Bab 2

1318 Words
Mili tidak tahu siapa pria itu. Yang ia tahu bahwa dia adalah saudara Ares. Dia mengenakan kemeja putih dipadukan celana jins hitam. Tak kalah keren dengan Ares. Sepanjang perjalan dia hanya diam membawa mobil. Dia berbicara hanya menanyakan arah yang mana akan dituju. Mili tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan masih bingung. Ia menatap bangunan rumah bertingkat dua, disanalah acara pertunangan berlangsung. Beberapa mobil memadati halaman luas rumah tante Shinta. Tante Shinta adalah adik sang mama, jadi ia sama Niar sepupu dekat. Sepertinya acara sudah berlangsung. Ia mendengar dari dalam rumah para kedua belah pihak sudah melontarkan pantun-pantun lamaran yang membuat gelak tawa para keluarga dan acara juga hampir selesai. Mili keluar dari mobil dan diikuti oleh pria yang tidak ia ketahui namanya. Mereka bahkan belum berkenalan, oke pria itu dia tidak buruk jika diperkenalkan oleh keluarga. Anggap saja ini adalah hari keberuntungan, karena ada pria tampan turun dari langit menyelamatkannya. "Ini acara pertunangan?," "Iya," "Sepupu kamu?," "Iya," "Oke," Kata oke membuat Mili tenang, ia tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu terhadap keluarga. Mereka masuk lewat pintu samping karena tidak memungkinkan untuk lewat depan karena acara tengah berlangsung. Keterlambatan membuat para keluarga besar tertuju kepadanya. Mili hanya bisa tersenyum memenuhi kursi kosong dibelakang. Mili melihat Niar bersanding dengan pria bernama Alex, katanya berprofesi manager di bank Indonesia. Oke, profesi Niar juga tidak kalah kerennya karena Niar berprofesi sebagai model, bergabung di Edge Model Jakarta. Dekorasi berwarna putih menghiasi ruang utama, acara diakhiri dengan do'a. Ia melihat sang mama memandang dan lalu melangkah mendekat. "Kamu kok lama banget datangnya," "Macet tadi mama," "Acara udah selesai, kamu baru datang," "Kan mama tau orderan lagi banyak-banyaknya, shoope lagi ada promo besar-besaran ma. Mana suplier banyak yang datang, ngecek barang nggak kelar-kelar," "Makanya nambah karyawan lagi dua, biar nggak ribet," "Iya nanti, sewa ruko sama mas Alan, siapa tau dikasih diskon," Mama Mili menatap pria berperwakan tinggi mendampingi putrinya. Pria itulah yang membuatnya tertarik untuk mengetahui siapa yang dibawa Mili. Mama Mili tersenyum, "Pacar kamu?," "Bukan ma, temen," timpal Mili. "Kalau dibawa kesini ya pasti pacar kamu," "Ih mama, bukan," Mili kembali meyakinkan, ia memandang pria itu hanya diam. "Siapa ma?," Mili lalu menoleh ke belakang memandang pria separuh mengenakan batik yang sama dengan mama. Oh Tuhan, ternyata sang ayah juga ikut-ikutan. "Papa," gumam Mili. "Temen Mili katanya," Mama Mili tersenyum simpul. Raja otomatis lalu menoleh dan memandang wanita dan pria separuh baya mendekatinya seakan ingin tahu siapa dirinya. Sebagai pria memiliki etika sopan santun, ia tersenyum menyambut kehadiran beliau, "Saya Raja tante," Raja mengulurkan tangan ke arah wanita separuh baya itu, lalu bersalaman. "Raja om," ucap Raja lagi. "Kok nggak pernah dibawa ke rumah?," Tanya pria separuh baya itu kepada Mili. Mili mulai bingung, "Ya ..." "Saya sibuk kerja om," Raja memotong pembicaraanya. "Raja kerja di mana?," "Saya dokter om," Mili mendengar itu lalu menoleh menatap Raja. Ia juga baru tahu bahwa pria itu bernama Raja, dan mengaku sebagai dokter. Mili masih tidak menyangka bahwa dia adalah seorang dokter. Dokter adalah profesi yang bergengsi di mata orang tua didunia ini. Dan akan mendapat lebel menantu idaman semua orang tua. Ia yakin sebentar lagi sang ayah akan mengajak Raja ke rumah untuk sekedar makan malam. "Wah hebat, dokter apa?," "Spesialis penyakit dalam om, atau internist," "Eh ada tamu, siapa?," Satu persatu keluarga datang dan menyapa. Mili hanya bisa diam menatap Raja, runyam sudah urusannya dan semakin panjang. Ia mengusap tengkuk yang tidak gatal. Kedua orang tuanya begitu antusias menyambut kehadiran Raja. Ia bahkan baru mengenal nama Raja dan profesinya disini dan detik ini. "Ini pacaranya Mili," ucap papa Mili dengan bangganya, mengatakan pacar Miki dengan lantang. "Iya calon menantu, dokter," Mama Mili mulai menjelaskan. "Wah pacar tante Mili dokter," salah satu sepupu kecilnya juga turut menyapa. "Siapa jeng?," "Ini Raja, pacarnya Mili. Jarang-jarang loh Mili bawa pacarnya kesini," Papa Mili tersenyum bangga. "Dokter spesialis," ucap mama lagi. "Wah kayaknya pernah lihat dirumah sakit," keluarga yang sok tahu mulai nimbrung. "Udah dokter, ganteng pula. Beruntung Mili dapat calon dokter," sahut tante-tente yang lain. "Cepet nyusul aja Raja, nunggu apa lagi," "Do'a kan saja tante," "Amin, pasti di do'a in," "Saya pamannya Mili," "Saya tantenya Mili," "Saya oma nya Mili," "Saya ponakan tante Mili om," "Raja, om," "Raja, tante," "Raja, oma" Beberapa menit berlalu semua keluarga besarnya heboh karena pria bernama Raja yang mendadak menjadi sang menantu idaman. Mili hanya bisa nelangsa dalam hati, ingin sekali membenturkan kepala. Bisa-bisanya kedua orang tuanya melebel Raja sebagai calon suaminya. Dan membanggakan di depan keluarga, seolah mereka akan segera menyusul menikah. Ia tidak habis pikir Raja dengan tenang menyapa dengan ramah dan mengiyakan begitu saja. Kini Raja memiliki predikat calon menantu idaman dan kesayangan orang tuanya. *** Sejam kemudian Mili memilih mengundurkan diri untuk pulang dengan alasan Raja ada jadwal kerja. Jika Mili tidak mengajak Raja pulang, mungkin pria itu masih betah ngobrol dengan sang ayah. Ah, bisa-bisanya Raja menjadi pacar dadakan seperti ini. Hingga ia tidak bisa berkata-kata. Ia seakan mimpi. Mili menatap langit sudah menghitam, ia menyandarkan punggung di kursi. Ia tidak tahu Raja membawanya kemana, ia berharap setelah ini pulang. "Kita belum kenalan sebelumnya," Raja memandang Mili, karena wanita itu sepanjang perjalanan hanya diam. Mili menarik nafas, ia mengulurkan tangan, "Mili," "Raja," Raja merasakan kulit halus dari tangan Mili. Sedetik kemudian ia lepaskan, dan tersenyum simpul. "Thanks ya udah nemenin aku tadi," "No problem, I'm happy to do it. But...," Mili lalu menoleh, "Tapi apa?," "This is the world, nothing for free," Mili mengerutkan dahi, ia mencerna kata-kata Raja. Jujur ia memang tidak terlalu paham berbahasa Inggris, tapi itu adalah kata-kata sederhana, dan ia tahu makna apa yang Raja ucapkan. "Nothing for free ...," Mili mulai berspekulasi. "Yups," "Loh bukannya lo tadi yang nawarin diri secara cuma-cuma ke gue," "Aku pikir itu jasa," "Jasa apaan?. Gue ! kalau tau gini, gue pergi sendiri !" "Udah deh pulang aja," Mili mulai kesal luar biasa. "No," "Jadi lo maunya apa? Mau duit? Ya bilang aja, gue bisa bayar," "Aku dokter internist di Jerman, dan penghasilan aku dalam setahun bisa membeli rumah di Kemang. Jadi aku nggak memerlukan itu semua," "Jadi lo mau apaan?," Raja menarik nafas dan lalu tersenyum simpul, "Tidur sama kamu," "Stop !," Raja lalu menepikan mobil ditepi jalan seketika, ia menatap Mili, "Lo mau tidur sama gue !," "Ya," Raja melepas sabuk pengaman. "Parah lo, sumpah ya emang lo pikir gue cewek apaan !," "Tidur, bukan berarti murahan," "No way, lo cari aja cewek lain, gila aja," suasana mobil mendadak gerah, Mili melepas sabuk pengaman. "But, i want you," "Keluar dari mobil gue !," Ucap Mili kesal, hatinya semakin panas. Ia baru tahu ternyata Raja seberengsek ini. Oh Tuhan, ia menyesal sudah mengenal Raja. "Kalau lo nggak mau keluar, gue yang keluar dari sini," Mili membuka hendel pintu, otomatis lampu dasbor menyala. Raja menarik tangan Mili dan mendekatkan wajahnya, lalu melumat bibir tipis itu. Tangan kiri Raja memegang tengkuk Mili agar ia bisa mengakses lebih dalam dan tangan kanannya menutup pintu itu kembali. Ia tidak peduli mereka berada di tepi jalan, ia juga tidak peduli jika ada melihat dan tidak peduli jika ada satpol PP yang memergoki mereka. Mili merasakan bibir Raja melumatnya, ia tidak bereaksi apa-apa. Sensasi bibir Raja menghisapnya membuat jatungnya maraton. Awalnya ya awalnya, beberapa detik berlalu. Mili malah membalas lumatan Raja. Ia bukan gadis yang tidak pernah merasakan ciuman, ia pernah merasakan itu dengan mantan-mantan sebelumnya. Tapi ciuman Raja membuatnya sedikit tidak waras, dan terlalu terlena. Mili menyelesuri d**a bidang Raja, ternyata tubuh Raja begitu sempurna. Ia yakin betapa nyamannya bersandar di d**a bidang itu. Ia merasakan tekstur rambut Raja yang sedikit kasar. Aroma parfum yang segar perpaduan antara musk, lavender dan kayu cendana yang membuat tubuh itu begitu segar. Beberapa menit berlalu, Raja melepaskan kecupannya, ia memandang Mili mengatur nafas yang sama. "Sweet. Kita bisa melakukan lebih," gumam Raja, ia menghidupkan mesin mobil dan lalu kembali melajukan mobilnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD