Chapter 3

1032 Words
Brak! Seorang pria tampan dengan setelan jas mewahnya menggebrak meja kerjanya dengan sangat keras. Dia menggeram kesal setelah mendapat kabar jika orang-orang suruhannya mati di tangan jervan. "Arrghh sial! Bagaimana bisa mereka sebodoh itu!" teriaknya penuh amarah. Ini sudah kesekian kalinya dia gagal untuk menghancurkan jervanos malvori, musuh terbesarnya. Tok! Tok! "Maaf tuan, ada tamu yang ingin bertemu dengan tuan," ucap sekretaris pria tampan itu. "Bilang aku sedang sibuk, tidak bisa diganggu," "Baik tu---, "Kamu yakin tidak ingin menemuiku, tuan pradana wijaya yang terhormat?" sahut seseorang yang dengan tidak sopannya masuk kedalam ruangan itu tanpa seizin pemiliknya. Pria tampan tadi melirik sekretarisnya untuk memintanya keluar dari ruangannya. "Tuan jervanos malvori?  Ada apa gerangan yang membuat anda datang kekantor kecilku ini? Oh ini benar benar suatu kehormatan bagiku karena didatangi oleh orang terpenting seperti anda," sapa pradana tersenyum. "Langsung saja pada intinya karena aku tidak suka basa-basi. Aku hanya ingin memberitahu mu, percuma kamu mengirim orang untuk meneror ku karena itu tidak akan pernah berhasil," "Apa maksud anda?" tanya pria tampan bernama pradana itu yang sepertinya sedang berakting seolah tidak tahu apa apa. Jervan berjalan pelan menghampiri nya. Merapikan sedikit dasi yang pria tampan itu kenakan sambil sesekali menepuk pelan jas nya seperti sedang membersihkan debu dari jas itu. "Aku masih berbaik hati untuk melepasmu, jadi berhentilah. Sampai kapanpun kamu tidak kan bisa menghancurkan ku. Justru kamulah yang nantinya akan hancur sendiri," bisiknya pelan tepat di samping kuping pradana. Mendengar itu pradana berusaha mati-matian untuk menahan emosinya, dia tersenyum saat jervan sudah menjauhkan tubuhnya dari nya. "Ekhem, maaf tuan jervan yang terhormat. Sepertinya saya sangat sibuk, jadi bisakah anda pulang saja? Maaf bukan maksud saya mengusir anda," "Baiklah, aku rasa juga tidak ada Lagi yang perlu aku bicarakan. Tolong ingat baik-baik ucapanku barusan karena aku tidak pernah main-main dengan ucapanku," balas jervan dengan nada halus namun terkesan mengancam. "Saya permisi dulu tuan pradana wijaya," lanjutnya kemudian melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu. Tangan pradana mengepal kuat, rahangnya mengeras. Pria yang baru saja datang itu benar benar membuatnya naik darah. Brak!! "Kita lihat saja jervanos malvori. Cepat atau lambat aku akan menghancurkan mu dengan tanganku sendiri. Tunggu saja," ,,,,, Leona duduk diam ditepi ranjangnya. Perkataan jervan tadi membuatnya terus kepikiran dengan ibunya. Jadi ibu nya benar benar masih hidup dan sekarang dia sedang di sembunyikan oleh pria kejam itu ?. Bagaimana jika jervan menyakiti ibu nya ? Leona tahu betul sifat iblis pria itu. Saat pria itu mengatakan tidak akan menyakiti ibu nya asalkan dia menurut padanya, Itu bukan berarti pria itu akan menepati ucapannya. pria itu benar benar kejam. Dia pasti akan tetap menyakiti ibu nya walaupun dia sudah mengikuti semua yang diperintahkan, pikir leona. "Aku harus mencari tahu dimana dia menyembunyikan ibu," Tok! Tok! Leona menoleh cepat begitu mendengar suara ketukan pintu kamarnya. Salah seorang pelayan di rumah itu baru saja masuk kedalam kamarnya. "Maaf nyonya jervan, tuan bilang mulai malam ini nyonya harus tidur dikamar tuan," ucap pelayan itu membuat leona seketika melotot kaget. Apa ? Tidur dikamar pria kejam itu ? Mereka akan tidur sekamar ? Bahkan seranjang ? Tidak , Leona tidak akan sudi. "Aku tidak mau," balas leona singkat, padat nan jelas. "Tapi ini perintah tuan jervan, nyonya. Tuan bisa marah jika nyonya tidak menurutinya," "Ckk memangnya dia siapa bisa mengaturku semaunya. Dan juga jangan memanggilku nyonya jervan! Aku tidak sudi menggunakan nama pembunuh itu," "Suka tidak suka kamu harus mau menggunakan nama itu," Pelayan itu langsung mengundurkan diri dari kamar leona begitu jervan datang. Jervan berjalan menghampiri leona yang masih duduk ditepi ranjangnya. "Bukankah sudah kubilang kamu harus mengikuti semua perintahku? Oh atau kamu lebih suka aku menyakiti ibumu?" Mendengar ibu nya di sebut-sebut membuat leona langsung beranjak berdiri. Tidak ada pilihan lain, dia harus menuruti semua perintah pria kejam yang sekarang berstatus sebagai suaminya itu. Ya setidaknya sampai dia mengetahui dimana ibunya disekap dan juga memikirkan cara untuk pergi dari rumah ini. "Jadi kamu mau memilih yang mana, nyonya jervan?" "Oke. Aku akan pindah ke kakamarmu, tapi ingat ini bukan berarti aku kau tidur denganmu!" Jervan hanya tersenyum menanggapi jawaban wanita yang berada didepannya ini. "Good girl," ucapnya sambil berbuat menyentuh pipi Leona namun dengan cepat Leona menepis tangannya. ,,,,, "Silahkan tuan," Marvel mengangguk sebelum masuk kedalam kamar disebuah rumah yang letaknya cukup jauh dari kota jakarta. "Selamat malam, nyonya," sapa nya pada perempuan paruh baya yang kini terbaring tak berdaya diatas ranjang dengan beberapa selang infus yang terpasang di tubuh nya. Perempuan itu adalah ibu kandung Leona, Carlona Gracia. Dia mengalami lumpuh sementara akibat kecelakaan yang dialami nya beberapa bulan yang lalu. Saat dirinya berusaha kabur dari orang-orang suruhan jervan , dia tertabrak oleh mobil yang kebetulan lewat ditempat kejadian yang membuatnya lumpuh sementara. Selama beberapa bulan ini dia disekap di salah satu rumah yang letaknya cukup jauh dari kota jakarta. Tadinya jervan menyuruh orang suruhannya untuk menyekapnya di gudang tapi marvel meminta untuk membawanya ke rumah ini. walaupun marvel seorang tangan kanan mafia tapi dia masih mempunyai hati nurani. Bahkan dia merawat ibu leona dengan sangat baik. Sesekali dia juga akan mengunjungi tempat ini untuk melihat keadaanya. "Nyonya sudah minum obat?" tanya marvel. "Sudah. Marvel, bagaimana keadaan leona ? Apa dia baik baik saja ? Aku dengar dari orang diluar leona dibawa boss mu," "Leoma, dia baik baik saja nyonya," jawabnya bohong. Dia tidak tega mengatakan yang sebenarnya. "Jangan berbohong, dia pasti tidak baik baik saja hiks. Marvel aku mohon bebaskan leona hiks. Biarkan aku yang menggantikannya," "Maaf nyonya tapi saya tidak bisa," Seketika tangis ibu leona pun pecah, dia khawatir dan juga takut anaknya kenapa-napa. Jeevan sangat kejam, dia pasti menyakitinya. "Nyonya tenang saja, saya akan pastikan anak nyonya baik-baik saja walaupun saya tidak bisa menjamin itu 100%," "Baik, aku percaya padamu," Marvel mengangguk, jujur dia tidak tega melihat ibu leona seperti ini, apalagi leona. Dia tidak tahu apa yang sudah tuan fernandes lalukan sampai membuat jervan bertindak sejauh ini. Dia ingin membantu leon tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa karena dia hanya seorang anak buah. "Kalau begitu saya permisi nyonya. Saya akan datang lagi nanti," "Baik. Terima kasih kamu sudah sangat baik padaku. Aku titip salam untuknya , katakan padanya kalau aku baik-baik saja. Dia pasti sangat mengkhawatirkan ku," "Baik nyonya,".
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD