chapter3♡

877 Words
Pukul 07.00 pagi Wilayah Jakarta, Sham Levin duduk di ruang makan dengan di temani Andrian. “Pak Andrian nyenyak istirahatnya semalam?” tanyanya sembaring tersenyum dengan memotong beberapa iris roti sandwich di atas piring. “Sangat nyenyak Tuan Muda Sham, ini segelas jus strawberry nya. Tuan Muda Sham selalu seperti ini setiap pagi, padahal minum jus buah di pagi hari takut nanti sakit perut. Saya saja selalu minum air putih, atau teh hangat.” Senyuman Sham Levin masih terlihat jelas ketika dirinya mendengarkan ucapan Andrian, “Apa sudah ada kabar dari keluargaku? Terlebih ayah, apa dia tidak menanyakanku setelah aku tiba di Indonesia?” “Belum ada kabar Tuan Muda Sham, lagipula bukankah Keluarga Levin sedang mempersiapkan launching produk terbaru untuk brand produk terbaru bulan depan. Kabar dari tunangan anda juga belum ada semenjak anda tiba di Indonesia.” “dia pasti memahami, terlebih keluarga besar dan keluarganya sudah sangat dekat.” “maksud Tuan Muda Sham? Jangan seperti ini, tolong jangan bicara seperti ini lagi.” Sham tak mendengarkan ucapan Andrian, dirinya masih memakan roti sandwich dengan beberapa potong telur rebus serta semangkuk salad sayuran berisikan mayonnaise keju. “Setelah sarapan pagi, saya akan kembali ke kamar untuk mengganti kemeja, saya masih belum memikirkan untuk ke S Corporation, terlebih akan ada produk brand terbaru yang akan launching bulan depan. Project bersama Henry sudah mulai berjalan di dubai, Pak andrian paham kan maksud saya.” “tapi tuan muda sham ke Indonesia akan membicarakan seputar kerja sama project pembangunan gedung, bukankah launching produk brand terbaru bisa di wakilkan, tuan muda sham juga tidak lama berada di Indonesia dan akan kembali ke inggris.” “Saya tidak akan menjawabnya, ini akan kubicarakan bersama ayah.” Andrian mengalah ketika dirinya berusaha memberikan nasihat dan juga saran untuk sham, sham memang selalu seperti ini, selalu berpendirian kuat dan selalu tidak pernah asal untuk menjawab beberapa pertanyaan. Dirinya melihat Sham yang berjalan menaiki tangga, hunian mewah yang ia miliki cukup luas dan juga besar, Andrian masih melihat ke pemandangan sekitar dari lantai dua. ** “Kak Larissa, Kak Larissa, Kak Larissa” Suara Lavina masih memanggil-manggil Clarisst yang masih belum terbangun, Lavina menarik selimut ketika dirinya melihat kakaknya yang masih terbangun, “Kak, ini sudah jam dua belas siang. Aku lupa mau bangunin kakkak dan aku juga belum bilang kalau aku hari ini enggak masuk kerja.” “Hah? Aduh aku telat, kamu kenapa enggak bangunin aku sih. Kamu kenapa enggak bangunin aku sih,” ucapnya dengan kesal, dirinya beranjak bangun dengan bergegas memasuki kamar mandi, Lavina hanya tertawa ketika dirinya melihat kakaknya yang panik pagi ini. “Cepetan kak, jangan lama-lama.” “Kamu selalu begitu sama kakak,” jawabnya dengan menutup pintu kamar mandi. Lavina pun keluar dari kamar dengan tertawa geli melihat ekspresi kakaknya yang terbangun ketika dirinya menjahilinya, Lavina pun menuruni tangga dengan mengeluarkan kunci mobil, “Pasti dandannya lama banget nih si kakak, padahal cuma pakai lipstick sama blush on sama eyeliner make up simple buat berangkat kerja.” Lavina pun menunggu Larissa dari dalam mobil dengan memainkan ponsel miliknya, melihat Clarissa yang keluar dari dalam rumah pun dirinya bergegas memarkirkan mobil , “Pulangnya aku enggak jemput kakak ya, aku mau ada acara sama teman-teman aku. Kakak mau ikut?” “Memangnya mau kemana?” “Mau nonton bioskop lah, ada tontonan terbaru, mau ikut enggak?” “tapi kakak enggak janji ya, kabarin lagi saja nanti.” “Sekali-kali tuh pulangnya sore kak, jangan pulang kerja malam terus. Pulang jam sore deh, aku jemput kakak buat kita ketemuan sama teman-teman, terus kita cicipin makanan terbaru sama lihat tontonan di bioskop.” “Iya deh, aku ngalah sama kamu.” “Kakak harus begitu sama aku, aku kan sayang kakak. Kak Larissa.” Mobil yang di kendarai Lavina dan juga Larissa pun menuju gedung perkantoran tempat mereka bekerja, Lavina yang mengantar Larissa, setelah itu dirinya menuju gedung perkantorannya. “Aku senang deh lihat kakak penampilannya seperti ini, Kak Clarissa manis.” “Apaan sih kamu, paling suka bikin aku malu-malu.” “Serius kalau kakakk Lariss manis begini pasti makin banyak yang suka, bahkan berlimpah yang suka sama kakakk.” “Aku aminin deh ya, gitu dong doain kakaknya terus.” “Aku sering doain kakak, kakaknya saja yang enggak tahu. Emangnya kalau berdoa harus terang-terangan? Kan enggak harus kak, yang penting niatnya tulus, doanya doa baik, kan kalau kita mendoakan kebaikan ya kebaikan juga yang kita dapatkan.” Clarissa hanya tertawa dengan suara pelan, “Kamu tumben banget bicaranya seperti ini. Sepertinya gebetan kamu tertular nih sifatnya sama kamu.” “Dia pengusaha, Kak Larissa.” “Pengusaha apa?” “Kan sudah kubilang, aku masih mau mengenali sosoknya, aku bicara sama kakak semalam malah kakak jawabnya sepeerti itu.” “Aku pikir gebetan kamu bukan seorang pengusaha, mana aku tahu kalau kamu punya gebetan seorang pengusaha. Apalagi dia punya usaha juga.” “mobil kita sudah sampai di depan gedung perkantoran kakak, kak clarissa harus ingat ya, pulangnya nanti sore, habis itu kita langsung ketemuan sama teman-teman, nonton bioskop terbaru sekalian aku mau coba beberapa menu makanan terbaru.” “iya, jangan lupa chat ke smartchat ya, kalau aku lama balas jangan langsung di telpon.” "Oke-oke sampai ketemu nanti sore ya, kak."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD