MEN-TWO

1023 Words
06. 00 Zea keluar dari pekarangan rumahnya, dengan tas berwarna abu-abu yang berada di punggungnya. Ia kini tengah menunggu ojek lewat, kenapa tidak menggunakan kendaraannya? Dengan alasan bahwa ia malas berkendara.  Baru saja Zea menutup gerbang, ia dikejutkan dengan kedatangan manusia yang tak diundang membuat Zea mendengus kesal.  "Ngapain sih lo pagi-pagi udah nyamperjn bidadari?" tanya Zea dengan nada sinisnya. Laki yang didepannya hanya cenggesan tidak jelas. "Hahah, bidadari modelan kayak lo, ih gak banget" jawab Laki itu tanpa menatap Zea sedikit pun.  "Trus,? To the point lo mau apa?" tanya Zea geram.  "Ayo sekolah bareng, mumpung gw lagi baik hati nih!" ajak laki itu sambil menatap Zea sebentar.  Zea menakutkan alisnya. "Gw naik motor buntut lo?" tanya Zea sambil menunjuk motor ninja berwarna merah itu. "gak level!" sambung Zea sambil tangan yang di gerakan seperti mengibas di lehernya.  Laki itu membuka helm nya jengah. "Wah lo udah di bikin! Gw juga enek kali nawarin lo!"  "Emang gw peduli? Ojek!" panggil Zea membuat laki itu menahan tawanya.  "Lo nolak motor gw, dan malah milih ojek? Selera mu mbak" ucap laki itu sambil menggeleng kan kepalanya.  Zea naik ke motor tukang ojek. "Eh Zaidan, emang gw peduli? Wle" Zea sempat menjulurkan lidah sebelum tukang ojek benar-benar membawanya ke sekolah.  Ya laki itu Zaidan, ia sedang berbaik hati menawari Zea sekolah bareng namun ekspetasi tak sesuai realita.  "WOY ZAIDAN! NGAPAIN LO DI RUMAH ORANG? MAU PDKT LO?" Teriak Gibran dari depan rumahnya membuat Zaidan menoleh.  "Amit-amit, gw pdkt sama pemilik rumah ini" jawab Zaidan sambil menunjuk rumah Zea.  "Mau sampe kapan lo disitu? Buruan sekolah udah telat!" ajak Rehan dan langsung menancapkan gas motornya meninggalkan mereka berempat. Mereka memang satu sekolah, namun jurusan mereka berbeda. Gibran dan Rehan yang mendapat kelas Ips 1, Zaidan dan Dafa yang mendapat kelas Ipa 1 dan Devan yang mendapatkan kelas Ips 2. *** Zaidan dan ke 4 kembarannya kini sudah memasuki area parkir sekolah, banyak sorakan-sorakan yang mereka dengar ketika mereka satu persatu membuka helm nya.  "Haloo semua" sapa Dafa sambil melambaikan tangan ke arah siswi-siswi yang bersorak memanggil namanya.  Gibran yang melihat hanya memutar bola matanya malas, memang adik-adik mereka sudah tidak waras. Hanya saja Rehan dan dia tidak terlalu di cap sebagai buaya kakap.  "AYANG ZAIDANN!" teriak seorang gadis sambil memeluk lengan Zaidan membuat empunya kaget.  Zaidan menatap siswi tersebut sambil melepaskan pelukan dilengannya. "Hm, siapa ya?" tanya Zaidan.  Siswi itu nampak kesal dengan pertanyaan Zaidan. "Aku pacar kamu lo! Masak kamu lupa?"  Zaidan menganguk. "Oh pacar, yaudah sekarang putus" ucap Zaidan membuat saudara nya melongo tak percaya dan begitu juga siswi-siswi yang melihat interaksi mereka.  Siswi itu nampak menatap Zaidan dengan mata berkaca-kaca. "Aku gak mau, aku sa–"  "Tapi gw gak, kan lo yang maksa jadi ya suka-suka gw kalau gw minta putus" ucap Zaidan dan langsung pergi dari hadapan mereka.  Devan menepuk pundak Gibran. "Kayaknya adek lo udah jadi fakboy sejati" ucap Devan sambil menggeleng kan kepalanya.  "Abang lo juga kali!" bentak Gibran dan langsung pergi menuju kelasnya.  Sementara Devan, ia melirik ke arah Dafa yang tengah sibuk menggoda para siswi-siswi dan Rehan, dia sudah menghilang entah kemana.  "WOY Daf, lo mau sampe kapan goda ciwi-ciwi di sana?" tanya Devan sembari berjalan menjauhi area parkir sekolah.  Dafa menoleh, ia melihat Devan sudah menjauh darinya. "Eh, udah dulu ya cantik-cantik, kapan-kapan kita ngobrol lagi, bayyy muach!" ucap Dafa sambil memberikan kiss bye membuat seluruh siswa di sana memekik kegirangan. *** Matematika, itulah pelajaran menyebalkan bagi sebagian siswa. Kelas Zea 10 MIPA 1 mendapatkan pelajaran Matematika, ia lebih dari 4 kali sudah menguap. Zea tipikal siswa yang tidak terlalu bodoh dan tidak terlalu pintar, pas-pasan lah.  Zea tak tahan, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Pak"  Guru yang semula sedang menulis di papan kini menoleh kearah Zea. "Ada apa, Zea?" tanya Guru tersebut. *Izin ketoilet pak"jawab Zea dengan nada malasnya. "Jangan di percaya pak, palingan mau ketemu 12 pacarnya pak!" ujar Zaidan dari bangku paling belakang. "Jangan di percaya pak! Zea kan tukang bohong!" ompor Dafa yang duduk di samping Zaidan.  Zea berkacak pinggang sambil menatap kearah Zaidan. "Heh lo asal fitnah aja! Gw ketoilet mau boker, lo mau gw boker disini?" ucap Zea dengan nada ngegasnya. "Mau lo boker kek, mati kek gw gak peduli!" teriak Zaidan. Siswa yang lain hanya menonton pertengkaran mereka yang sudah biasa mereka saksikan. "Lo—" "Zea! Zaidan! Udah!"bentak guru membuat mereka kedua bungkam. Lain halnya dengan Zaidan yang tengah menahan tawa melihat kekesalan Zea. Guru menghembuskan nafasnya." Kamu mau ketoilet, silahkan"  Zea beranjak berdiri dari kursi, dengan wajah kesalnya ia keluar dari kelas. Disepanjang jalan menuju toilet, Zea tak berhenti menyumpah serapahkan Zaidan. Ia memasuki toilet wanita dan tak lupa mengunci pintu. Zea membasuh wajahnya dengan air, ia menatap lama wajahnya di cermin. "Gw niatnya ke perpus mau tidur, gara-gara si cebong beranak bikin hari gak mood aja" ucap Zea sambil mengelap wajahnya dengan tisu. Zea melemparkan tisu bekasnya ke tempat sampah. "Awas aja lo cebong,"ucap Zea geram. *** Bel istirahat berbunyi, Zea dan sahabatnya tengah berada di kantin sekolah. Sahabatnya hanya diam menatap Zea yang merajuk dari tadi. " Ze, lo marah sama Zaidan?"tanya Sahabatnya— Selly. Zea menatap kearah Selly." Gw kesel sama tu cebong, suka banget bikin mood gw hancur,"ucap Zea dengan nada ketusnya. Selly menganguk. *Tapi lo udah tau berita yang lagi hots News disekolah kita?" tanya Selly. Zea mengerutkan keningnya kemudian ia menggeleng. Selly mendekatkan wajahnya ke telinga Zea. “Zaidan resmi putus sama Amel, Jadi Amel resmi menjadi korban yang ke— 12” ucap Selly sambil menghitung dengan jari-jari. Zea. membolakkan matanya. "Serius?" Selly menganguk mantap. “Trus lo gimana sama ke 13 pacar lo itu? Gak ada niat kurangin juga sama kayak si Zaidan?” tanya Selly.  Zea menatap Selly tajam. “Noo, gw mau buktiin kalau gw lebih laku dari dia! Kemarin gw nerima 1 cowok” ucap Zea membuat Selly menatapnya tajam-tajam.  "Serius lo? Jadi pacar lo ada 14 dong?" Zea menganguk. "Betul sekali Selly guk-guk-guk"  Selly merubah raut wajahnya menjadi kesal." Gw bukan anjing kali!"bentak Selly.  “Tapi muka lo mirip Anjing!” Ledek Zea kemudian pergi meninggalkan Selly disana.  “Cantik - cantik gini dibilang Anjing” 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD