chapter1♡

1684 Words
Sebelum ke Indonesia, Nicholas Henry melakukan beberapa pertemuan dengan beberapa rekan kerja, Sham Andrian seorang CEO dengan beberapa bisnis usaha yang selalu bekerja sama dengan Nicholas Henry. “Aku berharap kerja sama kita selalu membuat perusahaan maju dan terus berkembang kedepannya,” ucap Henry ketika dirinya berjabat tangan dengan sahabatnya Sham. Brakk ... Suara ruangan terbuka dengan cukup keras. Seorang wanita memasuki ruangan dengan keadaan mabuk, wajah mabuk dengan napas beratnya, membawa tubuhnya yang terlemas terjatuh di atas lantai di ruangan berisikan Nicholas Henry dan rekan-rekannya, Clarissa tak beranjak dari tubuh miliknya yang terjatuh, rasa mabuk berat dengan alkohol tinggi. Clarissa berhasil membuat kebingungan beberapa asistant Henry dan juga Sham yang berada di ruangan. “Apa ini? Kenapa ada wanita memasuki ruangan meeting,” ucap Sham ketika dirinya beranjak dari tempat duduknya, membantu Clarissa yang sedang mabuk berat. “Permisi tuan, apakah ini ruangan kamarku?” Tanyanya dengan masih keadaan mabuk berat, dengan suara merendah dirinya melihat wajah Sham samar-samar, Clarissa pun pingsan di pelukan Sham. “Kalian bisa membawanya ke ruangan, tolong bawa wanita ini ke ruangan. Lagipula saya harus ke Inggris, Sham kau masih berada di sini kan? Kau bisa menolong wanita ini, lagipula istriku sudah menunggu, Aku sudah berjanji kepadanya untuk langsung pulang ketika meeting selesai. Lagipula helikopter ku sudah datang,” ucap Henry dengan menyaksikan Sham menggendong Clarissa. “Kau meninggalkanku sendiri? Jelas-jelas aku tidak pernah menyentuh wanita, Henry kau jangan bercanda denganku.” Henry melihat Clarissa yang masih mabuk berat berada di sisi Sham, “tolong tutupi tubuhnya. Jangan sampai pandanganku menyaksikan tubuh wanita lain.” Henry menyuruh beberapa staff karyawan untuk segera membantu wanita yang berada di sisi Sham. Menutupi paha dengan dress mini yang Clarissa kenakan. “Henry, kau jangan bercanda denganku. Ayolah, kau jangan meninggalkanku,” bujukan Sham menatap wajah Nicholas Henry yang kini mengambil sebuah ponsel miliknya, melihat agenda pekerjaan miliknya. "Helikopter ku sudah tiba sebentar lagi, aku harus menjemput istriku, istriku sedang liburan dan aku sudah berjanji akan menjemputnya hari ini, Sham kau bisa menjaga wanita ini hingga ia sadar. Sepertinya ia salah masuk ruangan kamar. Aku berangkat lagi ke Dubai, kita akan bertemu lagi di meeting bulan depan. Lagipula project kita di Dubai masih berjalan,” ucap Nicholas Henry dengan berjalan bersama dua staff karyawan yang mengikutinya. Sham yang kini ditemani beberapa staff karyawannya hanya terdiam dengan pasrah, “Wanita ini mau aku apakan? Henry, kau ini. Kalian juga kenapa melihatku? Cepat kasih minyak penghangat atau apapun agar wanita ini cepat terbangun,” ucapan Sham menyuruh beberapa staff karyawannya untuk membuat Clarissa terbangun. Tiga jam kemudian. Pandangan Sham tak berhenti memandangi wajah Clarissa yang sedang beristirahat, sudah beberapa jam ia pun tak tertidur karena menjaga Clarissa yang beristirahat di ruangan kamar miliknya. “kenapa aku berada di sini. Hei ... kau kau yang ada di hadapanku, kau siapa? Kau ingin apa?” teriak Clarissa dengan menatap ke arah wajah Sham di hadapan Clarissa. Dirinya beranjak bangun ketika Clarissa menemukan dirinya berada di atas ranjang berukuran king size. “Sudah istirahatnya? Lihatlah sekelilingmu, kau beristirahat di atas ranjangku. Ini adalah ruanganku, dan kau salah memasuki ruangan kamarmu.” “Ruangan kamarmu? Aku memasuki ruangan bersama adikku. Kau jangan mengaku-ngaku, ini ruangan kamarku!” jawabnya kembali dengan tak mau kalah di hadapan Sham. Clarissa yakin bahwa dirinya berada di ruangan kamar bersama adiknya Lavina. Sham hanya menatap sinis wanita yang berada di hadapannya. Baru pertama kalinya ia menyentuh wanita, “Gara-gara kau, aku menyentuh wanita. Aku menjaga diriku untuk wanita yang akan aku nikahi dan kau berani-beraninya memasuki ruangan kamarku. Cepat bangun! Kau memakai selimut tidurku,” ucapan Sham menarik selimut yang di pakai Clarissa dengan berjalan mendekati Clarissa, sayangnya Clarissa menarik kembali selimut yang Sham tarik dengan menutupi kembali tubuhnya dari dress yang ia kenakan. Bagaimanapun juga Sham adalah seorang pria yang belum ia kenali dan kini berada di hadapannya. Seorang pria asing bagi dirinya ketika berlibur di Inggris. “Kau tidak ingin kembali ke ruanganmu? Gara-gara kau beristirahat di ranjangku, beberapa jam aku tidak beristirahat. Sedangkan jadwal pekerjaanku sangat padat,” jawab Sham dengan melepaskan dasi miliknya serta menyilangkan kedua lengannya di depan Clarissa, Sham yang masih berdiri menunggu wanita di hadapannya turun dari ranjang miliknya, kini masih bersabar. “Aku akan pergi dari ruangan ini. Hari gini masih ada saja pria yang belum pernah menyentuh wanita, apalagi bicaranya galak sepertimu, wanita manapun pasti enggan dekat denganmu. Siapa namamu? Benar-benar deh, aku baru bangun kau menarik selimut.” Celetuk Clarissa dengan rewel ketika melihat sham yang rewel menyuruhnya menuruni ranjang miliknya. Sham memperhatikan Clarissa dengan menghela napas, suaranya kembali terdengar ketika melihat Clarissa berjalan menuju pintu ruangan kamar miliknya, “Mau kemana? Percuma keluar dari ruangan ini.” “Seperti yang kau suruh padaku! Aku akan keluar dari ruangan ini. Pria ini benar-benar membuatku kesal setelah aku bangun dari istirahatku,” ucap Clarissa dengan membuka ruangan kamar, tatapan matanya hanya menyaksikan apa yang ada di hadapannya. Melihat banyak sekali staff karyawan di sekitar ruangan. Bukan hotel tempatnya menginap, tetapi rumah besar dengan banyak staff karyawan. Clarissa hanya tercengang ketika melihat beberapa pria bertubuh tinggi kekar dengan setelan jas berdiri di depan ruangan kamar, beberapa di antaranya menoleh kea rah Clarissa yang kini mengenakan dress mini, cukup sexy jika dari sudut pandang pria. Clarissa pun menutup kembali pintu ruangan kamar setelah dirinya melihat beberapa staff karyawan yang Sham maksudkan, setelah pintu tertutup Clarissa berjalan mundur dengan beberapa langkah, dirinya menoleh kembali dengan melihat Sham. “Ini bukan di hotel.” Ujarnya dengan suara terbata-bata, dengan cepat Clarissa berlari menaiki ranjang milik Sham yang ia pakai untuk beristirahat kembali. “Tu-tuan, aduh apa ya aku memanggilnya, anda, atau maksudnya tadi itu di depan ruangan kamarmu ini mereka siapa? Apa mereka staff karyawanmu?” Tanya Clarissa kembali dengan duduk di hadapan Sham, wajahnya mendongak dengan menatap polos wajah Sham disana, Clarissa yang memakai riasan minimalis walaupun ia bangun dari istirahatnya, penampilannya tetap manis. Hanya ada tatapan Sham disana dengan menatap sinis Clarissa. “Sudah kubilang kau tidak bisa keluar sebelum aku yang mengizinkamu keluar, ada banyak staff karyawan yang berada di rumah ini.” “Ini tempat apa? Kenapa aku disini. Nama mu, siapa nama mu,” Tanya Clarissa di hadapan Sham. Sham hanya menatap sinis kembali dengan menyilangkan tangan miliknya, “Jelas-jelas dirimu sendiri yang datang ke ruanganku, kau yang mabuk datang ke ruanganku, salahkan dirimu yang mabuk berat. "Kau lihat banyak staff karyawanku ketika kau keluar dari rumah ini.” “Apa maksudnya itu? jelas-jelas aku memasuki ruangan kamar bersama adikku.” “Adikmu? Tidak ada adikmu, dirimu sendiri yang memasuki ruanganku.” Sham memakai jas kembali dengan melihat jam tangan miliknya. Wajah Sham menoleh dengan tak memasang wajah senyum, “Aku akan bekerja kembali. Jadi jagalah dirimu ketika sesampainya di rumah, beberapa staff karyawanku akan mengantarmu pulang. Jangan memasuki ruangan yang salah lagi mulai besok.” Senyuman Sham terlihat jelas ketika dirinya keluar dari ruangan. Clarissa yang menatap pria yang ia tidak kenali hanya berpasrah. “Apa-apaan ini, kenapa aku salah memasuki ruangan. Semalam Lavina memberikanku kunci kamar, apa jangan-jangan tertukar dengan kamarku, aku hanya memesan dua gelas air putih dan kami berjalan menuju ruangan kamar, oh ya ampun… Lavina dimana dia? Kupikir aku dan adikku berada di kamar.” Di ruangan kamar hotel, Lavina terbangun dengan berjalan menuju sofa. Dirinya menyuruh kakaknya terbangun dari istirahatnya bersama dirinya. Hingga tatapan Lavina menoleh ke arah ranjang besar di ruangan hotel. Tak ada siapapun disana, yang ia ingat adalah dirinya bersama Clarissa memesan dua gelas air putih. Sesaat setelah ia meminum dua gelas air putih mereka pun kembali ke ruangan kamar untuk beristirahat. “Kakak, kau dimana?” Tanya Lavina dengan panik mencari Clarissa saat ini berada di ruangan. Tak ada siapapun berada di ruangan kamar. Hingga dirinya pun memeriksa tas milik Clarissa dan beberapa pakaian yang masih ada di dalam ruangan hotel tempatnya menginap. Lavina pun bergegas ke ruangan kamar mandi untuk membersihkan diri dan juga mengganti pakaian, tak lama kemudian suara ketukan pintu pun terdengar dari luar ruangan kamar. Lavina yang sudah berpakaian rapi membuka pintu kamar dengan kakaknya Clarissa di temani staff karyawan hotel. Clarissa pun memeluk adiknya Lavina dengan memasuki ruangan kamar, “Ya ampun, untung saja ada pria baik yang menolongku, aku salah memasuki ruangan kamar dan dia menolongku. Terlebih sekarang kita berada di luar negri. Masih ada dua hari lagi kita akan pulang ke Indonesia, aku melihatmu baik-baik saja membuatku bahagia Lavina,” ucap Clarissa ketika dirinya duduk di ranjang hotel bersama adiknya Lavina. “Kakak, kakak salah memasuki ruangan kamar apa? Sepertinya kita salah minum, yang kita minum mungkin bukan air putih yang kita pesan. Coba kulihat dirimu, kau tidak apa-apa kan?” tanyanya dengan memeriksa tubuh Clarissa dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tak ada satupun luka dan Clarissa baik-baik saja. “Kakak berterimakasih sama pria yang menolong kakak, dia sekarang bekerja. Aku lupa menanyakan namanya siapa. “Yasudah yang terpenting kakak baik-baik saja, dua hari lagi kita pulang ke Indonesia.” Jawab Lavina dengan menyiapkan beberapa pakaian untuk kakaknya mandi dan juga berhias diri. Mereka datang ke Inggris untuk berwisata, dan dua hari lagi mereka akan kembali ke Indonesia. kejadian lima tahun yang lalu, Sham masih tidak pernah melupakan hari tersebut, bertemu dengan wanita ketika dirinya berada di Inggris sedangkan ia pun tidak mengenali nama wanita yang ia temui ketika ia menolong wanita tersebut dari kejadian mabuk berat dan salah memasuki ruangan kamar. “Andrian, sepertinya wajah yang barusan menabrakku di dekat lift pernah aku kenali, tapi dimana ya, aku lupa.” “Mungkin anda salah mengenali seseorang Tuan Muda Sham, ia hanya staff karyawan di gedung ini.” “Wajahnya tidak asing bagiku, aku akan menelepon Henry karena aku tiba di Indonesia.” Sham Levin berdarah Inggris, dirinya akan bekerja di Indonesia untuk mengurus beberapa project di Indonesia selama beberapa bulan di S Corporation. Sham masih memikirkan wajah staff karyawan yang menabraknya sewaktu di lift, “Adrian, wanita yang tadi bertemu denganku dia bekerja di bagian apa?” “Nanti saya tanyakan kepada Pak Rendi ya Tuan Muda Sham, mungkin wajahnya mirip seseorang yang Tuan Muda Sham kenali dan Tuan Muda Sham lupa.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD