Maheswati 11

627 Words
Air mata Hesa merembes keluar di sela-sela aktivitasnya memotong bawang merah menjadi irisan tipis-tipis. Itulah akibatnya bila tak pernah menyatroni dapur, semua serba sulit. Bahkan beberapa kali ia harus merelakan lengan mulusnya terkena cipratan minyak panas, karena terlalu grogi saat memasukkan ikan ke wadah goreng. "Aku mau bikinin Mas Hakim capcay goreng." Kalimat yang terlontar dari mulut perempuan yang menjadi mentor memasaknya itu sukses mencuri atensi Hesa. Gadis itu menoleh ke samping sesaat sebelum melanjutkan aktivitasnya kembali. "Mas Hakim tuh paling suka sama capcay goreng," lanjut perempuan itu sedikit berbisik. Hesa hanya mengangguk dan tersenyum tipis. Entah kenapa ia malas menanggapi. Mendengar bagaimana perempuan ini terlalu memperhatikan suaminya, menimbulkan sedikit goresan kecil di hatinya. "Mbak Prisa pernah ngasih tahu aku makanan favorit Mas Hakim capcay goreng. Beda dengan capcay pada umumnya, mbak Pria pake bumbu rahasia. Kakak udah ngantongi resepnya." Perempuan itu masih terus mengoceh meski tak ada yang menanggapi. "Tapi aku agak kesel sama Om kamu itu, Hes. Mendadak dia batalin janjinya sama aku. Mana alesannya nggak jelas pula. Padahal aku udah seneng banget dong ada yang nemenin." Hesa masih diam. Rasanya kupingnya sudah mulai keriting. Tubuhnya panas dingin. Sebenarnya kemana arah omongan perempuan ini? "Hesa, kamu serius nggak pernah lihat Om kamu jalan bareng cewek? Em ... pacaran gitu maksud kakak." Kali ini Hesa tak bisa terus abai. Ia memutar badan dan menatap perempuan itu lurus-lurus. "Nggak pernah Kak. Lagian menurut aku nggak sopan aja ikut campur urusan pribadi Om Hakim." "Iya sih. Tapi kamu jangan bilang-bilang ya, aku tanya-tanya gini. Cuma kamu yang kakak kasih tau." Perempuan itu sedikit merapat padanya lalu berbisik, "Entah kenapa, setiap berdekatan dengan Mas Hakim, perasaan kakak tuh ... nyamaaaaan banget." Tidak salah lagi, dokter muda ini menaruh hati pada suaminya. Demi Tuhan kenapa harus ia yang dijadikan tempat berbagi kegalauan? Ah, tentu saja Hesa tak bisa menyalahkan perempuan ini. Memang inilah yang selama ini ia harapkan, mengunci rapat-rapat status pernikahannya. Jadi saat ada perempuan yang melirik suaminya, ia tak berhak protes. Bodoh! Hesa ingin merutuki ketololannya. "Hesa, kemarin teman-temanku pada nanyain loh. Katanya dressnya bagus. Banyak yang pengen pesen. Kakak kasih kontak kamu ya." Mungkin merasa tidak direspon, perempuan ini mengalihkan topik bahasan. "Kasih aja kak. Atau suruh follow akun Instagramku. Aku banyak post gambar sketsa di sana." Perempuan itu mengangguk setuju. "Oke. Nanti aku infoin ke mereka." .... "Udah subuh Om. Saatnya aku balik ke kamar sebelum yang lain pada bangun." Cukup lama Hesa terjaga, tapi pria yang kini tengah memeluknya erat dari belakang tak kunjung merespon. "Om, badan aku pegel semua. Bisa agak sanaan nggak?" Pria itu akhirnya membebaskan Hesa dari kesesakan. "Tapi jangan keluar dulu," katanya serak. "Udah hampir subuh Om. Nek Warsih biasa tahajjud di musala." Musala yang dimaksud Hesa itu tempat bersembahyang yang ada di rumahnya. Berada di lantai 2 dekat kamar Hesa. Tak banyak kata pria itu langsung membalikkan badannya membelakangi Hesa. "Terserah kamu!" Hesa terpana sesaat mengamati pergerakan suaminya. Ia tak tahan untuk tak terkikik geli. Tingkah pria ini tampak kekanakan. Perlahan Hesa marapatkan diri dan memeluknya dari belakang. "Udah gedhe kok ambekan sih," bisiknya lirih mendayu. Tangannya yang halus bergerak melakukan sentuhan-sentuhan kecil di punggung pria itu. "Hesa, apa yang kamu lakukan?" "Pijitin Om." "Nggak perlu Hes. Jauhkan tanganmu." Hesa mengernyit. "Kenapa? Bukannya Om suka dipijit." Pria itu berbalik menghadap Hesa sepenuhnya. Menatap Hesa dengan tatapan yang tajam, bila ia tak salah mengartikan. Kenapa dengan suaminya? Apakah ia melakukan kesalahan? "Apa kamu nggak bisa bedain antara memijit dengan meraba?" "Aku ...." Hesa tersentak. "Kamu nggak akan bisa menghindar kalau sudah membangunkannya. Kamu harus mau bertanggung jawab." Gadis itu praktis melongo, sebelum bangkit dari ranjang suaminya dan kabur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD