MEN—SIX

1022 Words
"ZAIDAN TURUNIN GW GAK!" "WE ZAIDAN YANG JELEKNYA BERLAPIS-LAPIS, TURUNIN GW!" "ZAIDAN!" Teriakan Zea melengar di seluruh penjuru sekolah, Zea berada di sebuah tembok  pembatas sekolah. Sementara di bawahnya terdapat Zaidan yang dengan santainya menatap Zea dari bawah.  "Hukuman karena hilangin kunci motor gw" ucap Zaidan.  Zea mendengus kesal, ia menyesal mengikuti kata Zaidan yang akan mengajaknya membolos, namun ia di tinggal di atas tembok.  "Gw bohong, kuncinya ada di nakas kamar gw" jawab Zea dengan wajah seriusnya membuat Zaidan menatapnya tajam-tajam.  "Bohong!"  "Yaudah kalau gak percaya gak us—"  "Siniin dulu kunci rumah lo, biar gw yang cari sendiri!" ucap Zaidan dengan nada ketusnya.  Zea menatap Zaidan dengan raut wajah malasnya. "Kerjain dikit gak apa kali" batin Zea.  Zea menepuk jidatnya. "Gw ada jam sama Bu Dani, Zaidan buruan!" teriak Zea panik sambil menatap sesekali ke bawah.  Zaidan menatap Zea dengan mata sipitnya. "Lo gak bohong kan?" tanya Zaidan meyakinkan.  "Gak! Buruan gw udah telat"  Zaidan pun bangun, ia juga ogah kena omelan dari Bu Dani yang killer sekali. Zaidan mendekati tembok. "Buruan loncat gw tangkep di sini" ucap Zaidan sambil merentangkan tangannya.  Zea menatap Zaidan curiga. "Lo gak bohong kan? Ntr gw jatuh lagi" jawab Zea.  Zaidan memutar bola matanya malas. "Buruan sini!" teriak Zaidan.  Zea pun memejamkan matanya, ia melompat kebawah dan rasanya ia sekarang sedang terbang.  "Lo mau sampai kapan gw gendong?  Berat BEGE!" bentak Zaidan di akhir kata membuat Zea membuka matanya.  Zea turun dari gendongan Zaidan, ia menatap Zaidan. "Thank btw gw kesana dulu" ucap Zea dan berlari menjauhi Zaidan. Ia rasa sudah cukup jauh, ia membalikkan badannya dan menatap Zaidan. "Tapi boong! Wlee bodoh banget!" teriak Zea dan langsung lari hingga hilang dari pandangan Zaidan.  Zaidan menghembuskan nafasnya kasar. "Awas lo gadis gila!" teriak Zaidan.  Zaidan hendak pergi namun, cekalan tangan membuat dirinya diam. Zaidan menghembaskan tangannya dari lengan ya. "Ngapain?" tanya Zaidan sinis.  "Kamu beneran nolak aku?" tanya Wanita itu dengan wajah yang di buat sedih.  Zaidan mengalihkan pandangannya. "Menurut lo? Lo gak usah jadi cewek murah deh! Lo cantik lo pantes dapet cowok selain gw" ucap Zaidan dan langsung pergi dari hadapan wanita itu.  Wanita itu menatap sendi kepergian Zaidan. "Aku yang pertama berjuang, tapi kamu lebih memacari wanita lain selain aku, Zaidan" lirih Gadis itu.  *** Dafa, Devan, Rehan tengah berada di kantin. Mereka menatap interaksi dua insan yang didepannya, ya tidak lain Gibran dengan pacarnya.  "Mau makan lagi?" tanya Gibran kepada sang pacar.  "Eh Gib, dia udah makan banyak lo nanya dia mau makan lagi, emang perut dia karung apa" sarkas Dafa yang sudah tidak tahan dengan Abangnya itu.  "Enggak sayang, aku udah kenyang" jawab wanita itu dengan suara manjanya.  "Mel, mending lo putusin aja si Gibran suer gak cocok" ucap Devan dan dibalas tatapan tajam oleh Gibran.  "Enak aja lo bilang asal putus, gw udah mau 2 tahun!" bentak Gibran dan kembali menatap sang pacar.  Rehan menatap sang pacar Gibran yang bernama tag—Mely. "Mel, lo gak bosen sama curut ini?" tanya Rehan dan di balas gelengan oleh Mely.  "Trus kamu gak bosen sama Lela? Kan belum jadian juga, kasian nanti di ghosting" enek Mely membuat Gibran menahan tawanya. Hahha Gibran tertawa keras, ia menertawai adiknya ini. "Belum jadian aja belagu" ucap Gibran dengan nada mengejek. Sementara Rehan ia menatap dengan tatapan malas. "Mending gw anggurin Lela daripada liat kalian pacaran, iri kagak enek iya" Ujar Rehan dengan nada ketusnya sembari berdiri pergi dari hadapan mereka. Dafa menatap kepergian Rehan sebentar, dan kembali menatap Gibran. "Zaidan mana? Belum kelar apa masalahnya sama si Zea?" tanya Dafa sementara Gibran menaikkan kedua bahu nya tanda tidak tau.  Brak!  "Astagfirullah" ucap mereka serempak ketika Zaidan mengeprak meja kantin keras.  Gibran menatap dengan tatapan malasnya. "Kenapa lagi lo? Udah selesai urusan lo sama gadis kerdil itu?" tanya Gibran.  "Blum, yang ada gw di bohongin sama dia" ucap Zaidan membuat Dafa menahan tawanya.  "Makannya gak usah jail-jail sama dia, di jahilim balik kan?" ejek Devan.  "WEEE CEBONGG BERANAK TIGA!" teriak Zea dari ambang kantin membuat mereka semua tertuju padanya.  Zea berlari menghampiri Zaidan, ia berkacak pinggang. "Eh! Lo punya masalah apa sama para pacar lo? Kenapa gw yang kena imbasnya" ucap Zea ketus.  Zaidan mengerutkan keningnya. "Maksud lo?"  "Gak ngerti juga? PAARA PACAR LO NGOMEL KE GW DIKIRA GW APA YANG REBUT LO, gw si ogah" jawab Zea dengan nada membentak.  "Eh bocah kerdil! Lo gak usah galak-galak apa, gak bisa slow dikit?" tanya Devan dengan nada malasnya.  Zaidan mencolek lengan Devan. "Dia kan Valak!" enek Zaidan sambil menunjuk Zea.  "Iiiih! Gw gak mau tau para mantan lo—"  "Zea"  Zea yang merasa terpanggil membalikkan badannya kebelakang, ia melihat cowok tegap berdiri di belakangnya. Zea menatap dari atas hingga kebawah. "Nanti jalan yuk" ajak Laki itu.  Zea mengerutkan keningnya, ia berpindah posisi menjadi di samping laki itu. "Bentar, lo siapa?" tanya Zea.  Laki itu menghembuskan nafasnya. "Aku kan pacar kamu, Ze"  Zea membolakkan matanya, bahkan ia tidak mengenal pacar nya sendiri. "Nama lo siapa?" tanya Zea. "Doni" "Berapa lama kita pacaran?" Zea kembali bertanya.  "Kemarin"  Zea mengangukan kepalanya. "Oke, kita putus, bye" ucap Zea dengan santai sembari pergi meninggalkan mereka. Mereka yang melihat di sana melonggo, terutama Devan, Dafa, Gibran dan Mely.  "Songgong bener anjir!"  "Kasian si Doni"  "Tapi salahnya Doni juga si, mau pacaran sama dia, udah tau dia punya pacar banyak"  "Gw aja susah banget nyari pacar"  Gibran menyenggol lengan Zaidan membuat empunya menoleh. "Kayaknya itu jodoh lo deh" ucap Gibran dan di balas tatapan tajam oleh Zaidan.  Zaidan mengetuk-ngetuk meja. "Amit-amit gw nikah sama dia, mending gw jomblo seumur hidup, daripada nikah sama dia!" jawab Zaidan dengan nada ketusnya.  "Eh Dan, jodoh gak ada yang tau. Lagian ya lo kan emang jomblo" ejek Dafa.  Hahha Mereka menertawakan Zaidan, Zaidan berdiri dan menatap mereka satu persatu. "Gw punya pacar ya masih ada 12 pacar gw!" ucap Zaidan dengan bangganya.  "Pret! Mana pacar lo? Ngaku nya 12 satu pun gak pernah di tunjukin ke kita" ujar Gibran sambil memutar bola matanya malas.  Dafa dan Devan menganguk setuju. "Bawa lah kesini, kalau lo emang punya doi" Ucap Dafa menimpali.  Zaidan menghembuskan nafasnya. "Masalahnya gw gak tau pacar gw yang mana, gw lupa" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD