bc

MENTARI DI HATI LANGIT

book_age16+
2.0K
FOLLOW
12.7K
READ
revenge
second chance
pregnant
drama
sweet
punishment
Neglected
like
intro-logo
Blurb

Langit menceraikan istrinya karena fitnah dari keluarganya yang mengatakan kalau Mentari adalah wanita mandul.

Langit menyesal setelah berpisah dari Mentari apalagi wanita itu di paksa keluar dari rumah hari itu juga. Kenyataan berbicara karena apa yang dia lihat tidak sesuai kenyataan.

Apakah Mentari mau kembali pada Langit?

chap-preview
Free preview
Kamu Mandul
POV Langit "Mentari, ada yang mau aku bicarakan," kataku pada istriku yang sedang menjahit dasternya yang bolong dengan menggunakan jahitan tangan. Aku sengaja memanggil nya dengan nama panjangnya sehingga mungkin dia merasa heran. "Ada apa, Mas? Kok terlihat serius sekali," katanya terus menyatukan daster bolongnya dengan benang. Dia melirikku sekilas, kemudian melanjutkan pekerjaannya. "Mentari, Tari. Hmmm ... Hmmm ...." Aku merasa bingung memulai kata-kata dari mana. Aku benar benar bingung. Dia menghentikan aktivitasnya, kemudian fokus menatapku yang sudah mendesah panjang. "Apa yang mengganggu pikiranmu, Mas?" tanya nya lembut, aku merasa tak enak. "Mentari, aku ingin kita berpisah saja. Lebih baik kita berjalan masing-masing," kataku dengan menghela napas berkali-kali. "Aw ..." Mentari sedikit mengaduh. Kulihat matanya berkaca-kaca karena jarum jahit itu mengenai tangannya. "Kau tak apa, Tari?" tanya ku. Tari menatapku sejenak. Dia kemudian menghentikan pekerjaannya. "Apa salahku, Mas?" katanya dengan wajah gusar. Aku mengelap kasar wajahku, maafkan aku Tari. Ini sungguh berat bagiku. Keluargaku sangat ingin aku punya anggota keluarga baru. Sudah tiga tahun aku menikah dengan Tari namun sampai sekarang dia gak bisa memberiku anak. Bukan tak bisa tetapi Tari pernah hamil dan diusia ketiga bulan kandungan dia keguguran, setelah itu selama tiga tahun kami berjuang sampai sekarang dia tidak bisa hamil juga. Ibu meradang karena menganggap ku lelaki bodoh yang mau saja mempertahankan wanita mandul. Aku lelah dipaksa Ibu buat memiliki anak dan mungkin Ibu ada benarnya juga. Dia berkata untuk apa aku mempertahankan rumah tangga dan usia produktif ku untuk punya anak dan bersama Tari selamanya. Tari hanya orang lain yang kebetulan menikah denganku, kalau sudah tidak cocok lebih baik berpisah karena istri hanya akan menjadi orang lain dan keluargaku tetap mereka. Ayahku, Ibuku dan adik-adikku. "Keluargaku ingin kita punya anak dan kamu gak bisa memberikan itu, Tari," kataku berusaha tenang. Kulihat sudut matanya kembali berair. "Aku bukan tidak bisa. Tetapi, aku terlalu lelah, Mas," katanya dengan suara parau. Ku hembuskan napas gusarku. Lelah dari mana. Tari hanya bekerja seharian di rumah kami, memasak dan mencuci hanya pekerjaan rumah biasa dan kata Ibuku, dia juga turut andil dalam membantu pekerjaan Tari. Kami memang masih tinggal di rumah orangtuaku. Pernah Tari menangis minta pindah kontrakan namun Ibu marah besar katanya terlalu boros apalagi kami belum punya anak. "Lelah? udahlah Tari. Ibu bercerita kalau kamu sering duduk di warung dan bergosip sementara pekerjaan rumah Ibu dan Mira lebih banyak melakukannya!" kataku membela Ibu dan adikku. Aku heran sekali, Tari sering mengeluh lelah dalam melayani Ibu dan dua adikku. Mira dan Intan. Sementara Ibu juga berkeluh kesah kalau Tari itu malas. Ah, aku dirundung dilema. Aku anak lelaki satu-satunya yang harus mengayomi keluarga. Tekanan sana-sini membuatku sakit kepala. Sejak Ayah meninggal delapan tahun yang lalu, akulah yang menjadi tulang punggung keluarga. Mira juga sudah cerai dari suaminya, sang suami ketahuan selingkuh. Beban keluarga yang besar membuatku pusing. Disamping Ibu selalu mengeluh rugi jika aku harus juga membiayai Tari tanpa anak karena dia hanya orang lain yang kebetulan ku nikahi. Tari menghembuskan napas kasarnya. Agaknya dia menerima keputusanku. "Kamu sudah yakin, Mas?" tanya nya lagi padaku. Aku mengangguk perlahan. "Mentari aku ceraikan kamu dan saat ini kamu bukan istriku lagi," ucapku dengan suara bergetar. Aku tak tahu apakah ini benar atau tidak. Ibu dan keluarga besar ku juga para tetangga ada benarnya. Buat apa aku bertahan untuk wanita mandul? Tari memejamkan matanya menerima ikrar talak dariku. Butiran air itu lolos dari netranya. Dia sepertinya legowo dengan semua keputusan yang aku buat. "Baiklah, Mas. Aku juga tak bisa memaksa jika dalam pikiranmu aku hanya orang lain. Terima kasih sudah menjadi suamiku selama tiga tahun ini." Kleekk .... Suara pintu mengagetkan kami. Ibu dan Mira pulang. Sedang adikku Intan masih mengikuti ekskul di sekolahnya dan berkata akan pulang terlambat. "Langit, bagaimana sudah kamu ceraikan Tari?" tanya Ibu dengan ketus. Aku mengangguk kecil. Entah mengapa aku menyesal melakukan ini pada Tari. Apakah keputusan ku benar atau salah? "Bagus, sekarang kamu kemas barang-barang kamu, Tari!" Perintah Ibu dengan wajah garang. "Bu, maaf bukankah wanita yang dicerai masih harus tinggal di rumah suaminya sampai masa iddah selesai?" tanya Tari dengan nada lembut. Dia masih saja lembut. Tetapi, Ibu berkata dibalik kelembutan Tari, dia gadis yang gak bersyukur dan pemalas. Mendengar suaranya entah mengapa aku merasa kasihan dan begitu jahat. "Gak ada cerita. Kamu pergi dari rumah saya. Ingat ini rumah saya dan kamu cuma numpang di sini. Apalagi anak saya sudah menceraikan kamu. Pergi!" usir Ibu dengan suara keras pada Tari. "Mas, tidak bisakah besok aku pergi. Ini sudah sore dan kamu tahu bagaimana perlakuan Ibuku di sana padaku," kata Tari memelas padaku. Saat itu aku merasa bingung karena dia terlihat cemas. Tari merasa takut. "Percuma minta sama Langit, karena dia juga tinggal di sini ikut aturan Ibu. Kamu itu mandul, Tari. Hidup kamu hanya jadi beban buat anak saya!" ucap Ibuku dengan suara meninggi. "Beban kata Ibu! Selama ini saya sabar sama kalian karena saya mencintai Mas Langit. Namun apa yang saya dapatkan. Baiklah saya juga gak sudi ada disini!" balas Tari sengit. Aku terkaget melihat sikap berani Tari, selama ini dia selalu patuh padaku dan sayang dengan keluargaku. "Ya sudah lebih baik kamu pergi saja!" kata Ibu lagi ketus. Tari beranjak dan dia menatap aku marah. Dia masuk ke kamar. Di sana dia menyusun pakaian nya dalam satu tas. "Tari ...." Hanya itu kata yang mampu ku ucapkan padanya. Tenggorokanku rasanya tercekat dan bibirku sulit berkata-kata. "Terima kasih, Mas. Aku mencintai kamu setulus hatiku walau aku bertahan terpaksa dengan sikap Ibu kamu semata aku menghormati kamu sebagai suamiku. Namun ini balasan kamu. Aku bisa apa? Kamu hanya diam saat aku diusir seperti ini," kata Tari berusaha keras menahan agar embun itu tak turun membasahi pipinya dan suaranya bergetar. Dadaku sesak. "Maaf, Tari. Aku antar kamu." Hanya itu perkataan yang keluar dari bibirku. Aku terlihat bodoh menjadi suami. Ah, sekarang aku bukan suami Tari lagi. "Gak perlu Langit. Biar dia pergi sendiri dan urus sendiri dirinya dari sekarang!" kata Ibu dengan mata mendelik. Tari mendesah. Dengan langkah berat dia keluar dari rumah. Aku hanya menatap sayu punggungnya yang berlalu menjauh. Dia keluar dari rumah Ibuku sementara aku hanya diam menyaksikan kepergiannya. ** Seorang Wanita Ditemukan Mengambang Di Sungai Diduga Bunuh Diri. Berikut Identitasnya. Aku terhenyak membaca kepala berita di sebuah situs berita online. Mataku membola karena pakaian yang dipakai wanita itu mirip pakaian Tari saat pamit tempo hari. Apakah wanita itu adalah Tari? Dia bunuh diri karena aku menceraikannya? Tubuhku rasanya bergetar hebat. Tidak pulang kah dia ke rumah orangtuanya setelah aku menceraikan dia? Sudah seminggu berlalu setelah aku menceraikannya. Aku bersegera menghubungi gawainya dan sudah tidak aktif. Tak putus asa ku hubungi gawai Ibunya. "Halo," sahut suara diseberang. "Bu, Di mana Tari?" tanyaku bingung. "Kok kamu tanya Ibu? Oh ya, bilang sama Tari. Bulan ini dia harus kasih uang lebih sama Ibu. Anak gak tahu diri! Sudah hampir dua bulan dia gak kasih uang sama Ibu!" "Tari gak ke rumah Ibu?" "Ngapain dia kesini? Apa maksud kamu? Di mana Tari?" Ibunya malah bertanya padaku. Tubuhku menjadi gemetar. Jika Tari gak di sana maka yang meninggal itu apakah Tari? Segera kubuka berita selanjutnya, di mana jasad wanita itu sekarang sedang berada di Rumah Sakit setempat dan menunggu keluarga nya datang mengambil. Aku terhenyak sesaat, kemudian aku segera mengambil kunci mobilku untuk melihat jasad wanita itu. Bersambung.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.4K
bc

TERNODA

read
198.3K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
29.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.0K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
38.1K
bc

My Secret Little Wife

read
131.9K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook