Raisa menghentikan langkahnya begitu saja. Ia merasakan jantungnya berdetak lebih kencang saat matanya menangkap sosok yang begitu familiar berdiri di depan ruang prodi. Akbar. Ia tidak menyangka akan bertemu dengannya di sini, di kampus, tempat di mana ia seharusnya bisa sedikit merasa tenang setelah semua kekacauan dalam hidupnya. Namun ternyata, bahkan di tempat ini pun, bayangan masa lalunya masih menghantuinya. Ia baru saja selesai mengajar. Seharusnya, ia bisa langsung pulang, kembali ke rumah, dan mencoba menenangkan pikirannya. Namun, keberadaan Akbar di sana mengubah segalanya. Langkahnya terhenti, tubuhnya kaku. Ia menggenggam tali tasnya lebih erat, seakan mencari pegangan agar dirinya tetap tegak berdiri. Ia menelan ludah, mencoba menguasai perasaannya. Untuk apa lelaki itu d

