Bukanlah Pria Yang Baik

1002 Words
"Nona Lizzy Grace," panggil seorang wanita. "Ya." muncullah seorang gadis cantik dari balik kerumunan orang-orang. Sambil tersenyum dia menghadap si wanita yang memanggil namanya. "Selamat ya Nona Grace, anda diterima di perusahaan kami." Lizzy membulatkan mata. Tak percaya mendengar kabar yang baru dia dengar. "Benarkah? A-aku diterima?" tanya Lizzy agar meyakinkan apa yang dia dengar. "Iya Nona, nanti kami akan hubungi anda lagi untuk menandatangani kontrak sekaligus anda beradaptasi di perusahaan kami." Lizzy tersenyum lebar. Dijabatnya tangan si wanita yang terulur. "Terima kasih." Dia lalu keluar dari perusahaan AM. Perusahaan yang terkenal akan teknologi. Gadis itu mengambil ponselnya dan menelepon keluarga untuk memberitahu kabar baik ini. "Halo, Ayah, Ibu. Ada kabar gembira, aku diterima di perusahaan AM!" kata Lizzy nyaris bersorak gembira. Kendati nyaris, semua pandangan tetap saja tertuju pada gadis itu terutama saat dia mengatakan perusahaan AM. Perusahaan AM bukanlah perusahaan biasa. Perusahaan itu selalu sukses dalam pemasaran produk mereka, baik di luar negeri mau pun dalam negeri, sebab itulah banyak sekali orang yang menginginkan untuk bekerja di situ sayangnya karena persyaratan begitu ketat tak sembarangan orang bisa bekerja di perusahaan AM. Bukanlah uang yang mereka cari melainkan mutu kerja yang baik sehingga orang yang masuk ke perusahaan AM menurut orang-orang adalah pencapaian terbaik. "Benarkah? Wah selamat ya Lizzy, Ibu bangga sama kamu." ujar suara dari balik telepon. "Ayah juga. Itu berarti kau bisa menghadiri acara lamaran saudaramu, kan?" "Tentu saja. Aku tak sabar melihat betapa cantiknya adikku ketika dia mengenakan gaun dan tentu saja aku ingin melihat saudara iparku." balas Lizzy. Di lain tempat, lebih tepatnya di sebuah club. Meski hari itu masih siang tapi sudah banyak sekali anak muda yang datang untuk bersenang-senang termasuk seorang pria muda bersama seorang wanita tengah b******u mesra di salah satu sofa klub tersebut. "Saga ... please jangan di sini." Si pria menyeringai. "Kau telah membuat aku tergoda maka kau harus melakukannya." Pria itu mencium bibir sekaligus menggerayangi tubuh si wanita. Sesekali terdengar suara decapan bibir yang timbul akibat keduanya berciuman. "Hei Saga," panggilan dari seorang pria sontak membuat pria itu mendecih. Dilihatnya pria itu dan menemukan seorang lelaki yang sangat dia kenal. "Kenapa kau ada di sini? Bukankah kau akan mengadakan acara tunangan?" Saga mencebik. "Ya, aku tahu. Tapi apa salahnya sih bermain-main sebentar," "Hei jangan begitu, memangnya kau tak kasihan sama calon istrimu?" "Heh, untuk apa kasihan? Toh aku tak begitu tertarik padanya yang lembut dan baik sekali." balas Saga sengit. Temannya itu menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang kawan. Dia pun duduk lalu meminum alkohol yang tersedia hingga tandas. "Apa? Kau ingin menikah? Lalu bagaimana denganku sayang?" tanya si wanita dengan nada manja. Saga mengalihkan pandangan dari sang teman kembali pada si wanita. "Tenang saja Jennifer sayang, meski aku telah menikah kau tetap wanitaku." Jennifer tersenyum puas lalu mencium Saga dengan liar dan tentu saja Saga menerima semua itu dengan senang hati. "Bagaimana sayang kalau kita lanjutkan permainan kita." pinta Jennifer. "Of course darling," Saga menatap lagi pada sang sahabat. "Kenapa kau menatapku seperti itu?" "Pergilah Evano, sebelum mata sucimu melihat hal yang aneh." Evano mengumpat kesal seraya berdiri meninggalkan Jennifer bersama Saga. Keadaan aman, Saga mulai menciumi Jennifer. Baik bibir mau pun tubuh tak ada satu luput dari perhatian Saga hingga bunyi ponsel mengganggu permainan mereka. Nama Bunda yang tampak di layar smartphone milikinya membuat pria itu mendengus kesal. "Halo, Bunda." "Saga, kau ada di mana sekarang? Acara akan dimulai masa kamu belum datang juga. Datang sekarang!" "Baik Bunda, Saga akan ke sana." Saga lalu mengambil jas dan dikenakannya. "Apa kau ingin pergi?" Saga mengangguk. "Ibuku sudah meneleponku. Aku harus datang." "Tapi permainannya belum kita mulai." "Nanti saja ya." Saga kemudian berjalan meninggalkan Jennifer yang menampakkan wajah masam. Dia juga melewati Evano tanpa membuka suara. "Kau mau ke mana?" "Ke acara lamaranku. Mau ke mana lagi?" tanya Saga ketus. ❤❤❤❤ "Wah kau cantik sekali Lisa. Kalau Saga melihatnya pasti dia akan langsung jatuh cinta padamu." puji sekaligus canda dari Yuna--Bunda Saga. "Bibi jangan menggodaku terus, aku jadi malu." kata Lisa tersipu malu. "Bibi tak menggodamu, memang itu benar kok. Kau cantik sekali." Lisa memalingkan wajah dan melebarkan mata melihat saudara kembarnya berada di depan pintu kamar. Dia lalu menghampiri dan memeluk Lizzy. "Aku senang kau berada di sini bersamaku, aku pikir kau tak akan datang karena sibuk wawancara pekerjaan." Lizzy lalu melepas pelukan. "Lisa, meski aku sibuk akan aku usahakan untuk datang ke acara pentingmu terlebih kau akan membina rumah tangga." Lisa tersenyum lalu memandang penampilan Lizzy. "Maaf aku tak berdandan dengan baik karena ini terlalu mendadak." ucap Lizzy tersengih. Gadis itu menggeleng. "Kau sudah terlihat cantik sepertiku." Bunda Yuna tersenyum melihat perbincangan keduanya sampai terdapat sms dari sang putra. "Saga sudah datang Bibi harus ke sana supaya acaranya lebih cepat dimulai." Tak lama setelahnya acara dimulai. Semua anggota keluarga dari belah pihak berkumpul termasuk Lizzy. Saga terperanjat melihat gadis itu, dia berpikir apa dia terlalu minum banyak sehingga melihat ada dua Lisa. Tapi setelah yakin kalau dia tak mabuk, Saga akhirnya sadar bahwa Lizzy adalah orang yang berbeda. Dari info yang diberikan oleh ibunya, Lizzy adalah saudara kembar dari calon istrinya, Lisa. Sepanjang acara mata Saga terus menatap Lizzy yang kebetulan berada di samping Lisa. Entah mengapa Saga lebih tertarik pada gadis itu. Dari pandangannya Saga tahu bahwa Lizzy memiliki sesuatu hal dan dia menginginkan Lizzy. Acara lamaran selesai dan Lisa resmi menjadi calon istri dari Saga begitu juga sebaliknya. Mereka akan menikah tak lama lagi. "Ayo Lisa kita temui calon suamimu." Lisa lantas tersipu malu dan menggeleng. "Aku tak bisa Lizzy ... aku malu silakan kalau kau datangi dia tapi tidak dengan aku." Lizzy mengerucutkan bibirnya. "Apaan sih kau ini? Masa malu bertemu calon suami sendiri." "Sudah, aku tak mau beradu argumen pergilah jika kau mau bertemu dengannya." "Baiklah jangan marah ya kalau dia mengira aku adalah kau." ledek Lizzy kemudian pergi meninggalkan Lisa yang cemberut. Lizzy lalu bertanya pada Yuna dan sampailah dia di ruangan yang ditempati oleh Saga. Pintunya terbuka sedikit. Lizzy bisa melihat punggung Saga yang membelakanginya. Dia kemudian berjalan masuk ke dalam hendak bertemu dengannya tapi mendengar percakapan Saga, Lizzy tertahan. "Iya sayang, aku hanya mempermainkan Lisa. Kita memang akan menikah tapi aku tak akan mencintainya, aku hanya sayang sama kamu." Lizzy membeku. Mempermainkan saudaranya? Lizzy mengepalkan tangannya erat. Semakin lama dia merasa semakin panas saja mendengar setiap perkataan yang dilontarkan oleh Saga. Sungguh, Saga bukan pria yang baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD