Prolog♡

1956 Words
Point Note Author : Sebelumnya Thankyou Xoxo buat yang selalu nanyain "Fred Brugsler & Mawar David" A : Kapan storynya di lanjut? A : Mawarnya kenapa hilang? A : Jadi ini Fred Brugslernya enggak ada lagi? A : Niat enggak sih buat cerita A : Author nya kemana Hello ...... storynya kapan update? A : Please kalau story alurnya jangan di ubah, kasian yang udah beli koin dll A : Btw Authornya enggak mikirin pembaca kayaknya sampai rela rombak alur story. Xo what what thankyou xoxo buat yang selalu komentar, kritik dan saran kaya bon cabe level sepuluh si samyang. # AUTHORNYA ENGGAK HILANG # AUTHORNYA ENGGAK MENGHILANGKAN FRED BRUGSLER & MAWAR DAVID And the way, just it? Ada beberapa alasan aku merombak isi alurnya, karena memang ada beberapa bagian alur yang enggak bisa aku lanjutkan. Sayangnya, Fred Brugsler dan Mawar rose enggak akan aku hilangkan. Dia tetap ada di Cast story ini. Enjoy story, maafkan jika lama respon dan juga lama merevisi. Jika ada kesamaan nama itu diluar kendali. Tak ada niat mengambil nama dari seseorang itu, jika merasa sama dan menyenangi storynya. THANKYOU XOXO! Pilih family yang kamu suka dari King Of Bussiness. # TEAMDEVANO # TEAMFBrugsler # TEAMDavid # TEAMBraiden Follow ** : @shixi.__ @31shixi.__ HENRY, CLARISSA & LAVINA Jam sudah menunjukan waktu sore, setelah belajar Henry selalu berbincang dengan Clarissa dan juga Lavina. Clarissa dan Lavina adalah sahabat Nicholas Henry, Clarissa yang masih berusia enam tahun, dan Lavina berusia empat tahun. Nicholas Henry yang saat ini berusia tujuh tahun. Setelah jam sekolah berakhir, Nicholas Henry selalu bermain bersama Clarissa dan juga Lavina. “Hen ketika kau dewasa kau menginginkan menjadi apa?” Tanya rissa dengan memainkan boneka kecil miliknya dan juga Lavina yang saat ini bermain dengan beberapa boneka di samping kakaknya, melihat Henry yang memegang mainan pesawat terbang dan juga mobil-mobilan. “Aku ingin menjadi astronot atau memiliki perusahaan pesawat terbang dan juga mobil, hehe …” bercanda Henry dengan tertawa pelan di hadapan Clarissa dan juga Lavina “Mimpimu terlalu ketinggian, Kau selalu saja bermain tentang pesawat dan juga mobil-mobilan , padahal aku dan Lavina selalu membawakanmu boneka supaya bermain bersamaku dan juga Lavina.” “Aku kan anak lelaki, risa anak perempuan terlebih Lavina juga anak perempuan, Aku bermain pesawat dan mobil-mobilan. Suatu hari aku akan memiliki perusahaan berisikan pesawat dan mobil,” ujar Henry dengan memainkan pesawat terbang miliknya di hadapan rissa.” “Lalu jika aku anak perempuan memangnya kenapa? Aku juga ingin punya mimpi, mimpiku akan jadi kenyataan, Lavina juga memiliki mimpi, iya kan adik? Adikku hanya mengangguk, berarti dia menyetujuiku tuh.” “Memangnya mimpimu apa? Kau saja memainkan boneka terus bersama Lavina, pokoknya suatu hari aku akan memiliki perusahaan pesawat terbang dan juga mobil, hehe.” Henry kembali bercanda dengan memegang mainan pesawat terbang di tangan kanan sembaring menerbangkannya dengan tertawa di hadapan Clarissa dan juga Lavina. “Aku akan menikah sama pria yang akan memanjakanku. Cita-citaku bersama pasanganku, aku akan menikah sama seorang pria. Memiliki rumah tangga dan memiliki anak. Aku sama Lavina akan jadi wanita sukses setelah dewasa, iya kan adik?” Clarissa menoleh ke arah adiknya, adiknya pun langsung duduk di pangkuan Clarissa ketika Clarissa menanyakannya. “Ucapan mu seperti orang dewasa,” ketus Henry dengan menerbangkan mainan pesawat terbang miliknya berlari-lari di hadapan Clarissa dan juga Lavina. “aku akan pulang ke rumah. Ayah dan ibuku akan pulang bekerja. Besok kita bermain lagi, aku membereskan seluruh mainanku ini ya, dadah Lavina dan juga Rissa,” Henry pulang kembali ke rumahnya dengan meninggalkan Lavina dan juga Clarissa yang saat ini masih berdiam diri memegang boneka mereka. “Anak itu, sering meledekku. ingin membuat perusahaan pesawat dan mobil katanya. Awas saja ya Henry, kau harus menjadi seseorang yang sukses dan harus menjadi kenyataan dengan perkataanmu itu,” ketus Clarissa dengan memasuki rumah kembali bersama adiknya Lavina. ** 20 tahun kemudian. Seseorang duduk di meja besar dengan beberapa pajangan miniatur pesawat dan juga miniatur mobil di dekat meja kerja. Seseorang yang bertubuh tinggi serta dengan wajah tampan, bibirnya tersenyum ketika pandangannya melihat sebuah ingatan masa kecil. Seorang pemilik perusahaan sukses, Nicholas Henry kini resmi memiliki beberapa perusahaan di berbagai negara. Nicholas Henry tidak menyangka ucapan masa kecilnya menjadi kenyataan, setelah hari itu, hari ia bermain bersama Lavina dan Clarissa sebelum ia pindah ke luar negri. ucapan dirinya tentang cita-cita. Nicholas Henry pindah ke luar negri bersama keluarga disaat usianya tujuh tahun, ia masih ingat akan persahabatannya bersama Clarissa dan juga Lavina, hingga saat ini persahabatan kecilnya tak terlupakan, ia pun sekarang memiliki seorang istri, Nicholas Henry pun kembali melanjutkan pekerjaannya dengan beberapa lembar dokumen yang berada di atas meja kerjanya, ingatannya terukir jelas akan masa kecilnya bersama Lavina dan juga Clarissa sahabat di masa kecilnya. ** “Data-data smartpoint sama smartexcel ku belum selesai, apalagi pesan chat ke Vera enggak terkirim,” ucap Clarissa dengan suara pelan berjalan untuk memanggil gogograb. Clarissa pun memanggil taxi menuju gedung perkantorannya, agak jauh dari jarak rumah Clarissa di Wilayah Jakarta. Dari dalam mobil pandangannya melihat ke langit-langit Wilayah Jakarta. Apa kabar tentang sahabatnya yang berada di luar negri, Mengingat akan masa lalunya yang masih membuat Clarissa tersenyum. Terakhir kali ia ingat bahwa sahabatnya pindah ke luar negri ke Wilayah Inggris. Hingga saat ini ia dan Lavina masih sering membicarakan Nicholas Henry, terlebih setelah mereka bermain bersama komunikasi mereka terputus, keluarga Nicholas Henry pun tak memberikan nomor telepon yang bisa dihubungi setelah mereka pindah ke luar negri. Setelah gogograb yang di tumpangi Clarissa berhenti di depan gedung perkantoran, dirinya pun memasuki gedung kantor dengan bibir tersenyum menyapa beberapa teman kantornya yang ingin memasuki lift. “Rissa, besok aku izin enggak masuk kerja ya, tolong absenin aku. Aku bilang sama kamu sekarang, takut besok enggak sempat hubungi kamu,” ucap Didit yang bekerja di perusahaan yang sama dengan rissa. “Mas Didit mau izin lagi? Ini udah ke lima Mas Didit absen bulan ini, nanti kalau atasan nanyain gimana?” “Serius Clarissa, mas ada keperluan mendesak. Lagipula pekerjaan Mas Didit ssbagai manager saat ini di handle asistant, istri Mas Didit baru saja melahirkan, Mas Didit juga sudah izin sama atasan, gimanapun Mas Didit minta izin buat absen besok.” Ucap Didit yang berjalan terburu-buru setelah keluar dari lift, ia bergegas menuju tempat parkir motor untuk melihat keadaan istrinya yang baru saja melahirkan anak pertama. “Salam buat istrinya ya mas, nanti aku kabari lagi ya untuk absen mas didit bisa atau enggaknya. Aku enggak janji ya, Mas Didit sudah absen ke lima kali bulan ini soalnya, semoga bisa di izinin ya mas Didit.” Ting ... Suara lift pun terdengar menuju lantai sembilan. Setelah pintu lift terbuka, Clarissa pun berjalan menuju ruangan dirinya. Seperti biasa, sebelum bekerja ia pasti memeriksa penampilan dirinya dan make up minimalis wajahnya di depan cermin. Memakai parfum kesukaannya serta merapikan meja kerja di ruangannya. Perusahaan S Corporation yang bergerak di bidang konstruksi. Sebagai admin yang bekerja di perusahaan S Corporation, Clarissa pun merapikan beberapa dokumen miliknya dan merapikan penampilannya di meja kerjanya. Rendi seorang Manager di Perusahaan S Corp. dirinya berjalan menuju ruangan dengan banyak berkas dokumen yang harus di kerjakan. Memakai setelan jas kerja, Rendi seseorang yang rapi dan juga maskulin. “Clarissa,” panggilnya dengan nada pelan. Rendi memasuki ruangan yang berisikan hanya berisi dua orang. Rendi pun memberikan selembar kertas dokumen. “Minggu depan kamu ikut saya ke luar negri ya, kebetulan saya mau bertemu pimpinan.” “Keluar negri Pak Rendi? Kenapa harus saya Pak Rendi? Lagipula saya masih ada beberapa pekerjaan.” “saya tunggu kabarnya ya. Minggu depan kamu ke luar negri ketemu sama pimpinan sama saya.” “Pak Rendi, telepon dari pusat memberitahu katanya pihak pusat yang akan ke Jakarta,” ucap Vera berjalan mendekati Rendi yang berada di ruangan Clarissa. “Sebentar ya Clarissa. Nanti di bicarakan lagi,” tuturnya dengan keluar dari ruangan Clarissa. Dirinya berjalan bersama Vera kembali ke ruangannya. Clarissa pun kembali bercermin, merapikan dandanan minimalisnya di depan cermin dengan memakai lipstick dan juga merapikan rambut panjangnya. Mengingat pimpinannya membahas luar negri, ia pun kembali memikirkan sahabat kecilnya. “Sudah dengar berita tentang internet belum, lagi viral tentang ceo sukses, banyak perempuan yang suka,” tutur beberapa staff karyawan yang berada di ruangan kantor. “Pimpinan kita masuk ke salah satunya enggak?” “Tahu pimpinan kita juga enggak, dia aja enggak pernah ke Jakarta.” “Tapi katanya pimpinan kita tampan loh, saya juga dengar-dengar dari kantor pusat ya.” “Jam kerja nih, udahan gosipnya,” ketus Vera dengan melihat beberapa temannya yang bergosip di ruangan kerja. Dirinya pun berjalan ke ruangan Clarissa. “Clarissa, minggu depan pimpinan kita mau datang ke Jakarta. Kamu kan cantik, penyambutan buat pimpinan kamu harus ada ya, lagipula Pak Rendi enggak jadi ke luar negri.” ** Jam sudah menunjukan waktu siang, hari ini adalah penyambutan pimpinan datang ke Jakarta, sayangnya Clarissa telat bangun pagi. Dirinya pun berlari menuju sebuah halte, menunggu bus menuju arah perkantorannya. Sayangnya bus yang ia tunggu tidak kunjung datang, dirinya pun memanggil taxi untuk ke gedung kantor tempatnya bekerja. Hanya dalam empat puluh menit, mobil taxi yang di kendarai Clarissa pun berhenti tepat di depan gedung perkantoran. Dirinya pun kembali berjalan memasuki gedung perkantoran. Brakk …. Suara tubuhnya terjatuh di atas lantai, seseorang dengan setelan jas berikut dengan tuksedo yang ia kenakan, penampilan rapi dengan aroma maskulin berdiri di hadapannya. “Maafkan saya, anda tidak apa-apa nona?” Tanyanya dengan suara yang terdengar maskulin dengan lembut, sayangnya pertanyaan seorang pria tersebut tak di hiraukan oleh Clarissa. Clarissa pun mengambil beberapa dokumen miliknya serta bulpoin yang terjatuh. “Maaf pak, saya buru-buru. Saya terlambat masuk kerja, maafkan saya yang menabrak bapak. Saya tidak sengaja pak, maafkan saya." Clarissa pun kembali berjalan memasuki lift dengan memegang beberapa dokumen. Seseorang yang berdiri di hadapan Clarissa bersama asistant pribadinya pun kembali berjalan. “Jadi S Corporation sudah kembali bekerja sama dengan beberapa perusahaan di Indonesia, apa semuanya lancar?” tanya Sham Levin dengan wajah rahang tegasnya yang menoleh. “Saat ini semuanya lancar Tuan Muda Sham,” jawab Andrian ketika pimpinannya menanyakan akan beberapa perusahaan. Sham pun memeriksa saku jas miliknya, mendapati bulpoin miliknya tidak ada. Terlebih bulpoin tersebut adalah bulpoin pemberian ayahnya. “Pak, sepertinya aku meninggalkan bulpoin. apalagi aku akan bekerja disini beberapa bulan," bisik Sham dengan berbisik di dekat asistantnya. Suasana sepi dengan obrolan ringannya kepada Andrian. “Bulpoin? Baik Tuan Muda Sham saya akan menghubungi Pak Rendi untuk menanyakan bulpoin.” Suara lift terdengar dengan Clarissa yang mempercepat langkah kakinya, dari jauh sudah ada Rendi yang melihat Clarissa, kekecewaan. Clarissa sadar dan tahu pasti atasannya marah karena ia datang terlambat. "Clarissa," panggil Rendi dengan melihat Clarissa, dirinya berjalan dengan memasukkan kertas di saku jas miliknya. Nomor telepon yang ia terima dari admin. Clarissa mengikuti Rendi menuju ruangannya. Wajahnya terlihat kecewa dengan menahan amarah. “Kamu tahu kan tadi itu penyambutan pimpinan, kenapa kamu terlambat Clarissa," ucap Rendi dengan menekan suaranya. Dirinya berdiri dengan menahan amarah, apalagi dengan kedatangan pimpinan dari pusat. Kecuali jika Clarissa bukan salah satu karyawan penting di perusahaan ini. Rendi berbalik dengan melihat Clarissa yang duduk di kursi. "Maafkan saya, saya terlambat. Jika saya bicara karena macet dan saya lupa tentang hari ini mungkin Pak Rendi akan semakin marah," jawab Clarissa dengan wajah polosnya. Kenyataan dirinya yang memang lupa akan hari ini, hari dimana pimpinan pusatnya datang ke Indonesia. yasudah kamu kembali ke ruangan kamu. Mulai besok kamu jangan terlambat bekerja lagi,” Rendi dengan menghela napas. Clarissa pun hanya menuruti apa yang pimpinannya katakan saat ini, dirinya menunduk dengan pasrah ketika di marahi, “Maafkan saya ya Pak Rendi, saya akan kembali ke ruangan kerja. Permisi Pak Rendi.” Clarissa pun menaruh beberapa berkas di atas meja kerja seusai meninggalkan ruangan kerja pimpinannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD