Cinta dan Pengkhianatan

1823 Words
Tania, wanita yang berperangai lembut itu tersenyum menatap hangat wajah suaminya yang masih tampak tertidur lelap.   Jari jemarinya yang lentik pun perlahan menyentuh wajah rupawan itu dengan penuh kehati-hatian. Tania tidak ingin membangunkan Bastian—suaminya—yang tampak begitu menikmati tidurnya.   Bulu-bulu halus yang tumbuh di wajah Bastian terasa menggelitik geli jari-jari Tania. Hingga membuat wanita itu terkekeh kecil.   “Kamu nakal ya, Sayang,” ucap Bastian, perlahan membuka matanya dan menatap istrinya lekat.   Tania terkejut, wanita itu lantas menarik tangannya dari wajah Bastian. Tapi, dengan cepat Bastian menahan tangan itu untuk tetap berada di wajahnya.   “Jam berapa?” tanya Bastian sambil menikmati sentuhan tangan istrinya yang terasa begitu hangat.   “Jam empat,” jawab Tania.   “Pagi?”   Tania mengangguk. “Iya,” ucapnya.   “Kamu bangunin aku jam empat pagi? Kamu tahu konsekuensinya, ‘kan?”   “Salat subuh, Mas,” kata Tania.   Bastian mengembuskan napasnya pelan. Suaminya itu memang berbeda dengannya yang selalu menjaga salat lima waktunya.   Tapi, selama enam tahun pernikahannya dengan Bastian, Tania selalu dengan sabar membujuk rayu suaminya itu untuk menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim.   “Em, oke,” balas Bastian, lalu mengecup bibir Tania singkat, dan kemudian beranjak menuju kamar mandi yang ada di sudut kamar.   * * *   “Selamat pagi, Pak Bas,” sapa para karyawan yang berpas-pasan dengan Bastian.   Senyum Bas terus mengembang, membalas sapaan semua karyawannya yang terlihat begitu sopan padanya.   Sesampainya di ruangan. Bas langsung duduk di kursinya. Tatapannya kala itu seketika tertumpu pada sebuah pigura kecil yang sengaja ia letakkan di atas meja kerjanya, yaitu foto pernikahannya dengan Tania.   Senyum Bastian pun kian mengembang lebar. Sekali pandang saja semua orang akan menganggap bahwa pria itu adalah sosok suami yang begitu mencintai istrinya, sekalipun mereka belum dikaruniai sosok anak di saat usia pernikahan mereka sudah menyentuh enam tahun lebih.   Bastian mengembuskan napasnya pelan. Tak lama dari itu ia mengalihkan fokusnya pada tumpukan berkas yang harus ia periksa.   Tapi kemudian, ketika Bastian tengah larut dalam pekerjaannya, seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu ruangan terlebih dahulu.   Dia adalah seorang wanita. Dari pakaiannya yang tampak begitu formal, dapat diketahui bahwa wanita itu adalah salah satu pegawai Bastian.   Wanita itu masuk sambil membawa secangkir kopi hitam kesukaan Bastian. Ia meletakkan di atas meja Bastian sambil menatap pria itu dengan senyum penuh artinya.   “Ehem.” Wanita itu berdehem. Ia dengan sengaja melakukan hal seperti itu agar konsentrasi Bastian terpecah, lalu beralih fokus padanya.   Dan, apa yang wanita itu harapkan benar-benar terwujud. Bastian sungguh mengalihkan pandangannya seperti yang diharapkan oleh si wanita. Bastian menoleh ke arah wanita itu, yang kini tampak mengerlingkan matanya pada Bastian.   “Kamu pasti tahu kenapa aku pagi-pagi kayak ‘gini udah ada di sini ‘kan, Mas?”  kata si wanita, menatap Bastian begitu lekat.   Bastian yang paham dengan maksud perkataan si wanita pun kemudian ia tampak mengalihkan berkasnya. Lalu, ia menatap pintu ruangannya sejenak, sebelum kemudian ia bangkit dari duduknya dan melangkah mendekati jendelanya. Terlihat dari dalam jendelanya, semua pegawai perusahaan tampak sibuk dengan pekerjaan mereka.   Lalu, setelah itu Bastian mendekati si wanita—namanya Vina—yang merupakan salah satu pegawai di departemen pemasaran.   “Maaf, semalem aku enggak bisa keluar. Aku butuh sedikit quality time sama istri aku. Kamu tahu sendiri, aku enggak mau dia curiga kalau aku cukup sering ‘jajan’ di luar rumah,” terang Bastian, yang sontak membuat Vina mendengus sebal. Ia kembali dibuat iri pada sosok istri dari Bastian Rafardhan itu.   “Oh, jadi kamu semalem dipuasin sama istri kamu, ya? Jadi kamu lebih suka dipuasin istri kamu daripada sama aku, begitu?” tukas Vina.   Bastian mendekatinya semakin lekat. Pria itu bahkan kini tampak menyentuh kedua bahu Vina dan menatap wanita itu serius.   “Dia istri aku, Vin. Tolong jangan banding-bandingin dia sama kamu ataupun wanita lain. Bukan aku enggak suka, tapi dia itu istri aku,” tukas Bastian.   Vina bungkam. Dia pikir selama ini Bastian berselingkuh dengannya karena dia telah memiliki hati pria itu sepenuhnya, tetapi ternyata Vina salah, dia hanyalah salah satu wanita dari puluhan wanita lain yang pernah menjadi tempat pemuas nafsu Bastian. Vina hanya menjadi tempat singgah sementara bagi Bastian. Dan setelah Bastian merasa bosan padanya, Vina harus menerima kenyataan bahwa dia akan ditinggalkan oleh pria tampan itu.   Bastian menghela napasnya pelan. Pria itu lantas mengecup pelan bibir Vina. Cukup lama walaupun hanya sekedar kecupan ringan.   Setelah itu, Bastian menatap begitu dalam manik mata Vina, hingga membuat wanita itu terbuai dengan sorot tajamnya.   “Nanti sore setelah pulang kerja, aku bakalan dateng ke apartemen kamu,” kata Bastian.   Senyum Vina seketika itu langsung terukir sempurna, senyumnya tampak begitu merekah, terlihat jelas sekali kalau dia sangat senang mendengarnya. Rasa kesal dan iri hati Vina pun seketika lenyap. Wanita itu kemudian mengangguk setuju menanggapi perkataan Bastian barusan.   “Ya udah, kamu keluar gih. Aku enggak mau ada skandal antara aku dan kamu di kantor ini,” ujar Bastian. “Kamu harus inget, Vin. Aku ini pria beristri, aku harus menjaga nama baikku dan juga kepercayaan istriku. Aku enggak mau ada yang tahu tentang apa yang terjadi di antara aku dan kamu,” imbuhnya.   Vina terkekeh. “Ya, okey. Aku pergi sekarang. I love you,” ucap Vina, sekilas mencium bibir Bastian. Lalu kemudian ia melangkah keluar dari dalam ruangan pria rupawan itu.   Bastian mengembuskan napasnya pelan. Ia lantas kembali menatap berkas-berkas pekerjaannya yang sempat terabaikan karena kehadiran Vina.   “Ya, nanti sore akan menjadi akhir dari hubungan gelap kita, Vina. Karena sepertinya aku sudah bosan denganmu. Kamu itu terlalu agresif dan penuh obsesi, dan lagi, kamu bahkan dengan berani merendahkan istriku tanpa tahu malu,” gumam Bastian, tersenyum miring membayangkan sosok Vina yang baginya sudah melampaui batasan. * * *   Bastian Rafardhan. Dia adalah anak tengah dari keluarga mapan. Sejak kecil kehidupannya penuh dengan kecukupan yang berlebih. Orang tua Bastian adalah seorang pensiunan PNS, yang telah sampai pada tingkat golongan tertinggi. Sedari kecil Bastian selalu mendapatkan kehangatan dari orang-orang sekitarnya. Kehidupannya yang penuh warna itu membuat banyak orang merasa iri pada sosok Bastian.   Namun, ada yang sangat disayangkan dari diri Bastian. Enam tahun yang lalu, dengan tegas dia menentang orang tuanya yang sempat menjodohkannya dengan seorang gadis dari keluarga kaya. Bastian menolak perjodohan itu dan memilih menikahi seorang gadis dari keluarga sederhana, gadis itu adalah Tania.   Perangai Tania yang begitu lembut dan ramah untungnya mampu membuat orang tua Bastian luluh. Bahkan ibunda Bastian tak butuh waktu lama untuk langsung menyukai sosok Tania. Kendatipun enam tahun ini Tania belum mampu memberikan seorang cucu untuk ibu dan ayahnya, tetapi keduanya masih tetap amat menyayangi Tania.   Tania sangat beruntung bukan? Ya, dia sangat beruntung jika dilihat dari celah yang amat kecil. Karena, di sisi lain, dari sudut lain yang begitu gelap dan menyesakkan. Sudah sejak lama Bastian mengkhianati Tania, tepatnya sejak empat tahun yang lalu, atau dua tahun setelah pernikahan mereka, Bastian mulai merasa bosan dengan sosok Tania yang terasa monoton bagi kehidupannya.   Sejak pernikahan mereka menginjak usia dua tahun, Bastian kembali menjadi sosok playboy dan gencar mencari kesenangan gilanya di luar sana. Dia sungguh pria tidak tahu diri, setiap malam Bastian selalu pergi ke hotel dengan wanita yang berbeda. Setiap wanita yang dikencaninya pun tidak akan pernah menjalin hubungan gelap terlalu lama dengannya. Paling lama hanya sampai satu minggu, dan paling singkat hanya sekadar cinta satu malam saja.   Mirisnya, hingga empat tahun berlalu, Tania masih mengira kalau Bastian adalah sosok suami yang begitu setia padanya. Oke, dapat diakui Bastian memang setia, dia sendiri berkomitmen tidak akan pernah meninggalkan Tania, dia juga tidak pernah suka kalau wanita-wanita yang dijamahnya menjelekkan nama baik istrinya. Tapi sayangnya, semua itu hanyalah sebuah obsesif dan egoisme jika Bastian masih suka memanjakan dirinya dengan banyak wanita lain di luar sana, tanpa ingat kalau dirinya bukan lagi seorang pria lajang, melainkan seorang pria yang sudah beristri.   Bastian merapikan pakaiannya. Pria itu menatap cermin yang ada di kamar hotel. Dari pantulan cermin itu terlihat seorang wanita masih terbaring di atas tempat kasur sambil memandangi Bastian dengan senyumannya.   Wanita itu bukan Vina, melainkan wanita lain yang tiga hari lalu bertemu kembali dengan Bastian setelah sekian lama mereka hilang kabar. Ya, keduanya sudah saling mengenal sebelumnya.   Dia adalah Intan. Mantan kekasih Bastian sekaligus cinta pertama Bastian, yang sampai detik ini masih mampu membuat Bastian tergila-gila padanya.   “Kamu udah putus sama wanita yang kemarin malam itu?” tanya Intan, yang dia maksud adalah Vina. Karena sewaktu ia bertemu dengan Bastian malam itu, Intan mendapati Bastian keluar dari kamar hotel bersama seorang wanita yang Bastian kenalkan sebagai Vina, salah satu pegawainya.   “Dia terlalu berisik, bahkan dia berani ngerendahin istri aku,” terang Bastian.   Intan terkekeh. Wanita itu cukup paham dengan sisi baik dan buruk yang ada dalam diri Bastian. “Kamu masih belum berubah ya, Bas. Masih aja tukang selingkuh tapi kalau wanita sahnya diganggu sedikit aja langsung marah. Dasar,” sindir Intan dengan humornya.   Bastian tersenyum menanggapinya. Pria itu kini tampak sudah rapi dengan setelan pakaian kerjanya.   “Em, jadi ... sekarang aku ... selingkuhan kamu?” Intan kembali bersuara.   Bastian menoleh. Sejenak ia menatap lekat ke arah Intan yang masih belum mengenakan busana apa pun. Tubuhnya masih terbalut selimut lembut hotel bintang lima itu.   “Kalau kamu mau, aku enggak akan nolak,” kata Bastian, tersenyum menyeringai.   Intan terkekeh. “Oke, sepakat,” balas Intan.   “Tapi ... ‘gimana sama suami kamu? Aku tahu kamu udah nikah, Intan,” tanya Bastian.   Senyum intan tampak sedikit pudar. Kepala wanita itu bahkan terlihat menunduk dalam. Raut wajahnya seketika itu berubah sedih. Ia lantas menatap Bastian dengan kesenduannya.   “Rumah tangga aku sama Dimas udah lama retak. Bahkan, sejak awal pernikahan pun kami hampir cerai. Kalau saja bukan karena orang tua kami. Aku pasti udah lama cerai sama dia, Bas,” terang Intan.   Bastian mengernyit bingung. Ia merasa heran dengan nasib aneh rumah tangga mantan kekasihnya itu. Padahal, dulu Bastian sangat kesal melihat Intan yang tampak amat bahagia menikah dengan Ferdimas, anak dari keluarga konglomerat yang bahkan saat itu membuat Bastian merasa insecure membandingkan dirinya dengan sosok Dimas.   Tapi sekarang, ketika dirinya sudah berada di puncak yang sama dengan Dimas, siapa yang mengira kalau ternyata pria itu sama sekali tidak bisa membuat Intan bahagia. Bahkan, dari yang Bastian tahu bahwasanya perusahaan yang dikelola oleh Dimas tengah berada di ujung jurang. Perusahaan itu hampir saja bangkrut karena kasus penggelapan dana yang Dimas perbuat.   “Aku turut berduka atas rumah tanggamu,” lirih Bastian. Tak tahu harus berkomentar apa lagi.   Intan menanggapinya dengan senyum tipis. Wanita itu kemudian beranjak dari tempat tidurnya. Ia mendekati Bastian yang sudah rapi dan harusnya tidak bisa ia sentuh lagi. Karena itulah aturan main Bastian. Ketika dirinya sudah berpakaian rapi dan menyemprotkan parfumnya untuk menghilangkan bau wanita. Bastian akan menolak wanita manapun yang ingin mendekatinya. Namun, sepertinya aturan itu tidak berlaku untuk Intan. Karena saat ini Bastian tampak kembali larut dalam dosa yang Intan sodorkan padanya.   “Malam ini kamu milikku, Bas,” bisik Intan, berhasil membuat Bastian luluh dan hanyut dalam rayuannya.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD