03. Lelah

647 Words
Happy readingg Mata wanita yang nyaman dalam tidurnya mengerjap-ngerjap cantik. Wanita itu terbangun karena Ia merasa sesuatu dalam perutnya minta di ke luarkan. Sakira berhenti bergerak saat sesuatu menindih perutnya, Sakira mendongak. Matanya melebar karena di hadapannya tertidur pria tampan dengan rahang kokoh yang terpahat sempurna. Namun rasa mual yang melandanya sudah tidak bisa Ia tahan, hingga dengan hati-hati Sakira memindahkan lengan kekar si pria. Baru saja Sakira akan beranjak namun inti tubuhnya merasa nyeri yang luar biasa. Ingin rasanya Sakira berteriak, namun mulutnya segera Ia tutup karena tidak mau mengganggu tidur pria itu. Dengan langkah tertatih Sakira berjalan ke arah kamar mandi. Sakira meringis dan berhenti berjalan saat rasa nyeri itu sangat menyakitkan. Sampai di wastafel Sakira memuntahkan semua yang ada di perutnya. Sakira berkumur-kumur agar rasa alkohol yang Ia muntahkan hilang karena itu benar-benar tidak enak di mulut Sakira. Sakira berjalan pelan kembali ke kamar, memunguti pakaiannya dan pakaian si pria. Setelah memakai pakaiannya, Sakira melipat pakaian si pria dan menaruhnya di ranjang sisi tempatnya tadi. Untuk terakhir Sakira memandang wajah pria yang membuatnya ke hilangan mahkotanya. Dalam ke adaan lampu yang redup Sakira masih mampu melihat rahang tegas hidung mancung serta bibir yang pernah Ia cecap malam ini. Sakira memukul kepalanya pelan mengingat hal bodoh itu. Sakira menatap nakas di mana jam menunjukkan pukul 02:00 dini hari, dan tas slimbagnya yang masih tergeletak di sana. Sakira memutuskan ke luar dari kamar itu dengan menahan rasa sakit. Jalannya yang lambat seperti keong membuatnya berdecak kesal. Sakira sudah memesan grab untuk mengantarnya pulang ke apartement. **** Arkan mengerjapkan matanya saat matahari menyinari tepat mengenai matanya. Arkan melenguh, tangannya meraba ranjang sampingnya yang terasa dingin. Mata Arkan terbuka sempurna karena apa yang Ia cari tidak ada. Tubuhnya terduduk. "Ke mana wanita itu?" ucapnya pada diri sendiri. "Siapa yang Tuan cari?". "Astaga!" Arkan terlonjak kaget saat suara dari belakang menginteruksinya. "Ck Kau sejak kapan di sana Dom?". "Menikmati malammu Tuan?" bukannya menjawab, pria yang di panggil Dom balik bertanya. "Oh Kau makin pintar Aku tinggal di Paris selama 4 tahun." ejeknya, Dom terkekeh. "Ya Tuan, bagaimana tidurmu? Apa Kau menikmatinya?" tawa mengejek terdengar. "Bisakah Kau tidak beri tahu Mom soal ini?" Dominic menaikkan satu alisnya. "Jadi benar Tuan menghabiskan waktu dengan seorang jalang?" mata Arkan menajam atas ucapan Dominic. Orang ke percayaannya juga orang yang Ia anggap Adik selama ini. "Jaga ucapanmu atau Aku akan menghabisimu sekarang juga!" Dominic menunduk, Dia tahu bahwa wanita yang tidur bersama Tuannya adalah wanita baik. Sampai-sampai Tuannya saja mengancamnya. Biasanya laki-laki itu akan biasa saja jika di ledek namun beda kali ini. "Baik Tuan, maafkan Saya." ucap Dom sungguh-sungguh. "Ck sudahlah Kau cari wanitaku bagaimanapun caranya. Dan jangan sampai Mom tahu!" Dom menaikkan satu alisnya. "Maksud Tuan, Tuan tidak tahu wanita itu?" Arkan menatap jengah Dom. "Kau mengerti perintahku tadi bukan? Sekarang ke luarlah!" Dominic tidak membantah, setelah paham apa yang di perintahkan padanya. Arkan menatap nanar ranjang sampingnya, bahkan bercak merah karena ulahnya masih tercetak jelas di sana. Arkan berdecak saat melihat pakaiannya yang di lipat rapi. "Kau sempat merapikan pakaianku lalu ke napa Kau tidak sempat membangunkan Aku?" tanya Arkan pada udara. **** "Oh-oh Kau ingat rumah huh?" tanya wanita paruh baya yang sedikit kesal pada anak semata wayangnya. Pria yang di cibir hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, lalu mencium pipi wanita yang menjadi cinta pertamanya itu. "Oh c'mon Mom, Aku sudah pulangkan?" ucapnya dengan memeluk Dara, wanita yang telah melahirkannya. Dara mengusap tangan Arkan yang melingkar di tubuh Dara. "Kau mandilah!" Arkan mengangguk lalu mencium pipi Dara. Sebenarnya Arkan sudah mandi dan ganti baju, mana mungkin Dia pulang dengan baju bau alkohol. Arkan pasti di depak sebelum masuk rumah. "Apa ada yang terjadi Dom?" tanya Dara pada Dom yang sejak tadi hanya diam melihat interaksi Tuan mudanya dan Nyonya besarnya. "Tidak Mom." Dara mengedikkan bahunya. "Kau temani Dia makan!" Dom mengangguk patuh. Dara baginya adalah Ibunya sendiri sejak Ia di tinggal Ibunya dulu. Dan Dara tidak ke beratan mengurus Dom karena Ayah Dom sedang ikut Ayah Arkan mengurus perusahaan yang ada di LA. Voment please.. .. IG : @hevitriAe FB : hevitriAe
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD