Chapter 08.

1471 Words
Lily dan Steve bergegas keluar dan menghampiri salah seorang yang mengambil kendali layar utama. "Tampilkan di layar utama," ucap Lily memberikan perintah. Pada layar besar, terputar rekaman CCTV di depan salah satu swalayan. Dalam rekaman tersebut, terlihat seorang dua orang pria yang baru saja keluar dari swalayan dan tampak berbincang-bincang. Netra Lily memicing, mencoba mengenali sosok yang tak terlihat dengan begitu jelas. "Kau yakin mereka adalah orang yang kita cari?" tanya Lily. Setelah menanyakan hal itu, kedua netra Lily membulat ketika salah satu dari pria yang berada dalam rekaman memandang ke arah CCTV. Dan saat itulah rekaman dihentikan guna pemindaian wajah. "Tidak salah lagi, dia adalah Dokter Jason Wilborgh yang menghilang di Distrik 13 empat tahun yang lalu," ucap seorang pria yang duduk di atas kursi roda menghadap sebuah komputer. "Dan orang di sampingnya adalah Dokter Felix Alexander Lim." Raut wajah Lily menegang, sudah sangat jelas bahwa wajah pria itu memang Jason Wilborgh. Dan dalam keadaan itu, Steve masih sempat memperhatikan garis wajah Lily. Lily kemudian berkata, "konfirmasi lokasi mereka dan segera hubungi divisi 13." Lily kemudian hendak pergi, namun Steve menahan lengannya dan membuat keduanya bertemu pandang. Steve berkata, "kau seharusnya memanggil divisi 7." "Aku yang tahu siapa yang paling aku butuhkan di sini. Jika kau menolak, aku bisa bekerja sendiri." "Kau tidak akan melakukan hal itu." Sorot mata Lily menajam. Steve kembali berbicara, "kita pergi bersama." Dan hari itu Lily pergi bersama orang-orang dari divisi 7 untuk menuju tempat persembunyian Felix dan Jason. Namun, hal sebesar itu tentunya tidak mungkin untuk dirahasiakan. Salah seorang pria memasuki ruang kerja Ketua Divisi 7. Jeffrey Deaver, dialah Ketua Divisi 7 yang sempat dibahas oleh Lily dan Steve. "Pak, aku datang membawa kabar dari divisi 11." Deaver yang duduk di balik meja kerjanya menyahut dengan santai. "Katakan saja." "Mereka sudah menemukan keberadaan Dokter Felix Alexander Lim dan juga Dokter Jason Wilborgh." Mendengar hal itu, sebelah alis Deaver terangkat. Namun, ia tetap bersikap santai. "Di mana tempatnya?" "Distrik 49, di dekat pelabuhan. Para informan yang berada di area itu sudah menemukan rumah yang ditinggali oleh keduanya." "Kalau begitu tunggu apa lagi? Siapkan orang-orang kita." Pria itu tampak gelisah, terlihat enggan untuk berbicara. Deaver kemudian menegur, "kenapa? Kenapa kau masih berdiri di sini?" "Itu ... masalahnya ... divisi 13 sudah turun tangan." "Apa?" Sebelah alis Deaver terangkat sebelum seulas senyum tersungging di wajahnya. Deaver mencondongkan tubuhnya dan menumpukan kedua sikunya pada meja di saat kedua tangannya saling bertautan. Deaver tersenyum semakin lebar dan berucap tak percaya. "Kau mengatakan bahwa divisi 13 sudah turun tangan." "Itu benar, Pak," jawab pria itu takut-takut. "Maksudmu kau mengetahui berita itu bukan karena divisi 11 yang menghubungi kita?" "B-benar, Pak." "Tidak tahu kah kau bahwa divisi 7 sudah mengambil alih kasus ini?" Kemarahan mulai terlihat dalam garis wajah Deaver. "A-aku tahu, Pak. Semua orang sudah tahu tentang hal itu, tapi—" "Tapi kenapa kau membiarkan Yeager ikut campur?!" Deaver tiba-tiba berteriak, terlihat sangat murka. "Itu di luar kendali kami, Pak." "Jangan hanya berdiam diri, segera kumpulkan orang-orang kita." "B-baik, Pak." Deaver beranjak dari tempat duduknya. Mengenakan jasnya dan berjalan keluar sembari menyelipkan senjata api ke pinggangnya. Dalam perjalanan, Deaver menghubungi Steve. "Berhenti di tempatmu, Yeager." Deaver langsung memberikan peringatan. Dari seberang Steve menyahut dengan santai. "Hari pernikahanmu sudah dekat. Misi ini terlalu berbahaya, berpalinglah untuk sesaat dan aku yang akan mengurusnya." "Kau sudah tidak waras? Berani-beraninya kau bermain-main denganku." "Aku tidak memilki tujuan lain seperti dirimu. Tunggulah undangan dari Hilton setelah misi ini selesai. Anggap itu sebagai hadiah pernikahan dariku untukmu meski kau tidak memberikan undangan untukku. Kau harus bersikap lebih santai, Pak Deaver." Steve memutuskan sambungan secara sepihak. Membuat Deaver menggertakkan giginya. Tak membiarkan Steve menang, Deaver memimpin orang-orangnya menuju Distrik 49. BATTLE OF HEALER : CHAPTER II [JACK THE RIPPER] Istana Kepresidenan, Distrik 1. Devid Harrington, si sekretaris pribadi Presiden itu memasuki ruang kerja Presiden. Menghampiri Hilton yang kala itu tengah duduk bersantai di sebuah sofa. "Pak," tegur Devid ketika sampai di tempat Hilton. Hilton mengarahkan pandangannya pada Devid. "Ada apa? Kau ingin menyampaikan sesuatu?" Devid mengangguk. "Kalau begitu katakan saja." "Aku membawa kabar dari NCA, Pak." Mendengar hal itu, Hilton yang sebelumnya duduk bersandar lantas menegakkan tubuhnya. Wajah santainya terlihat lebih serius. "Apa yang mereka katakan?" "Mereka sudah menemukan keberadaan Dokter Felix Alexander Lim dan juga Dokter Jason Wilborgh, Pak." "Di mana? Di mana mereka sekarang?" "Menurut laporan, Dokter Alexander Lim dan Dokter Wildbrogh saat itu tengah berada di Distrik 49." Sempat terdiam, Hilton kemudian tertawa. Tentu saja itu patut untuk dirayakan, karena pencariannya selama empat tahun pada akhirnya menemukan titik temu. Tawa itu kemudian terhenti. Hilton berucap, "mereka sangat pandai menyembunyikan diri selama ini. Tapi pada akhirnya usaha mereka akan sia-sia saja." Devid memandang Hilton dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan. Hilton kemudian beranjak berdiri. "Siapkan mobil." "Ya, Pak. Tapi, Pak ... ke mana kau ingin pergi?" Pertanyaan Devid sejenak menghentikan langkah Hilton. Dia kembali memandang sang sekretaris. Hilton mengajukan sebuah pertanyaan. "Aku dengar adik Felix Alexander Lim masih berada di Distrik 2. Apakah dia masih bekerja di Sun Flower Hospital?" "Itu benar, Pak. Dokter Lim masih bekerja di rumah sakit yang sama dengan Nona Rachel, Pak." "Segera buatkan jadwal pertemuanku dengannya." Devid terkejut, tapi Hilton telah melangkah pergi. Devid perlahan memutar kakinya, memandang punggung sang Presiden. Dan ketika Hilton telah meninggalkan ruangan itu, Devid mengeluarkan ponselnya. Menghubungi Adam yang selama ini masih menjalin hubungan baik dengannya. "Profesor Harri," tegur Devid. "Oh? Harrington, ada apa?" "Jika Profesor tidak sibuk, bisakah kita bicara sebentar?" "Baiklah, datanglah ke Lab kapan pun kau ingin berbicara." "Aku akan segera menghubungimu." Devid kemudian memutus sambungan telepon dan bergegas meninggalkan ruangan itu. Hari itu setelah mengurus jadwal Hilton serta membuat janji konsultasi dengan Daniel, Devid mengunjungi Laboratorium Penelitian Distrik 1 untuk menemui Adam. Devid berhenti di depan pintu dan mengetuk pintu ruang kerja Adam. "Masuklah," suara Adam yang terdengar dari dalam. Devid membuka pintu dan menampakkan dirinya di hadapan Adam. "Oh! Kau sudah datang? Masuklah." Devid menutup pintu dan berjalan menghampiri Adam yang beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah meja tamu. "Duduklah." Keduanya duduk berhadapan dan Adam kembali menegur. "Ada apa? Kau memiliki sesuatu untuk dikatakan?" "Aku tidak tahu apakah ini sesuatu yang penting untuk dikatakan. Tapi aku pikir aku harus memberitahu Profesor tentang hal ini." Sebelah alis Adam sekilas terangkat. "Tentang apakah ini?" "Dokter Felix Alexander Lim dan Dokter Jason Wilborgh, mereka sudah ditemukan." Dahi Adam mengernyit secara berlebihan. Itu lah reaksi terkejut yang bisa ia tunjukkan. "Di mana?" "Distrik 49." "Mereka sudah tertangkap?" Devid menggeleng. "Masih belum. Aku mendapatkan kabar dari NCA bahwa mereka masih dalam perjalanan menuju Distrik 49." Adam sejenak berpaling, dia merasa gelisah meski tidak mengenal dua buronan itu. Tentu saja dia merasa bahwa itu tidaklah adil. Adam kembali memandang Devid dan bertanya, "apa yang sedang direncanakan oleh Presiden saat ini?" "Hari ini dia berniat menemui Dokter Daniel Alexander Lim. Aku sudah membuat jadwal konsultasi untuk menyamarkan kunjungan Presiden." Adam menatap penuh tanya. "Daniel Alexander Lim?" Nama yang tidak asing bagi Adam. Tentu saja siapapun akan langsung mengetahui siapa Daniel begitu nama itu disebutkan. Karena orang pertama yang berhasil menciptakan vaksin untuk wabah Distrik 13 adalah Daniel. Meski Reygan dan Adam adalah penemu pertama, namun publik hanya mengetahui bahwa Daniel lah orang pertama yang membuat vaksin itu. Devid mengangguk. "Benar, dia adalah adik dari Dokter Felix Alexander Lim." "Apa yang sedang direncanakan Presiden?" Devid menggeleng. "Dia tidak mengatakan apapun selain ingin bertemu dengan Dokter Daniel Alexander Lim." Adam sejenak tenggelam dalam pemikirannya sendiri. Namun, hanya dalam beberapa detik ia kembali memandang Devid. Tampak ragu, Adam kembali berbicara. "Jika seandainya ... NCA berhasil menangkap Alexander Lim dan juga Wilborgh. Apakah yang akan terjadi pada mereka?" "Hukuman mati," ucap Devid tanpa pikir panjang. Dahi Adam kembali mengernyit secara berlebihan. Dia menanyakan hal yang sudah ia ketahui jawabannya. Devid berkata, "tidak akan ada yang bisa menyelamatkan mereka. Sejak Presiden melimpah semua kesalahannya kepada mereka, mereka sudah mati." "Bukan kesalahan, lebih tepatnya kejahatan. Hilton sudah melakukan kejahatan besar dan sayangnya kami menjadi kaki tangannya. Tapi ..." Adam menemukan satu hal yang sangat ingin ia ketahui sejak lama. Namun, belum memiliki kesempatan untuk mengkonfirmasi hal itu. Dan kali ini dia menemukan celah untuk bertanya. "Bagaimana caranya kedua dokter itu bisa terlibat dengan Hilton? Kenapa Hilton melimpahkan semua kejahatannya kepada dua dokter itu? Siapakah mereka sebenarnya?" Devid merasa tersudut. Dia terdiam, terlihat enggan untuk melanjutkan pembicaraan hingga sebuah pernyataan menjadi bagian akhir dari pembicaraan mereka hari itu. "Tidak ada yang ingin aku katakan lagi ..." Sebuah penolakan terucap. Adam harus menyimpan kembali semua perasaan ingin tahunya tentang identitas sesungguhnya dari kedua dokter yang telah dikambinghitamkan oleh Hilton. Dan kebenaran tentang apa yang terjadi di Four Seasons Hotel empat tahun yang lalu kembali terkubur hingga orang yang berkaitan bersedia untuk buka mulut dan menjadi pengkhianat bagi Robert Hilton. BATTLE OF HEALER : CHAPTER II [JACK THE RIPPER] //
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD