Matahari baru saja muncul dari balik horizon ketika mobil hitam Khalil meluncur pelan di jalanan kompleks menuju rumah orangtua Raisa. Udara pagi masih lembab, embun masih menggantung di dedaunan, dan suasana kota belum sepenuhnya terbangun dari tidur panjangnya. Tapi tidak dengan Khalil. Semalam ia hampir tidak tidur. Rasa bersalahnya menumpuk, membungkus pikirannya tanpa henti, menghantui tiap langkah dan pikirannya. Ia tahu ia salah. Ia tahu ia menyakiti Raisa. Dan satu-satunya hal yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah mencoba memperbaiki, meski entah apakah semua itu sudah terlambat. Tangannya menggenggam erat kantong plastik berisi bubur ayam yang masih hangat, lengkap dengan potongan telur rebus dan kerupuk udang yang dipesannya dari tempat langganan Raisa. Sederhana memang, tapi i

