Park Jimin...
Apa kabarmu?
Pena Kim Y/N terhenti setelah dia menuliskan satu kalimat yang mengungkapkan rasa rindunya. Dia menyandarkan kepalanya di daun jendela yang tertutup embun karena dinginnya salju yang turun di depan rumahnya. Y/N memang suka sekali duduk di jendela tersebut, dan menulis buku harian hitam yang selalu menemani hidupnya. Dia selalu meluangkan waktunya di tengah malam untuk sekedar mencurahkan perasaannya dan aktivitasnya. Kim Y/N bukan tidak suka membuat vlog untuk menceritakan kesehariannya atau sekedar mencurahkan pemikirannya, tapi Kim Y/N lebih menyukai tulisan yang dia tulis sendiri, terasa lebih mengena di hatinya. Dia bisa menikmati saat saat dia menorehkan tinta penanya.
Malam ini mungkin sama seperti malam malam yang lain, tapi tidak untuk seorang Kim Y/N. Dia terlihat lebih galau setelah pertengkaran dengan suaminya tadi malam.
"Dasar b******k ... kembalikan botolku!" teriak Kim Namjoon.
Kim Namjoon adalah suami Kim Y/N. 15 tahun yang lalu, Kim Y/N mencintai Namjoon karena kesabarannya. Y/N melihat Namjoon sebagai seorang yang bertanggung jawab. Bahkan dari semua mantannya, Namjoon termasuk yang paling mapan. Kim Y/N berfikir bahwa seorang Namjoon adalah pelabuhan hatinya yang terakhir setelah selama bertahun tahun dia mencoba membalas dendam pada semua cowok. Kim Y/N merasa begitu sakit hati dengan ayahnya yang selingkuh dan Y/N mengetahuinya. Itulah sebabnya, Y/N mencoba untuk membuat banyak pria jatuh cinta padanya, dan kemudian menghempaskan mereka. Namun ketika Kim Namjoon melamarnya, Kim Y/N langsung mengiyakan. Dia juga merasa bahwa usianya yang memasuki usia 28 tahun sudah waktunya untuk menikah.
"Aku tidak akan mengembalikan botolmu. " balas Kim Y/N sabar sambil membuang isi botol minuman itu ke wastafel.
"Hei ...." teriak Kim Namjoon lagi sambil menunjukkan jarinya di depan muka Kim Y/N.
"Minuman ini tidak akan menyelesaikan masalah kita" kata Kim Y/N lagi.
"Setidaknya aku tahu kalo minuman ini menemani aku" kata Namjoon lagi.
Sejak 8 tahun yang lalu, usaha Kim Namjoon di bidang percetakan mulai mengalami kebangkrutan ketika salah seorang rekan kerjanya menipunya. Awalnya dia mulai minum minum karena dia tidak ingin membebani Kim Y/N dan ketiga anaknya. Dia tidak ingin terlihat sebagai kepala keluarga yang lemah dan dia merasa bahwa dia masih bisa menghidupi keluarganya. Namun, kebiasaan itu bukan lagi sebagai pelarian sesaat saja. Dia mulai menjadikan minuman itu sebagai sahabatnya semenjak dia mulai banyak berhutang untuk menghidupi keluarganya. Dia selalu mengatasnamakan hutangnya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Awalnya, Kim Y/N dan Namjoon sudah memutuskan kalau Kim Y/N akan menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya dan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai manajer di sebuah butik ternama di kota Seoul.
Hutang hutang yang semakin menumpuk, membuat Kim Y/N memulai usaha kecil kecilan di rumahnya. Dia pernah mengambil kuliah di jurusan fashion designer tapi tidak menyelesaikan tugas akhirnya karena dia mulai hamil anak pertama. Namun, menurut dosennya terdahulu, Kim Y/N memiliki bakat sebagai seorang designer. Itulah sebabnya Kim Y/N mulai membuka usaha butik kecil kecilan di rumahnya. Awalnya, hanya sebagai pendukung suaminya. Namun lama lama, Kim Y/N menjadi tulang belakang keluarganya. Dia mulai harus mencari uang untul mencukupi kebutuhan rumah tangganya, karena uang yang dihasilkan suaminya hanya cukup untuk membayar hutang saja.
Selama ini, Kim Y/N selalu bersabar dan mengalah. Dia menghindari pertengkaran, karena dia tidak ingin anak anaknya membenci ayahnya karena ayahnya memperlakukan ibunya dengan tidak adil. Bahkan Kim Y/N juga bersabar dengan kemarahan Namjoon yang meledak ledak setiap kali Kim Y/N mulai untuk membicarakan masalah mereka. TIdak jarang juga Namjoon mengucapkan kata kata kasar pada Kim Y/N.
"Kamu janji akan berhenti.. " kata Kim Y/N menghela nafas.
"Kamu tau uang yang kamu pakai ini bisa kita pakai untuk kehidupan kita" kata Kim Y/N lagi sambil mendekati Namjoon.
"Aakkkh... persetan dengan kata katamu " tepis Namjoon saat tangan Kim Y/N mencoba menenangkannya.
"Kamu memang tidak pernah menghargaiku...hik... " kata Namjoon sambil meninggalkan Kim Y/N dan beranjak menuju kamar tidur. Kim Y/N mendengar suara Namjoon menjatuhkan dirinya di kasur dan setelahnya hening.
Kim Y/N pergi ke kamar kerjanya sambil sedikit menangis dan mengambil buku hariannya. Setelah menyandarkan kepalanya, dia menerawang jauh ke kegelapan malam. Di tengah hujan salju yang turun, Kim Y/N melihat seolah olah dia melihat sebuah adegan dalam drama. Dia teringat kembali masa 20 tahun yang lalu.
"Soohyun... ayo cepat. Kita bisa terlambat woy" teriak Kim Y/N sambil mengenakan sepatu kets nya.
"Tunggu.." kata Soohyun.
Hari ini hari pertama Kim Y/N dan ketiga teman serumahnya akan menjalani hari pertama orientasi di salah satu universitas ternama di Seoul. Jurusan komunikasi yang diambil Kim Y/N adalah salah satu jurusan unggulan di universitas tersebut. Sedangkan Soohyun sudah terdaftar sebagai mahasiswi di jurusan ekonomi. Young min terdaftar sebagai mahasiswi bahasa dan sejarah, dan Park Yoona terdaftar di jurusan manajemen bisnis. Mereka memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu rumah setelah mereka cukup dekat di pra orientasi, 3 hari sebelumnya.
"Ayolah Soohyun .. tinggal 30 menit lagi lho" teriak Kim Y/N sekali lagi.
"Apaan sich pada teriak teriak?" kata Yoona, orang tertua di rumah itu.
"Tau tuch Y/N .. sabar lah.. cuma 15 menit ini" kata Soohyun.
Terdengar suara motor yang lumayan berisik di luar rumah mereka, dan tidak lama terdengar ketukan pintu depan.
Tok tok tok
"Aku yang buka" kata Kim Y/N sambil membuka pintu dan bertanya tanya siapa yang datang jam 05.30 begini.
"Hei noona .. " kata seorang cowok di depan Y/N sambil nyelonong masuk rumah.
"Woy... gak tau sopan santun ya?" teriak Yoona.
Cowok itu hanya tersenyum tipis.
"Ayo berangkat" kata cowok itu.
Kim Y/N yang masih terpaku di depan pintu. justru semakin melongo. Melihat Kim Y/N melongo, Yoona menepuk bahunya.
"Ini Park Jimin. Dia adikku. Tahun ini dia akan masuk kuliah sama dengan kita" jelas Yoona.
"Ooo adik Yoona.. kenapa beda sama kakaknya ya? " pikir Kim Y/N
"Park Jimin" kata Jimin sambil mengulurkan tangannya.
"Kim Y/N " kata Y/N.
"Jimin, aku gak bisa bareng kamu. Aku terlanjur janji sama teman teman berangkat bareng" kata Yoona.
"Kamu jalan aja bareng sama kita" kata Yoona sambil melihat ketiga temannya itu pertanda meminta persetujuan. Ketiganya tidak keberatan.
Rutinitas seperti itu yang dilakukan Kim Y/N dan ketiga temannya. Berangkat ke kampus, orientasi, dan malamnya mereka akan langsung tergeletak karena kelelahan. Sampailah di hai terakhir masa orientasi. Malam ini akan ada malam inagurasi. Itu artinya hari ini akan berakhir lebih malam dari biasanya.
Kim Y/N terduduk di sudut aula di tengah kencangnya musik Miracle by Cascada. Malam ini sepertinya tidak berpihak padanya. Dia merasakan tubuhnya sedikit demam, kepalanya pusing, dan dia merasa sangat mengantuk. Tanpa dia sadari ada sosok yang memperhatikannya dari seberang aula. Park Jimin, sedang memperhatikan Kim Y/N yang mulai menundukkan kepalanya. Dalam hitungan detik, kepala Kim Y/N sudah bersandar pada bahu Park Jimin.
Keesokan harinya ...
"Y/N .. bangun .. ayo makan dulu. Terus minum obat ya" kata Young Min mencoba membangunkan Y/N.
Y/N bangun perlahan sambil mengeryipkan matanya menghindari silau matahari pagi.
"Lha?? " tanya Y/N keheranan.
"Santai aja.. kamu di rumah. Semalam Jimin menggendongmu" kata Young Min.
"Hari ini gak usah kuliah dulu. Makanlah, kalau sudah minum obatnya ya." kata Young Min lagi sambil meninggalkan Y/N.
"Oya, jangan lupa istirahat ya" kata Young Min lagi.
"Kamu mau kemana?" tanya Y/N
"Kuliah" kata Young Min berlalu.
Setelah menghabiskan bubur yang dibawa Young Min, Y/N tertidur lagi. Dia tidak tahu sampai jam berapa dia terlelap, sampai ada suara pintu dibuka. Y/N berusaha membuka matanya, dan beranjak dari kasurnya. Dia membuka pintu kamarnya sambil mengikat rambut panjangnya. Jimin sedikit kaget melihat Y/N yang keluar dari kamar.
"Kupikir kamu ke kampus" kata Jimin.
"Kamu ngapain disini?" tanya Y/N.
"Oh .. anu .. aku ada kuliah lagi nanti sore. Tanggung kalo mau pulang. Aku udah bilang Yoona Noona kalo aku kesini. Dia yang kasih kodenya." jelas Jimin.
"Apa aku meng...?" tanya Jimin.
Belum selesai Jimin bertanya, Y/N sudah jatuh pingsan dulu. Jimin dengan sigap mengangkat Y/N. Dia lalu meletakkan Y/N di kasurnya. Dia mengambil air dan handuk untuk mengompres. Tidak lupa mengecek suhu badannya.
"Gimana dia Jim?" tanya Yoona saat dia pulang ke rumah.
"Panasnya sudah turun, dan dia bisa tidur nyenyak" kata Jimin.
"Tadi dia udah bisa minum obat" tambah Jimin.
Entah kenapa, Jimin merasa bahwa dia harus memperhatikan Y/N. Sepanjang hari tadi, Jimin merawat Y/N dengan perhatian. Tidak hanya sekali, Jimin memperhatikan wajah Y/N yang sederhana namun cantik. Wajahnya terlihat natural tanpa sentuhan make up. Meskipun terlihat pucat, tapi semburat merah di wajah Y/N memperlihatkan kehangatan di wajahnya. Jimin tidak berhenti mengagumi Y/N. Sesekali dia membelai rambut Y/N yang menutupi wajahnya. Dia memperhatikan bagaimana bola matanya bergeser ke kanan ke kiri membuat bulu matanya yang lentik terlihat sangat menarik.
"Kenapa kamu bisa menarik perhatianku?" gumam Jimin saat Y/N masih terlelap.
TIdak dipungkiri, Jimin sudah jatuh hati pada Y/N sejak pertama melihatnya di depan pintu seminggu yang lalu. Dia melihat seolah ada pancaran cahaya lembut saat Y/N tersenyum. Dia meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia harus punya cerita dengan cewek ini. Keceriaan dan manjanya membuat Jimin semakin jatuh hati selama mereka orientasi bersama kemarin. Dia melihat seolah Y/N tidak menanggung beban apapun, dia seperti berada di dunianya sendiri, dan entah kenapa Jimin ingin sekali masuk dalam dunia itu.
"Kamu pulanglah Jim" kata Yoona membuyarkan lamunan Jimin.
"Biar aku yang gantian jaga.. lagian disini juga ada Soohyun dan Young Min" tambah Yoona.
"Oke.. aku pulang noona. Kalo ada apa apa telpon aja ya" kata Jimin yakin.
"Huh? " heran Yoona.
"eehmm.. maksud aku .. siapa tahu butuh tumpangan ke rumah sakit" kata Jimin gugup.
Semalaman Yoona, Soohyun, dan Young Min berganti menjaga Y/N.
Keesokan paginya, rumah Y/N terdengar begitu ramai ketika Jimin datang dengan motornya yang super berisik suaranya. Y/N terbangun dan mencoba membuka matanya. Dia berdiri dan membuka tirai kamarnya yang langsung tertuju ke Jimin di depan rumahnya.
"Ini anak gila kali ya?" tanya Y/N heran.
Y/N keluar kamar dan melihat senyum ramah Jimin. Dia mencoba membalas senyum itu, tapi pusing di kepalanya tidak mengijinkannya melakukan itu.
"Kamu udah bangun Y/N?" tanya Jimin sambil meletakkan bungkusan makanan di meja makan.
"Kenapa kamu datang pagi pagi Jimin?" tanya Y/N sambil merapikan rambutnya.
"Aku tahu kamu pasti belum sarapan kan? Aku mampir sekalian memeriksa keadaanmu. Kamu udah baikan?" tanya Jimin sambil memegang dahi Y/N.
"Apa.. apaan sich?" gerutu Y/N.
"Aku bukan anak kecil ya" teriak Y/N lagi.
Jimin hanya terkekeh kecil. Dia mengambil piring dan air minum di dapur. Dia juga menyiapkan obat untuk Y/N. Tanpa mereka sadari, Yoona melihat kelakuan adiknya. Dia merasa kalau Jimin jatuh hati pada Y/N.
"Makanlah.. nanti keburu dingin" kata Jimin.
"Nanti saja, aku mau mandi dulu. Aku ada kuliah pagi" tolak Y/N.
"Gak ada kuliah kuliahan. Istirahat dulu. Yang penting makan dulu" protes Jimin sambil mendudukkan Y/N yang beranjak dari kursi makan itu.
"Apa sich?" protes Y/N.
Jimin memonyongkan mulutnya ke bubur di meja makan pertanda Y/N harus memakannya.
Akhirnya Y/N makan bubur itu dan meminum obatnya. Dia lalu beranjak masuk kamar mandi meninggalkan Jimin yang mencuci piring dan gelasnya.
"Lho kamu disini Jim?" tanya Yoona keluar dari kamar seolah olah baru melihat Jimin.
"Iya.. nich ada sarapan buat noona" kata Jimin.
"Sekalian mau jemput Y/N, siapa tau dia masih lemah" kata Jimin lagi sambil tersenyum.
"Jim.. kamu? ...apa?.." tanya Yoona ragu ragu.
"Kenapa?" tanya Jimin smabil mengernyitkan dahinya.
"Eeh.. gak jadi" kata Yoona lagi memutuskan untuk membatalkan pertanyaannya.
Akhirnya Jimin dan Y/N sampai di kampus setelah perdebatan sengit antara Y/N dan Jimin. Sebenarnya Y/N tidak ingin membonceng Jimin. Dia tidak mau ada gosip yang aneh aneh. Bukan hal yang khusus jika seorang Y/N tidak suka menjadi pusat perhatian. Itu sebabnya dia tidak mau berdandan layaknya para mahasiswi yang mencoba mencari kesenangan di tengah kewajiban mereka untuk membawa pulang gelar. Kim Y/N hanya suka menggunakan kaos oblong dengan lengan tergulung, dan celana jeans yang sobek di bagian lutut, atau dengan warna yang hampir pudar. Kata High heels sudah tidak ada di kamusnya. Sepatu kets putih menjadi pilihan untuknya setiap kali ke kampus. Tidak tampak eyeshaddow warna warni, atau lipstick dengan warna merah menyala. Dia hanya mempunyai sebuah bedak di meja riasnya, dan dia nyaman saja dengan itu. Rambutnya yang panjang hanya dikucir ekor kuda, bahkan tidak jarang dia hanya mengikatnya sembarangan.
Kesederhanaan Kim Y/N justru mempunyai daya pikat tersendiri, yang membuat seorang Park Jimin jatuh hati. Cowok yang tampan di atas rata rata dengan kepandaian dan kepribadian yang diidamkan banyak mahasiswi di jurusannya bisa menggigit bibir mereka. Tidak dipungkiri, Jimin memang menjadi pusat perhatian semenjak aksinya di malam inagurasi. Suaranya yang keren membuat banyak mahasiswi mulai bertanya tentang siapa dia.
"Kamu pulang jam berapa Y/N?" tanya Jimin di parkiran kampus.
"Jam 1" jawab Y/N sekenanya sambil berlalu meninggalkan Jimin.
Dia merasa tidak nyaman dengan perhatian Jimin semenjak dia tahu dan ingat apa yang terjadi pada saat mereka pulang bersama di malam inagurasi itu.
"Jangan perhatian padaku Jimin. Aku tidak ingin menyakitimu. Kamu adik temanku, dan aku tidak pantas untukmu" pikir Y/N.
Semenjak saat itu, Y/N berusaha menghindari Jimin. Setiap kali Jimin datang ke rumah dan beristirahat sejenak disana, Y/N memilih untuk mendengarkan musik atau berpura pura sibuk di kamarnya. Hal itu bukan tanpa alasan, ada masa lalu Y/N yang tidak pernah diceritakan pada siapapun, termasuk ketiga teman serumahnya.
Kamu tidak tahu siapa aku Jimin.