan waktu seharian di sana hanya dengan bermain bersama Ethan. Dan ketika hal itu terjadi, Reygan akan menetap di ruang kerjanya. Fokus terhadap pekerjaannya tanpa ada perasaan khawatir terhadap putranya ketika Adam telah mengambil perannya untuk sesaat. Menjadi orang tua tunggal bukanlah hal yang mudah. Terlebih ketika Ethan beranjak dewasa. Reygan harus siap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, meski hingga detik ini Reygan tak pernah memikirkan bagaimana reaksi Ethan nanti saat mengetahui bahwa ayahnya belum menikah. Bagi Reygan yang terpenting sekarang adalah putranya tumbuh dewasa tanpa merasa kekurangan kasih sayang meski tanpa adanya seorang ibu di sampingnya. Apapun anggapan orang luar tentang kehidupannya saat ini, Reygan Munaf berusaha untuk menjadi seorang ayah yang baik serta mengambil peran seorang ibu untuk putranya. Ethan Munaf adalah anugrah yang akan selalu membuat Reygan merasa bersyukur masih bernapas hingga detik ini. BATTLE OF HEALER : CHAPTER II [JACK THE RIPPER]
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD