bc

SNOWBLOOD

book_age18+
9
FOLLOW
1K
READ
dark
HE
princess
heir/heiress
mystery
lucky dog
magical world
like
intro-logo
Blurb

Ini bukanlah kisah dongeng Snow White seperti yang kalian ketahui selama ini. Ini kisah tentang pembalasan dendam, cinta yang menggebu-gebu dan penuh kegelapan. Seorang Putri Raja, Iselin, melarikan diri dari ayahnya yang mencoba untuk mengambil jantungnya. Di dalam hutan ia bertemu dengan seorang pria pemburu yang hidup bersama tujuh makhluk bertubuh pendek yang sama sekali tidak ramah padanya. Namun itu adalah satu-satunya tempat di mana ia bisa berlindung dari Ophelia, penyihir hitam yang menjadi selir Raja yang mencoba menyeretnya kembali ke istana. Apakah ia benar-benar aman, atau justru telah memasuki tempat yang lebih berbahaya?

chap-preview
Free preview
PROLOG
Untuk seorang gadis berumur enam tahun, yang diketahui Iselin hanyalah itu adalah sebuah cermin besar yang sangat indah. Ukiran-ukiran yang rumit dan indah yang berwarna emas, dan sebuah cermin oval besar di tengahnya yang memantulkan refleksi ayahnya yang berdiri di depannya dengan gagah. Cermin itu adalah benda termewah yang pernah dilihatnya. “Bagaimana caraku memanggilnya?” “Sebutkan saja namanya seperti yang saya beritahukan sebelumnya, lalu anda akan dapat melihat segalanya dari sana.” Ayahnya sedang berbicara dengan seseorang yang membawa cermin mewah itu ke sana. Ia juga ingin ke sana, berdiri di depan cermin itu dan menatap refleksi dirinya. Saat ayahnya menyadari keberadaannya yang mengintip dari pintu, bukannya memanggilnya dan menyuruhnya masuk untuk ikut melihat bersama cermin yang baru saja dibelinya itu, pria itu justru menatapnya dengan tatapan mengancam hingga membuatnya ketakutan dan segera berlari pergi dari sana. Melihat Iselin yang berlari dengan wajah ketakutan, para pelayan yang berada di sepanjang lorong hanya mengabaikannya. Sebagian lagi melontarkan pertanyaan tak wajar ‘apa yang kau lakukan di sini’ padanya. Bagi mereka, Iselin hanyalah sosok anak lusuh yang begitu dibenci Sang Raja. Anak itu tak lain hanya bagaikan seorang gelandangan yang mendapat tempat tinggal mewah. Iselin tak berlari menuju kamarnya untuk bersembunyi di sana dan bersiap jika saja pesuruh ayahnya mendatanginya hanya untuk memarahinya dan menghukumnya. Ia berlari menuju kamar salah satu selir Raja, sosok wanita yang dikenal ahli dalam sihir. Ia memasuki kamar tersebut dan berlari menuju wanita itu yang sedang duduk di sofa sambil memandangi luar jendela. “Ibu! Ibu!” Mendengar panggilan Iselin, wanita itu menoleh dan terkejut saat Iselin jatuh ke dalam pelukannya. “Ada apa?” ia bertanya dengan ekspresi khawatir. Sejujurnya itu bahkan bukan pertama kalinya ia melihat Iselin menemuinya dengan wajah ketakutan seolah seseorang sedang mengejarnya. Ia tahu yang membuat Iselin seperti itu hanyalah Sang Raja. “Ayah membeli cermin indah.” Ia mengetahuinya. Ia melihatnya melalui jendela sejak tadi bahwa beberapa orang membawa benda besar masuk ke dalam istana. “Apa beliau memarahimu karena mendekati cermin itu?” Iselin menggeleng. “Aku bahkan belum mendekatinya.” Ia terdiam sejenak. “Itu hanyalah cermin, sama seperti cermin-cermin lain yang ada di istana. Ibu juga memiliki cermin di kamar ini. Kau bisa memandanginya selama yang kau mau.” Iselin tahu ibunya tidak akan pernah memarahinya apa pun yang ia lakukan. Namun ia juga menyadari satu hal bahwa dia tak pernah berani menentang ayahnya dan selalu berakhir meringkuk ketakutan layaknya mangsa yang terpojok oleh predator. Rambut merah yang indah, kulit yang cerah dan mata hijau yang memesona. Ibu tirinya adalah wanita tercantik yang ada di istana. “Kau selalu terlihat cantik bahkan tanpa perlu memandangi dengan lama di depan cermin,” kata ibu tirinya sambil membelai wajahnya. “Kau tahu apa yang selalu dikatakan orang-orang saat memandangmu? Rambut hitam pekat, mata lebar dan kulit yang begitu putih. Kau seperti boneka.” Ia tak pernah mendengar itu. Ia hanya mendengar kata-kata bahwa dia adalah anak yang dibenci Sang Raja dan seorang gelandangan. Ia selalu ingin tahu apa yang membuat ayahnya membencinya, namun ibu tirinya tak pernah memberitahu apa pun dan hanya berkata bahwa Sang Raja memiliki alasan. Ia masih terlalu kecil untuk mengerti. Sebuah ketukan terdengar di pintu dan seorang pelayan masuk dengan membawa troli berisi kudapan. “Kebetulan sekali. Mari menikmati kudapan siang bersama Ibu.” Sesaat setelah wanita itu bangkit dari duduk, seseorang yang lain masuk ke dalam kamarnya. Seorang pria. Mereka semua mengenalinya sebagai tangan kanan Sang Raja. Dan ia tahu apa yang akan terjadi jika pria itu datang. “Apa Iselin ada di sini?” Miris bahwa seorang Putri Raja bahkan tidak dipanggil dengan hormat oleh bawahan dari Raja sendiri. Ia segera menyembunyikan Iselin di belakang tubuhnya. “Kami berencana menikmati kudapan siang bersama. Tolong kembalilah nanti.” Pria itu diam menatapnya. Ia tidak terlihat sedang menimbang-nimbang seolah ia memang sengaja diam untuk menunggu selir raja menyerahkan gadis kecil itu. Pria itu membuka mulutnya dengan decakan. “Perlu anda ketahui, Ny. Seraphine. Anda tak bisa selalu melindungi Iselin. Saya berterimakasih karena anda, sebagai ibu tirinya begitu menyayanginya layaknya putri kandung anda sendiri. Tapi apa yang anda lakukan takkan membuat Yang Mulia menatap anda.” Seraphine tersenyum mengejek. “Kau pikir aku melakukannya hanya demi agar beliau memerhatikanku? Sepertinya kau lupa bagaimana para selir di istana ini diperlakukan. Aku hanya menyayangkan bagaimana beliau memperlakukan putri kandungnya sendiri. Jangan sampai kalian menyesalinya suatu saat nanti.” Pria itu diam, namun kali ini ia mengembuskan napas seolah memilih untuk mengalah. Hanya untuk sekarang. “Sebaiknya anda berhati-hati dengan apa yang anda katakan di depan Sang Raja.” Ia berbalik dan melangkah pergi dari sana. Udara yang tadinya terasa begitu sesak kini kembali normal. Seraphine mengembuskan napas beberapa kali, begitu juga dengan pelayan yang masih ada di sana. Seraphine menatap ke bawah. “Iselin, Sayang, kau baik-baik saja?” Iselin hanya mengangguk. Ia sudah mengalami ini beberapa kali. Tangan kanan Sang Raja mendatanginya, membawanya untuk menghukumnya karena ia membuat Raja tak senang. “Dia akan membawaku nanti, kan?” Seraphine tak berkata apa pun. Ia berbalik dan melangkah menuju meja riasnya, membuka salah satu laci di sana dan mengobrak-abrik isinya untuk mencari sesuatu. Setelah menemukannya, ia kembali mendekati Iselin dan memberikan benda yang ada di genggamannya padanya. Itu sebuah kalung dengan batu permata kecil berwarna hijau. “Ini akan melindungimu.” Ia mengalungkan kalung itu pada Iselin. “Ibu sudah memasukkan mantra pelindung di dalamnya. Untuk berjaga-jaga, jika suatu saat Yang Mulia menyuruhku untuk mencelakaimu, kalung itu akan mencegahku melakukannya.” Iselin hanya menatap dengan ekspresi bingung. Yang ia pahami hanya kalung itu akan melindunginya. Seraphine menengadah menatap pelayan itu. “Bisakah kau keluar?” Pelayan itu mengangguk dan melangkah keluar dari sana. Setelah tidak ada siapa pun di sana selain mereka berdua, Seraphine berkata, “Iselin, jangan pernah percaya siapa pun yang ada di dalam istana ini. Bahkan jika ada pelayan yang bersikap baik padamu, bersikaplah sewajarnya dan jangan terlalu memercayainya. Yang Mulia membencimu, satu-satunya keturunan yang ia miliki. Jika suatu saat Sang Raja memanggilmu, kau harus waspada.” “Apa ayahku akan mengusirku?” Sebuah pertanyaan tak mengancam namun terasa menyayat hati. “Beliau selalu ingin menyingkirkanmu. Kau harus bisa melindungi dirimu sendiri saat Ibu tidak ada. Karena bagi Sang Raja, aku adalah halangan terbesarnya untuk bisa mendapatkanmu. Jadi setelah aku berhasil disingkirkan, kau harus bersiap untuk melindungi dirimu sendiri tanpa bantuan siapa pun.”

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.9K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook