Suara deru mobil membuat Keira berjalan keluar kamar. Ia menuruni tangga dengan sangat hati-hati. Pintu rumah terbuka dan menampakkan sang suami dengan penampilan yang sedikit berantakan.
Keira tersenyum melihat Reihan yang baru saja pulang dari kantornya. Dia mendekat kearah Reihan dan langsung mendekap Reihan dalam pelukannya.
"Kangen.." ucap Keira. Hanya dengan satu kata itu mampu membuat Reihan tersenyum manis. Dia langsung membalas pelukan Keira. Reihan mengecup puncak kepala Keira dengan sayang.
"Aku jadi lebih segar dapat pelukan gini.."
Reihan membalas pelukan Keira dengan hangat. Rasa lelahnya langsung menghilang ketika mendapatkan pelukan dari Keira. Apalagi melihat senyuman di wajah istrinya itu.
Keira melepaskan pelukan mereka. Dia tersenyum kepada Reihan.
"Kamu akan lebih segar kalau mandi sayang.. cepat sana mandi. Aku siapin makan malam untuk kamu," Tutur Keira. Reihan menganggukkan kepalanya. Dia berjalan mendekat ke arah Keira dan cup. Reihan mengecup bibir merah Keira.
"Aku sangat beruntung memiliki kamu," Ucap Reihan lembut. Keira tertawa mendengar perkataan Reihan tersebut. Dia sudah sangat sering mendengar ucapan Reihan itu. Tetapi ucapan itu masih menjadi salah satu kesukaan Keira.
"Tentu aja kamu beruntung. Udah sana cepat mandi!"
"Oke buk bos!" Jawab Reihan. Keira terkekeh mendengar perkataan Reihan. Setelah itu Reihan berjalan menuju kamar mereka.
Keira pun berjalan menuju dapur dan menyiapkan makan malam yang akan mereka santap nantinya.
---
Keira menatap Reihan dengan pandangan yang penuh harap. Dia menunggu Reihan mengomentari hasil dari masakannya.
"Gimana?" Tanya Keira setelah Reihan sudah menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya.
Reihan menganggukkan kepalanya sambil mengunyah. Dia menoleh kearah Keira dan tersenyum tipis.
"Lumayan," jawab Reihan singkat.
Raut wajah Keira seketika langsung berubah. Dia menghela napas panjang. Pasalnya Reihan selalu saja menjawab demikian. Dia sudah sangat bosan mendengar kata 'lumayan' dari Reihan. Setidaknya Reihan harus mencari kata lain selain kata itu.
"Kamu selalu bilang kata itu setiap nyoba makanan buatan aku, Rei.. aku bosen. Gak ada kata lain apa selain kata lumayan?"
"Ya.. aku harus bilang apa lagi sayang.. masakan kamu ini enak. Ya tapi gak enak benget. Jadi ya lumayan."
"Kalau gitu aku gak usah masak lagi lah. Makanan buatan aku tuh gak ada perkembangannya," ucap Keira pasrah. Dia menatap nanar masakkan yang ia buat itu. Masih tersisa banyak lauk diatas meja ini.
"Enggak dong sayang.. kalau kamu belajar terus pasti nanti makanan kamu makin enak," Jawab Reihan berusaha untuk menyemangati Keira.
Keira sama sekali tidak membalas perkataan Reihan. Dia hanya diam dan mengambil lauk ke piringnya.
Sebenarnya Keira sudah sangat sering mencoba memasak berbagai makanan. Tetapi rasanya sama sekali tidak berubah. Jika dipikir-pikir tempat sampah di rumahnya pasti sudah penuh dengan berbagai macam masakan gagal miliknya. Ingin sekali Keira untuk menyerah memasak makanan. Tetapi melihat Reihan yang selalu menyemangati dirinya membuat Kalea tidak bisa tutup mata. Walaupun masakannya tidak terlalu enak, setidaknya Reihan selalu menghabiskan makannya.
"Oh iya Kei.. kamu kapan cek kandungan lagi?" Tanya Reihan.
"Minggu depan."
"Minggu depan? Bukannya lusa ya?"
Reihan langsung menghentikan makannya. Dia menoleh kearah Keira. Keira yang menyadari itu pun menoleh juga kearah Reihan.
"Kamu ini gimana sih. Kan aku udah bilang Minggu depan. Kenapa tiba-tiba lusa? Emangnya kamu gak bisa kalau Minggu depan?"
"Sepertinya aku gak bisa Minggu depan. Tapi akan aku usahakan."
Keira menghela napas panjang. Dia kembali melanjutkan makannya. Mengatur jadwal Reihan memang sangat sulit. Sudah beberapa kali Reihan absen untuk mengantarnya ke Dokter. Ingin kesal dengan jadwal Reihan yang padat itu, tetapi Keira sadar jika mereka membutuhkan uang lebih untuk biaya persalinannya nanti.
"Yaudah.. kalau kamu gak bisa gak masalah. Nanti aku minta temani Claudia aja," ucap Keira akhirnya. Dia tidak mungkin memaksa Reihan untuk mengatur jadwal ulang.
Reihan langsung berfikir. Jika Keira pergi bersama Claudia, otomatis Alex ikut bersamanya. Nanti para perawat dan dokter mengira Alex adalah suami Keira. Reihan langsung menggelengkan kepalanya. Dia langsung menoleh kearah Keira.
"Enggak!" Ucap Reihan sedikit berteriak. Keira yang mendengar itu langsung menatap kearah Reihan.
"Kenapa enggak?" tanya Keira bingung.
"Aku gak mau ya, kamu pergi sama Claudia. Kalau dia pergi pasti Alex juga ikut. Aku gak mau kalau kamu pergi sama dia ya. Apalagi mau ngecek perkembangan anak aku." Jelas Reihan.
Keira yang mendengar itu mengulum senyumannya. Reihan selalu saja cemburu dengan Alex. Bahkan setelah mereka menikah sekalipun.
"Jadi aku pergi sama siapa? Sendiri?"
"Sama aku lah. Biarpun aku sibuk aku akan tetap ngantar kamu," Putus Reihan.
Keira tersenyum tipis melihat Reihan yang mulai emosi itu. Rasanya sangat senang mendapatkan Reihan masih cemburu dengan Alex. Walaupun semuanya telah berubah, sikap Reihan masih tidak berubah ke Alex. Dia selalu berpikir negatif terhadap sahabatnya itu.
"Kapan sih Rei?"
"Apanya?"
"Kapan sih berhenti cemburu sama Alex?" tanya Keira memperjelas pertanyaannya.
"Sampai dia udah enggak cinta lagi sama kamu," jawab Reihan sembari memakan makan malamnya. Keira menghela napas dan menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Reihan.
---
"Kamu ngapain natap aku gitu banget sih?" Tanya Keira. Dia sudah sangat lelah ditatap sedari tadi oleh Reihan. Padahal Keira sudah berusaha untuk memejamkan kedua matanya. Tetapi tetap saja dia tidak bisa tidur dengan tatapan yang Reihan berikan kepadanya.
Reihan tersenyum tipis mendengar pertanyaan Keira. "Aku masih enggak percaya aja, kalau kamu udah jadi istri aku. Aku merasa beruntung Kei karena bisa miliki kamu."
Keira yang mendengar itu mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Reihan dengan lembut.
"Aku juga beruntung Rei. Aku sangat beruntung memiliki kamu. Sekarang kita tidur ya.." Keira menurunkan tangannya. Dia mulai memejamkan matanya. Tetapi perkataan Reihan, membuatnya kembali membuka matanya itu.
"Aku enggak akan kehilangan kamu lagi, Kei. Aku hampir kehilangan kamu satu kali. Dan aku janji, aku janji enggak akan pernah membuat kamu memiliki alasan untuk meninggalkan aku."
Bagaimana bisa Keira tidak mencintai Reihan. Kata-kata yang dikeluarkan Reihan berhasil membuat Keira terus mencintai pria itu. Sangat manis ucapan yang Reihan tuturkan kepadanya. Walaupun rasa kesal masih sedikit Kalea simpan. Kesal karena sikap Reihan yang sangat plin-plan dulu. Tetapi semuanya telah berubah. Sekarang hanya ada dirinya, Reihan dan anak mereka yang masih berada di perutnya ini.
"Aku harap janji itu akan selalu kamu ingat. Dan aku berharap kalau aku enggak akan memiliki alasan untuk meninggalkan kamu lagi."
Mereka berdua saling tatap dan saling tersenyum. Suasana yang sangat indah. Hingga Reihan merusak suasana itu.
"Kei.."
"Hm?"
"Ini malam Jumat!"