Chapter 5 - He teased her

1179 Words
Zayn melotot melihat budaknya ini berani meminta sesuatu padanya. Tapi ia tak marah, ia hanya terkejut, berani juga gadis ini. “Baik, apa permintaanmu?” “Bisa kah aku, tuan pinjami Al-Quran ? paling tidak ada yang aku baca di malam hari sebelum aku tidur.” Pinta Astri dengan menundukkan wajahnya, takut tuannya itu marah. Permintaan Astri itu kembali membuat mata Zayn melotot. Ia tak akan menyangka bahwa gadis ini akan meminta Al-Quran untuk mengusir sepinya di malam hari. Zayn tahu gadis ini akan sendirian di rumah yang sebesar ini, dan ia pun tidak memperbolehkan gadis itu memegang handphone, dan itu mungkin menakutkan bagi seorang gadis, loosing contact from anyone. Sungguh ia gadis baik-baik..guman Zayn dalam hati.  Matanya berbinar-binar, senang menemukan gadis yang baik. Ia pantas mengasuh Thariq. “Baik, aku akan menyediakannya. Nanti malam akan kutaruh di kamarmu. Sekarang kau boleh bersiap-siap, kau mulai bertugas pagi ini. Mandilah. Kau boleh pakai pakaian yang ada di lemari. Setelah itu siapkan sarapan untukku. Di dapur ada bahan-bahan yang bisa kau olah menjadi sarapan buat ku. Dan cepatlah, aku sudah lapar.” Zayn kemudian pergi meninggalkan Astri di kamarnya. Tinggallah Astri di kamar itu sendiri, masih bingung. Dia berjalan ke sebuah ruangan kecil di kamar itu tanpa ada pintu, di situ ia melihat ada lemari. Ia buka, dan ternyata berisi baju-baju wanita dan sepertinya pas dengan ukuran badannya. Di suatu sisi di kamar baju itu ada pintu, tampaknya ini kamar mandi. Asri membuka pintunya. Benar, kamar mandi dan toilet. Mewah tapi simple. Ia melangkahkan kakinya masuk, Disitu sudah ada sabun, shampo, sikat gigi dan odol. Tapi tidak ada handuk. Ia Keluar lagi dari kamar mandi. Mencari handuk di dalam lemari, dan ia segera menemukannya, handuk putih. Isi lemari itu telah disusun secara sistematis. Meskipun tidak banyak baju disitu, tapi semua jenis baju ada. Dan ia menemukan beberapa baju gamis panjang dan Abaya mewah. Matanya berbinar melihat Abaya itu. Dia sangat menyukai Abaya. Dan yang  paling banyak di situ adalah baju tidur. Beberapa bahkan sangat tipis dan menerawang tembus pandang. Di lacinya Astri menemukan pakaian dalam, bra dan celana, dan ternyata ukurannya pun sama dengan ukuran Astri. Sepertinya semua pakaian ini diperuntukkan untuknya. Astri tidak tau kepunyaan siapa baju-baju itu.  Astri mandi dengan sangat cepat, ia segera berpakaian. Ia memilih gamis berwarna biru donker. Tak lupa ia menggunakan kerudung panjang yang dia lilitkan dikepalanya. Ia mencoba mencari-cari jarum pentul disini, tapi Astri nyaris tak menemukannya, sedikit putus asa karena pasti kerudung ini akan sering jatuh dan akan merepotkannya, tapi ia pun tak ingin melepas kerudungnya. Beruntung ia menemukan bross di dalam lemari itu, dan menyematkan di kerudungnya hingga kerudung itu tidak melorot lagi. Keluar kamar, ia sedikit kebingungan, Rumah itu terlihat lengang, tidak ada siapapun. Dimana tuan pangeran tadi tanya nya dalam hati. Ah bukan dia yang harus aku cari sekarang, tapi dapur ! dimana dapur ?jerit Astri dalam hati.  Ia berjalan menuruni  tangga. Di lantai bawah ia baru menemukan dapur. Dapur yang besar dan cantik. Agak berdebu, sepertinya sudah cukup lama tidak dibersihkan. Dengan cepat Astri membuka kulkas, melihat bahan makanan apa saja yang ada di sana. Ternyata hanya ada telur, keju dan roti gandum.  Tapi ia melihat  ada beras di lemari penyimpan bahan makanan kering di dapur itu. Tapi sepertinya beras itu sudah cukup lama. Aduhhh.. masak apa ya.. aku pingin nasi, tapi si Arab itu apa suka ya nasi goreng? Tapi nggak ada bahan-bahan lain. Ahh sudah lah.. aku bikinkan roti sandwich saja. Astri memeriksa peralatan masak yang ada di dapur itu, Lengkap !. Setelah selesai menggoreng telur ia menyatukan semua telur, keju dan mayonese yang ia temukan di kulkas di atas 1 slice roti dan kemudian menutupnya dengan 1 lapis lagi. Kemudian ia memotongnya diagonal, menjadi dua bagian. Dan menaruhnya di atas piring datar. Uhh cukup lah.  Ia kemudian kembali membuka-buka lemari dapur. Dan ia menemukan teh mint. Oppsss aku lupa menyeduh air. Astri melihat ada pemanas air listrik yang bisa ia pergunakan untuk memasak air panas. Tak lama kemudian semua sarapan itu selesai. Dan Astri membawa nya ke ruang makan. Majikannya sudah menunggunya di meja makan sambil memainkan handphonenya. Terlihat majikannya itu asyik membaca di layar handphone. Hmm.. ruang makan yang besarpikir Astri, mewah lagi. Paling tidak, besar dan mewah menurut ukuran Astri. “Tuan, ini sarapannya. Ini yang bisa saya buat.” Astri menaruh piring berisi sandwich dan secangkir teh hangat. Tuannya menatapnya, “Hanya ini?” “Ya tuan, hanya itu yang kutemukan. “ Wajah Astri ketakutan. “Ada beras tuan, tapi saya pikir akan cukup lama untuk memasaknya.” “Duduk di situ !” Zayn menunjuk bangku di sisi sebrangnya. Astri ketakutan. “Duduk kataku, duduk!” Astri duduk. Zayn  mengambil satu potongan sandwich yang ada di piringnya, mengambil tissue yang ada di dekatnya menaruhkan tissue itu di atas meja pas di depan Astri, kemudian meletakkan sandwich itu di atas “Makanlah !, kamu juga pasti lapar kan?” Astri bengong. Tak percaya apa yang dilakukan tuannya itu. Aku budaknya lhoo.. Astri memakan roti sandwich itu dengan takut-takut. “Tidak perlu takut Astri, aku tidak akan memakanmu atau membunuhmu. Paling tidak untuk saat ini, belum akan kulakukan.” Sambil menyeringai busuk.  Wajah Astri yang tadinya sedikit merasa senang jadi semakin terlihat  ketakutan. Astri teringat cerita Hansel dan gratel. Nenek sihir yang memberi Hansel makan setiap hari  untuk kemudian berencana untuk memasak dan memakan Hansel. Cuman bedanya ini bukan nenek sihir, tapi pangeran tampan yang berhati nenek sihir. Mungkin juga ia seperti tikus kecil yang dipermainkan oleh seekor kucing sebelum kemudian diterkam dan dimakan.  Selera makan Astri langsung lenyap.  “kenapa Astri ? kau tak suka sandwich buatanmu sendiri ?” “Bukan, bukan itu..” jawab Astri tergagap-gagap. “Sudah cepat habis kan. Dan bikinkan aku satu lagi. Dan jangan lupa buat mu juga. Taruh semua di atas meja ini. Ingat, kau tidak makan di dapur. Tapi kau makan disini bersamaku.” Astri benar-benar pucat. Ihh dia benar-benar ingin memastikan bahwa aku akan memakan makananku, benar-benar seperti nenek sihir Hans and Gratel. Dan kata-kata tuannya itu terngiang-ngiang terus di telinga nya, “Belum saatnya kau kubunuh atau kumakan.”Astri bergidik ngeri. Astri kembali membuat Sandwich itu. Dan Astri hanya membuat 1 sandwich yang dibagi dua secara diagonal seperti tadi. “Ini sandwich nya tuan.” “Buat mu mana.. ?” “Aku tidak lapar tuan, yang tadi cukup buatku.” Astri tetap dalam posisi berdiri di depan meja makan itu, di samping tempat duduk yang tadi ia duduki. “Baik. Kalau begitu duduk. Dan temani aku makan.” Dengan perasaan takut Astri kembali duduk,. “Sudah kukatakan, jangan takut Astri, aku tidak akan memakanmu sekarang.” “Kalau gitu tuan akan memakanku, nanti ?” tanya Astri terbata-bata, “Ha ha ha ha ha…” seketika itu juga Zayn tertawa terbahak-bahak, hingga sebagian roti yang ia makan melompat keluar dari mulutnya. Ia tidak menjawab, tapi kemudian tersenyum licik penuh kemenangan. Jahat. Licik. Kejam. Astri bergidik ngeri. Setelah menghabiskan makanannya, Zayn bangkit dari duduknya. “Sudah, bereskan semua. Jangan lupa tugasmu. Aku akan kembali nanti malam.” --- To be continued.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD