03. Jun's Schedule

2000 Words
Kirana menyeka keringat yang mengucur di dahinya. Ia baru saja merapikan kamarnya yang begitu berantakan. Tisu dan bungkus camilan berserakan di mana-mana karena semalam ia menonton drama favoritnya. "Tahu begini, aku tidak akan membuang sampah sembarangan!" gerutunya. Ia memang sering mengeluh seperti itu. Tetapi, ia selalu melakukan hal yang sama. Untung saja, hari ini jadwal kuliahnya siang. Jadi, ia tidak akan kena ocehan ibunya karena kamarnya berantakan. Kirana membiarkan ponselnya berbunyi beberapa kali dan pergi membuang sampah sebelum pergi mandi. Tanpa disangkanya, kelas dimajukan dua jam yang artinya, kelasnya sudah dimulai sekarang. Dengan wajah yang cukup cerah, Kirana merapikan tasnya dan memastikan kalau tak ada yang tertinggal. Ia mencabut ponselnya yang sudah penuh terisi daya. Ia harus berjalan menuju halte yang sebenarnya tak terlalu jauh dari rumahnya. Tak lupa juga ia mengenakan masker. Selain demi kesehatan, ia juga tak ingin ada orang yang mengenalinya di jalan sebagai adik dari Karina Lee. Tak lama, bus akhirnya datang dan ia mencari tempat duduk paling nyaman. Kirana membuka ponselnya demi mengusir kebosanan. Namun, alangkah terkejutnya ia saat melihat grup kelasnya mengabarkan tentang kelas yang dimajukan. "Oh my God!" pekiknya heboh. Orang yang berada di dalam bus sontak melirik ke arahnya dengan tatapan tajam. Kirana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena malu. "Mian," gumamnya pelan sambil menyatukan kedua telapak tangannya tanda meminta maaf. Kirana masih terus merutuki dirinya yang tidak membuka ponsel sebelum berangkat. Kini, ia sudah setengah jalan menuju kampusnya. Selain telat pada kelas satu-satunya hari ini, ia juga harus melewatkan live penampilan Neolabs. Benar-benar hai yang sial. Begitu pikirnya. Karena sudah terlanjur sampai ke kampus, akhirnya ia meminta temannya untuk bertemu. Untung saja, masih belum pulang. Lumayan. Hitung-hitung dirinya menanyakan materi atau tugasyang disampaikan tadi. "Rara!" Kirana berbalik arah mendapati teman yang ditunggunya itu memanggil. "Kutebak tadi kamu belum bangun!" Teman Kirana itu menunjuk tepat di depan wajahnya. "Ish! Enak saja! Aku sudah bangun, ya. Aku hanya terlalu sibuk merapikan kamar. Kukira tadi tida terlalu penting. Jadi, aku mengabaikannya." Kirana membuang napasnya kasar. Tidak terima dengan tuduhan temannya itu. "Ah, tumben sekali. Biasanya menunggu eomma mengomel, kan?" "Tidak! Ya, karena kupikir kelas siang. Lalu, tadi bagaimana? Habis aku tidak masuk kelas miss Andrea." "Salahmu! Makanya kalau bergabung di grup kelas bukan hanya menimbun pesan lalu kau hapus. Sana cek! File kuis minggu depan sudah dibagikan di sana." "Terima kasih, Yeri cantikku." "Begini saja kamu puji aku." cebik temannya yang bernama Yeri itu. "Oh astaga. Sejak kapan aku tidak memujimu?" Kirana mengerucutkan bibirnya. "Sebenarnya, aku memang cantik tanpa kamu bilang. Buktinya, aku bisa berpacaran dengan Joon Woo." Kirana memutar bola matanya malas. Temannya itu selalu saja memamerkan pacarnya. Padahal, Yeri sendiri tahu kalau dirinya tidak tertarik dengan hubungan semacam itu. "Lalu, menurutmu aku tidak cantik?" tanya Kirana. "Rara cantik. Tapi sayang, sukanya sama yang tidak bisa digapai." Yeri menjulurkan lidahnya yang membuat Kirana melayangkan kepalan tangannya meski tak sungguhan memukul. "Aku hanya bercanda." "Ya, aku tahu kalau Jun oppa memang tidak bisa digapai. Yang penting, dia ada dan nyata." Kirana dengan sikapnya sebagai fangirl memang tidak akan kalah jika membahas hal seperti ini. "Iya. Aku tahu. Em, Ra. Ngomong-ngomong, sepertinya kamu ada peluang dong sama Jun. Secara, sebentar lagi, dia akan berkolaborasi dengan kakakmu." Yeri sengaja memelankan nada bicaranya. "Aku tidak ingin menggunakan hal seperti itu seenaknya." jawab Kirana lirih. "Oh lihat! Siapa yang kata-kata dan ekspresi wajahnya bertolak belakang?" goda Yeri. Kirana berdiri dan berjalan agak jauh dari Yeri. Ia memang tak tahu seperti apa harus menentukan sikap. "Jangan terlalu dipikirkan. Lebih baik, sore nanti kita bersepeda dekat sungai Han. Cuaca sedang bagus." Tawaran Yeri membuat wajah Kirana cerah. Ia sudah lama tak bersepeda. Sepertinya akan menyenangkan. "Baik. Tapi... Oh astaga! Neolabs!" Kirana mengeluarkan iPad dari dalam tasnya dan membuka aplikasi yang menayangkan acara musik. "Untung saja." Ia membuang napasnya lega karena ternyata ia tidak terlambat. Gadis itu kembali duduk dengan nyaman dengan earphone yang menyumpal kedua telinganya. Mengabaikan Yeri yang masih menatapnya jengah. "Aaa... High note Jun oppa memang tidak diragukan lagi." "Astaga! Kenapa Jun oppa begitu tampan dengan potongan rambut yang seperti itu." Serta masih banyak komentar yang keluar dari mulutnya. Beruntung, ia berada di taman belakang kampus yang tak begitu ramai. Kirana tersenyum puas setelah penampilan Neolabs berakhir. Ia juga bangga karena boygrup favoritnya itu menempati urutan pertama. "Tidak sia-sia aku vote setiap hari," gumamnya. "Vote Neolabs tidak terlewat. Tapi, tugas Choi ssaem telat." Ini bukan sindiran lagi. Tetapi, Yeri membicarkan kenyataan. Kirana memang kerap lupa dengan tugasnya dan membuat Yeri ikut kelimpungan juga. "Sudah berjanji tidak akan begitu lagi." Kirana memberikan pembelaan atas tuduhan, atau kenyataan yang disampaikan Yeri kepadanya. "Aku sudah mendengar ini entah berapa kali sejak berteman denganmu." Yeri mendorong pelan kepala Kirana. Tentu saja, Kirana hanya memiliki motivasi sesaat. Sisanya, ia kerjakan dadakan. Karena, menurutnya kalau bisa dikerjakan saat deadline hampir tiba, kenapa harus dikerjakan awal? Dan hal itu yang membuatnya lupa. "Benar. Kali ini benar. Jun oppa saja bisa menyelesaikan kuliahnya padahal sibuk. Masa aku tidak?" "Ya. Harusnya kamu ingat itu selamanya. Bukan hanya sesaat. Satu lagi, berhenti menyebut oppa." "Sementara ini tetap oppa. siapa tahu, besok jadi chagiya." Kirana terkikik setelah mengatakannya. Yeri memutar bola matanya malas. Sebenarnya, ia paham betul dengan tabiat Kirana. Tetapi, menggodanya sampai merajuk sangat menyenangkan. "Ya sudah. Ayo pulang. Sampai bertemu nanti sore, ya. Ingat tugas tadi. Urusan tadi, aku memberi alasan kalau kamu diare. Miss Andrea tidak masalah." "Serius?" Kirana membulatkan matanya. Yeri mengangguk sebagai jawaban. "Uh, aku sayang Yeri." Kirana merentangkan tangannya hendak memeluk temannya itu tapi langsung ditepis begitu saja. "Tidak usah memelukku! Nanti, ada yang melihat akan curiga. Hari ini, aku membawa mobil. Mau diantar?" Tentu saja, tawaran Yeri begitu menggiurkan baginya. Siapa yang menolak diantar saat tengah hari seperti ini? Hanya orang aneh yabg memilih berdesakan di bus dengan hawa panas dan keringat di mana-mana. "Demi Tuhan. Aku memilih jatuh cinta padamu saja, Yeri-ah." "Gila! Pulang tidak? Aku tinggal, ya!" Kirana hanya tertawa melihat ekspresi kesal Yeri. Ternyata, memang menyenangkan menggoda teman. Pantas, Yeri senang sekali menggodanya. *** "Setelah ini, ayo kita makan ramen. Aku yang traktir." Ucapan leader Neolabs membuat semua membernya mengangguk semangat. Ah, tidak semua. Karena, Kim Jun atau lebih sering dipanggil Jun itu hanya menunduk. Bukan dirinya tidak senang dengan ajakan sang leader. Tetapi, justru ia merasa tidak enak karena setelah ini, ia masih ada jadwal lain. "Tidak apa, Jun. Kau masih ada jadwal setelah ini, kan?" tanya sang leader yang peka dengan perubahan ekspresi yang ditunjukan Jun. "Hmm..." Jun hanya menjawab dengan gumaman. "Vitamin. Jangan lupa diminum. Jangan sampai sakit." Jun tersenyum dan menerimanya. Memang tidak mudah melakukan comeback bersamaan dengan project solo mendatangnya. Bisa dipastikan, Jun tidak memiliki banyak waktu untuk beristirahat. Karena, setelah promosi Neolabs di musim ini, ia lanjut promosi project solonya yang sudah tersebar ke seluruh dunia. Project ini digadang-gadang akan sukses besar. Selain Jun dengan reputasi baiknya, Karina Lee yang menjadi teman duet di salah satu lagunya berpengaruh besar. Sebenarnya, Jun bukan lelah dengan ini. Tetapi, rasa gugup yang lebih mendominasi. Mengingat ini adalah pengalaman pertamanya di luar grup. "Jangan tegang, Jun. Nikmati saja prosesnya. Semangat!" "Gomawo." Jun tidak ingin mengecewakan rekan-rekan, agensinya, terlebih dirinya sendiri. Ia harus melawan kegugupannya. Ia yakin kalau ia bisa melakukan semuanya dengan baik. "Jun, takut itu wajar. Kau ingat, dulu saat aku debut sebagai aktor untuk pertama kali? Hampir ingin pingsan. Tapi, aku yakin kalau aku bisa. Akhirnya, aku melawan semua itu." Kali ini, Kang Dae--salah satu member Neolabs bersuara. Meyakinkan Jun kalau semua akan baik-baik saja selagi dirinya yakin. "Hm. Aku tidak akan mengecewakan siapapun." "Aku tahu. Kau mungkin hanya gugup karena akan berduet dengan penyanyi secantik dan bersuara indah seperti Karina. Iya, kan?" Ruangan khusus Neolabs kini ramai dengan sorakan membernya yang ditunjukan kepada Jun. "Wae?" Jun mengangkat sebelah alisnya alih-alih malu dengan sorakan rekan satu grupnya. "Karina. Kau lihat SNS. Banyak sekali akun-akun yang menjodoh-jodohkan kalian berdua." "Tidak aneh. Dulu saat series Dae tayang juga seperti itu, kan?" balasnya santai. "Ya tapi kita semua tahu kalau Karina masih single." "Sok tahu sekali. Kalau ternyata dia punya kekasih? Pasti akan sangat mengganggu kalau tahu soal sepele seperti ini." "Oh, ayolah! Jun-ah, kau ini terlalu serius." Jun hanya terkekeh setelahnya. Sebenarnya, bukan kali ini saja ia mendapat godaan seperti ini. Saat dirinya menjadi MC di salah satu acara musik, Jun juga sempat digosipkan dengan rekannya karena mereka tampak begitu akrab. Tetapi, bagi Jun semua hanya angin lalu. Lagipula, ia hanya fokus pada pekerjaannya. Hubungan asmara terlalu menyusahkan baginya. Harus membagi waktu untuk hal yang tidak terlalu penting. Hal itu bukan sekedar asumsinya sendiri. Karena, ada beberapa member Neolabs yang pernah menjalin kasih. Baik dengan orang dari dunia entertain atau bukan. Mereka sering berargumen tentang waktu. Jadi, ia berpikir kalau kasmaran dan pekerjaan bukan sesuatu yang baik untuk disatukan. Dirinya juga tentu saja memilih fokus pada pekerjaan. "Sudah harus pergi, Jun?" tanya Junghwa selaku leader. "Lima menit lagi." "Baik kalau begitu. Berhati-hatilah." Jun mengangguk. Member yang lain lagi-lagi menggodanya sebelum ia benar-benar keluar dari ruangan tersebut. *** Kirana mendudukkan tubuhnya di lantai setelah aktivitas bersepedanya. Rasanya begitu melelahkan karena sudah cukup lama ia tak bersepeda. Tetapi, memang menyenangkan. Apalagi, selama menggowes ia ditemani lagu-lagu milik Neolabs. "Lelah juga," gumamnya sambil menyeka keringat yang mengucur di dahinya. "Nah, seperti itu, Ra. Keluar, beraktivitas. Daripada setiap hari di kamar berteriak tidak jelas." "Buna! Siapa yang berteriak tidak jelas? Rara cuma---" "Ya, Buna paham. Kalau keringatnya sudah turun, segera mandi. Sebentar lagi waktunya makan malam." potong sang ibu yang membuat Kirana mencebik. "Baik, Buna." jawabnya singkat dan berlalu dari sana setelah memastikan kondisi tubuhnya sudah netral. Kirana yang senang bicara merasa sepi karena sudah tiga hari terakhir ini hanya tinggal berdua bersama sang ibu. Jadwal Karina begitu padat. Sedangkan, ayahnya tengah melakukan perjalanan bisnis ke Singapura. Kalau saja ia tengah libur kuliah saat ini, ia pasti ikut bersama sang ayah. Ia rindu jalan-jalan. Terlebih, ke Indonesia. Tanah kelahiran sang ibu. Meski dirinya lahir dan dibesarkan di Negeri Ginseng, tapi tetap saja darah Indonesia yang mengalir padanya membuatnya mencintai negara dengan sejuta keindahan itu. "Tidak baik melamun saat makan." Kirana hampir menjatuhkan sendok yang dipegangnya saat sang ibu tiba-tiba bicara. "Nah, apa Buna bilang? Apa yang mengganggu pikiranmu?" Kirana hanya melirik singkat ke arah sang ibu. Cukup ragu untuk mengatakan apa yang ada di pikirannya. "Katakan saja." "Rara rindu berlibur, Bun. Rara mau ke Indonesia." Akhirnya, ia menyampaikan apa yang mengganjal di hatinya. "Buna kira kamu akan menjawab tentang si Jun itu. Ternyata, anak Buna rindu kampung halaman Buna, ya?" "Ih, Buna! Rara tidak selalu memikirkan Jun oppa, ya!" elaknya. "Iya. Tidak selalu. Mungkin lima detik dari dua puluh empat jam." goda sang ibu. Kirana memilih mengerjakan tugas setelah selesai makan malam dan membantu mencuci perabotan. Sepertinya, dirinya memang harus jauh lebih berguna sekarang. Melihat Jun yang serba bisa, membuatnya merasa kecil karena sering bermalas-malasan. Meski kemungkinannya sangat mustahil kalau Jun akan mengetahui sifatnya, tapi rasanya tidak cocok kalau mengidolakan seseorang tapi tidak mengambil sisi baiknya. "Jun oppa, Rara akan rajin belajar sekarang. Agar lulus dengan hasil yang memuaskan. Rara yang menjadi diri Rara sendiri. Bukan dilihat sebagai adik dari Karina Lee." ucapnya mantap. Tetapi, tekad tinggal tekad semata. Sepuluh menit menghadapi iPadnya, mata Kirana mulai terasa berat. Fokusnya mulai goyah. Padahal, ia ditemani lagu-lagu Neolabs yang mengisi kamarnya. "Ayo, semangat, Rara. Kamu bisa streaming sampai pagi. Masa mengerjakan tugas tidak bisa?" sisi baik Kirana bicara. Kirana mengacak rambutnya. Beberapa kali mencubit pipinya sendiri agar tetap fokus mengerjakan tugasnya. "Ah, kalau memang tidak bisa, ya jangan dipaksa!" sisi jahat Kirana juga tak mau kalah. Semua berkecamuk di kepalanya, tangan dan matanya tak lagi sinkron saat ini. Sampai akhirnya Kirana tertidur di meja belajarnya dengan iPad yang masih menyala menampilkan tugasnya yang belum selesai. Memang, tekad harus dibarengi aksi yang kuat. Karena, niat saja memang tak cukup menjalankan rencana baik. Yeri : Ra, kamu tidak ikut Jun menpa? Ra? Kamu pasti tidur, kan? Tidak mungkin sedang mengerjakan tugas. Ah, satu lagi, Kirana pasti akan menangis kalau membaca pesan yang dikirim oleh Yeri. Sedangkan, dirinya sudah berada jauh di alam mimpi saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD