MEN—SEVEN

1020 Words
Zea baru saja pulang dari sekolah, ia merebahkan tubuhnya di sofa panjang nya. Ia melihat sekeliling rumah, sepi dan hampa.  Zea menghembuskan nafasnya kasar, tadi siang ia mendapatkan pesan dari Bundanya bahwa ia menyusul Ayah ke luar kota.  "Kenapa pekerjaan di nomor satukan? Terasa gw cemburu sama pekerjaan" lirih Zea dengan mata terpejam.  Tok! Tok! Tok!  "Wee Bocah kerdil! Mana kunci motor gw!"  Zea menggeram kesal, ia berdiri dari sofa dan berjalan dengan hentakan kaki yang keras menuju pintu utama.  "Apaa!?" tanya Zea ketus sambil menatap tajam mata Zaidan. "Gak bisa liat gw tenang apa" gumsma Zea.  "Kalau lo mau tenang stop gangguin gw!" Bentak Zaidan membuat Zea berkacak pinggang.  "Dimana - mana lo yang gangguin gw, gw udah tenang lo yang usik!"  "Gw mau to the point gak suka basa basi. Mana kunci motor gw" Zaidan mengadahkan tangannya.  Zea membuka pintu rumahnya lebar-lebar. "Ambil di nakas kamar gw, jangan manja" ucap Zea dan meninggalkan Zaidan yang masih berdiri disana.  Zaidan menunjuk - nunjuk Zea, ia lantas masuk ke dalam rumah dan langsung menuju kamar Zaidan. Walau ia tak pernah masuk ke rumah Zea, ia sangat tau betul kamar Zea karena apa? Karena kamarnya yang paling beda.  Tak butuh waktu lama, Zaidan turun dengan kunci motor di tangannya. Ia menatap Zea yang tengah duduk di sofa dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. "Gak makasih!" ucap Zaidan ketus dan langsung berjalan keluar rumah Zea.  Zea menatap sambil mendengus kesal. "GW GAK BUTUH TRIMAKASIH LO!" teriak Zea. "SURUH JUGA MANTAN b***k LO BUAT GAK GANGGUIN GW"  "BODOAMAT!" teriak Zaidan dari luar rumah.  Zea memutar bola matanya malas, ia membuka chat whatsaap dan terdapat banyak pesan masuk dari temannya.  Tangan Zea bergerak lincah di layar ponselnya.  Zea : Kerumah gw cepetan! Telat 5 menit 1 detik pecat jadi sahabat gw Zea melemparkan ponselnya sembarang, ia menyenderkan tubuhnya di sandaran sofa. "Kenapa gw tetanggan sama anak kayak mereka" lirih Zea.  *** Zaidan baru saja memasuki rumahnya. Dan langsung ditatap tajam oleh para kembarannya.  "Gimana dapet gak?" tanya Gibran dan di balas anggukan oleh Zaidan.  Zaidan duduk di samping Dafa, ia mengeluarkan sesuatu yang ia sembunyikan di balik bajunya. "Gw dapat ini" ucap Zaidan girang sambil menunjukan barang yang ia bawa.  Dafa mengambil alih barang yang ada di tangan Zaidan. "Ini kan buku diary t***l! Privasi" Dafa memukul Zaidan dengan buku itu. Ya benar, Zaidan membawa buku Diary Zea.  Rehan melirik ke arah buku itu. "Emang buku pusaka apa pake di gembok-gembok segala" Devan menganguk. "Betul!"  Gibran berdiri membuat mereka menatapnya. "Mau keluar bentar" ucap Gibran yang seolah sudah tau pertanyaan yang akan di lontarkan kembarannya.  "Palingan Pacaran" ujar Dafa.  "Mau main gw sama temen" jawab Gibran santai dan di balas pelototan tajam oleh mereka.  "Emang lo punya temen?"  "s****n lo!"  *** "Trus lo di apain sama mantan si Zaidan itu? Mantan nya siapa aja?" tanya Selly sambil membenarkan posisinya menjadi duduk. "Gw gak tau namanya, ada yang tinggi, pendek, kurus, gendut, ya kali mereka bilang 'eh kamu ya yang bikin aku putus sama Zaidan?' menye-menye mereka." jawab Zea dengan nada ketusnya. Selly menghembuskan nafasnya. "Tapi mereka cantik kan?" tanya Selly. Zea menganguk kemudian menggeleng. "Masih cantikan gw kemana - mana!" Zea menatap dengan tatapan sinisnya. "Iya-iya lo cantik Ze" Zea tersenyum kecut, ia berdiri dan berjalan menuju meja belajarnya. Ia hendak mengambil buku namun, buku it hilang. Zea mendadak panik, ia lantas mencari hingga meja berantakan. Selly yang heran pun berdiri mendekati Zea. "Lo cari apa sih Ze?" tanya Selly heran. "Buku Diary gw" Zea masih mencari-cari hingga ia mengingat kembali bahwa tadi ada seseorang yang masuk kekamarnya . "ZAIDAN!" Zea berlari keluar kamar, di ikuti oleh Selly yang mengejar di belakang. Selly mengambil tangga dan memanjat tembok pembatas itu, sementara Selly ia lebih memilih lewat gerbang ketimbang memanjat. Zea berkacak pinggang saat berada di depan pintu rumah Zaidan, ia lantas membuka tanpa mengetuk lebih dahulu. "ZAIDAN! LO BELAJAR JADI MALING YA?" tanya Zea membuat mereka semua menoleh kaget. "Ketuk pintu dulu bisa gak sih—eh ada Selly" ucap Devan sambil mengedipkan matanya sebelah. Selly hanya memutar bola matanya malas. Zea ia berjalan mendekati Zaidan, ia hendak mengambil buku di tangan Zaidan namun dengan cepat di sembunyikan di belakang tubuhnya oleh Zaidan. "Balikin cebong!" bentak Zea. "Kalau gw gak mau?" "Balikin gak! Balikin!" Zea terus merebut buku di tangan Zaidan, sementara kembaran ya hanya menonton aksi mereka, Selly jelas - jelas ingin memisahkan mereka. Selly menarik tangan Zea agar menjauh dari Zaidan. "Selly minta baik-baik dong" ucap Selly dan di balas anggukan oleh Zaidan. Zaidan menunjuk Selly. "Dengerin tuh kata temennya, lo mah apa - apa galak udh kayak valak aja lo" "hftt" Dafa, Rehan DAN Devan menahan tawa dan langsung ditata tajam oleh Selly. Zea menghembuskan nafasnya kasar. "Okey, balikin buku gw Zaidan Dirgantara" ujar Zea dengan nada lembut selembut mungkin. "Gitu dong minta baik-baik" Zaidan menyondorkan buku Diary Zea, Zea hendak mengambil namun Zaidan kembali merebut ya. "Tapi boong" Zaidan berlari dan langsung di kejar oleh Zea. Zea terus mengejar Zaidan, mereka berputar megitari meja makan. Selly hanya menghembuskan nafasnya kasar melihat pertengkaran mereka. Devan mengedipkan mata nya sebelah ketika Selly tak sengaja menatap ke arah dirinya. "Duduk atuh neng, jangan di pikirin mereka" Selly memutar bola matanya malas. "Ogah ya gw duduk sama kalian" jawab Selly. "Udah di tawarin, malah ngejelekin. " bukan Devan yang Menjawab melainkan Dafa. Selly menatap Dafa tajam. "Gw gak butuh di tawarin" Tiba-tiba bibi datang dari dapur, ia langsung kaget melihat Zea dan Zaidan yang sekarang tengah bergelud hanya sebuah buku. "Aduh den, kenapa jadi ribut?" pekik Bibi sambil menatap mereka. "Udah bi biarin aja, anggap lagi nonton Tom and jery" Rehan tetap memainkan game di ponselnya. "Gak boleh gitu atuh den, kasian neng Zea" ucap Bibi. Selly mempunyai ide, ia membidikan sesuatu ke telinga bini. Bibi pun menganguk tanda setuju, bibi segera kebelakang sementara Selly ia berjalan menuju kulkas. Dafa, Devan, dan Rehan menatap gerak gerik Selly yang tengah mengambil sesuatu di dalam kulkas. Bibi datang dengan baskom di tangannya, Selly menaburkan sedikit tepung di baskom yang berisi air. Nampak sudah pas, Selly mendekati mereka dengan jalan membelakangi dan.. Byur! "UWAA MAMA!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD