04. Job

676 Words
Voment please Happy readinggg Seminggu setelah ke jadian itu. Sakira mulai bekerja di perusahaan di mana Zamy, Kakak dari Baby sahabat baik Sakira sejak kecil. "Lo sudah siapkan Ir?" tanya Baby, tadi pagi Baby memaksa Sakira untuk mengantar kerja. Padahal Baby masih kuliah berbeda dengan Sakira yang lewat jalur akselerasi di Australia hingga kuliahnya lebih singkat satu tahun. "Gue bilang tadikan kalo Gue bisa sendiri." Baby cemberut. "Gue enggak mau Lo naik taksi, apalagi Lo yang menolak Bang Zam." Sakira pasrah saja sekarang. "Bye By.". "Bye Ir.". Sakira masuk ke dalam sebuah perusahaan ternama di Jakarta, Lavine Group. Perusahaan yang merajahi dunia bisnis sejak lama dan perusahaan yang terus berkembang di ketatnya persaingan dunia bisnis saat ini. "Sa, Lo sudah datang?" tanya Dinda, teman satu ruangan dengan Sakira saat mereka bertemu di lobby perusahaan. "Ya Din." balas Sakira dengan senyum yang mengembang. "Ir." panggil suara dari belakang mereka "Eh Ko Yanuar, pagi Ko!" sapa Sakira pada Yanuar. Kepala devisinya yang sudah dekat dengan Sakira sejak Sakira pertama masuk kerja. "Pagi Ir, Din." Dinda tersenyum. "Sa Lo enggak ngopi begitu?" tanya Dinda, Sakira tertawa. "Ke biasaan Lo Din." ucap Sakira. Banyak yang suka sama Sakira karena Sakira adalah orang yang loyal dan easy going untuk siapa saja. Bahkan dari divisi lain juga mengenal sosok Sakira yang ulet. "Kita delivery saja sama teman-teman yang lain." Dinda menaikkan satu alisnya. "Lo mau traktir sedivisi begitu?" tanya Dinda tidak percaya, Sakira mengangguk. "Tanya ke teman-teman mau pesen apa? Oh spesialy buat kepala devisi kita ini." Sakira menatap Yanuar yang tidak habis pikir jalan pikiran Sakira. "Ok dari tatapanmu kelihatan kalau Kamu maksa Ir." Sakira tertawa. "Koko tahu?" Yanuar mengangguk. "Coffelatte sama denganmu Ir." Sakira tersenyum. "Ok Kokoku." Sakira mengacungkan jempolnya, Sakira menganggap Yanuar sebagai kakaknya dan begitupun sebaliknya. "Din jangan lupa sama satu buat Bang Zam." Dinda bersemu mendengar nama Zam di sebut oleh Sakira. Dan hal itu tidak luput dari pandangan Sakira dan Yanuar. "Cie blushing." Dinda cemberut karena ledekan Sakira, Yanuar geleng-geleng kepala. "Yuk masuk, pekerjaan sudah jemput kita." ucap Yanuar mendahului jalan menuju ruang divisi mereka. "Pagi semua." teriak Dinda menggema ke seluruh ruangan divisi. Telinga Sakira di tutup oleh seseorang dari belakangnya. "Ck mulut toa jangan berisik!" protes beberapa rekan kerja Dinda dan Sakira. Sakira menoleh ke arah belakang. "Bang Zam." "Dia berisik." ucap Zam menatap ke arah Dinda yang dapat semprotan dari para penghuni devisi ke uangan. "Dinda!" tegur Yanuar tegas, Dinda cengengesan. "Kamu bikin telinga Adik Aku hampir ke hilangan pendengaran tahu Di!" kali ini Zamy juga ambil bagian untuk menegur Dinda, Dinda menunduk. "Sudah deh Bang, lagian juga guys. Dinda mau nawarin kalian kopi pagi biar kalian semangat kerja." terdengar suara sahutan berupa pesanan kopi yang mereka inginkan. Dinda tersenyum ke arah Sakira yang menolongnya kali ini. Yanuar menepuk bahu Sakira. "Kamu ke ruang kerjaku, biar Dinda yang urus-urusan kopi." Sakira mengangguk, setelahnya Yanuar masuk ke ruangannya. "Bang Zam ada perlu?" tanya Sakira, Zam menggeleng. "Abang cuma pastikan Kamu sudah sampai kantor. Di lihat dari Baby yang naik mobil kaya pembalap Aku takut Kamu ke napa-kenapa." Sakira tertawa. "Baby Adik Abang tapi perhatian Abang buat Aku, Aku kasihan sama Baby." Zam mengacak rambut Sakira gemas. "Kalian sama saja, buat Aku khawatir. Ya sudah Abang balik ke ruangan Abang dulu, bye Ir." pandangan Zam beralih pada Dinda. "Bye Din, jangan lagi teriak-teriak." pesan Zam. Dinda merasa pipinya memanas karena ucapan Zam padanya. "Ya Bang." ucap Dinda gugup, Zamy beranjak dari hadapan Sakira dan Dinda. "Wah pagi-pagi sudah dapat perhatian ni?" goda Sakira dengan berlari masuk ke ruangan Yanuar. "SAKIRA awas Lo!" "DINDA!" teriakan Dinda di balas oleh semua penghuni devisi ke uangan. "Kamu apakan lagi itu si Dinda?" tanya Yanuar saat mendengar ke bisingan dari luar,Sakira tertawa. "Biasa Ko, Dia suka sama Bang Zam sejak kapan?" tanya Sakira yang sudah duduk di depan meja kerja Yanuar. Yanuar menaikkan satu alisnya. "Koko enggak tahu ? Bukannya Koko sahabat Bang Zam?". "Ya mana Koko tahu kalau urusan perasaan." Sakira terkekeh. "Oh ya Koko memang enggak peka, kapan Koko nikah?" Yanuar memutar matanya malas. "Hubungannya apa?" Sakira mengedikkan bahunya acuh. Yanuar yang sudah di buat penasaran hanya bisa pasrah karena gadis di hadapannya itu. "Jadi apa ada proyek baru Ko?" tanya Sakira. "Ya, tiga minggu lagi kita akan langsung terjun ke lapangan.". Voment please.....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD