03 - Meminta Uang Muka

1046 Words
Nino masih terus mengamati gadis polos yang ada dihadapannya itu, dia benar - benar tidak percaya bahwa Freya menandatangani pernjanjian pra nikah secepat itu. Padahal jelas - jelas itu akan sangat mengusik kedidupannya yang akan datang, ia masih berpikir keras kenapa ada seseorang seperti Freya ini. "Kamu yakin membuat keputusan yang tepat? Apa kamu tidak ingin memikirkannya sekali lagi?" Tanya Nino sambil terus menatap sepasang bola mata Freya, namun dia tidak menemukan adanya kebohongan disana. Freya mengangguk mantap, karena yang ada didalam benaknya saat ini adalah bagaimana caranya dia bisa mengobati Mamanya agar cepat sembuh. Dirinya bahkan sudah melupakan semua impiannya yang sangat ingin digapainnya itu. Nino menutup isi perjanjian tersebut, "Baiklah, saya akan memberitahukan kapan waktunya untuk kamu menikah. Apa ada hal lain yang ingin kamu sampaikan?" Tanya Nino lagi kerena menatap wajah Freya seperti ada yang sedang menganggu gadis itu. Terlihat jelas bahwa sepertinya ia ingin mengatakan sesuatu. "Bisakah aku meminta sesuatu?" Akhirnya dengan memberanikan diri Freya mengatakan hal itu. "Silahkan," Freya menarik nafas terlebih dulu sebelum mengatakan keinginannya itu, "Bisakah aku mendapatkan uang muka terlebih dulu?" Nino menatap tak mengerti  melihat wajah polos gadis dihadapannya itu, seketika penilaiannya berubah melihat Freya. 'Ternyata dia benar - benar gadis matre, bisa - bisanya dia menginginkan uang muka terlebih dulu sebelum menikah.' Pikirnya. "Tentu saja, katakan berapa yang kamu inginkan." Lagi - lagi Nino menganga tak percaya mendengarkan keinginan Freya, dia tidak menyangka melihat penampilan polos gadis dihadapannya itu ternyata hanya sebuah topeng untuk menutupi dirinya yang sebenarnya. Dia tidak ingin berlama - lama berada disana. Ia segera bergegas pergi meninggalkan Freya. Sementara itu Freya  sangat frustasi melihat dirinya saat ini, dia menundukkan kepalanya, sambil mengantuk - antukkannya dimeja. "Dasar memalukan, aku sudah menjual diriku sendiri hanya untuk mendapatkan uang untuk pengobatan Mama. Huft." Ucapnya lemah. Dirinya benar - benar sudah tidak tau lagi harus meminta bantuan kepada siapa, hanya ini yang bisa dia lakukan untuk menyelamatkan orang tua tunggalnya itu. Jalan instan yang Freya sendiri sebenarnya tidak begitu menyakininya.  *** Nino menghampiri Bosnya dikediamannya. Saat ini Zavier sedang sibuk dengan pekerjaannya, Nino berjalan masuk kedalam ruang kerja Bosnya itu dengan membawa dokumen yang sejak tadi selalu dia genggam erat. "Katakan apa yang membawamu sampai mengunjungiku semalam ini?" Tanya Zavier secara to the point. Nino memberikan dokumen tersebut kepada Bosnya, Zavier menaikkan sebelah alisnya lalu menatap bingung sekretarisnya itu, "Dokumen apa itu?" Tanyanya lagi lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. "Gadis itu sudah setuju untuk menikah," Seketika Zavier menghentikan pekerjaannya. Dia terdiam beberapa saat, "Benarkah?" dirinya membuka penjajian pra nikah tersebut, senyumannya mengembang dengan sempurna. "Pekerjaan yang bagus, lalu dimana dia sekarang?" "Tadi saya meninggalkannya di Restoran tempat kami bertemu, Tuan." Jawab Nino dengan jujur. "Apa? Kenapa kamu tidak membawanya pergi bersama kamu?" "Maafkan saya, Tuan. Saya akan menghubunginya sekarang." Nino menundukkan kepalanya karena tidak berani untuk menatap Bosnya itu. Dengan tangan bergetar, dia mengambil ponselnya yang berada disaku celananya, dirinya segera mengubungi Freya. Freya yang masih berada di Restoran tersebut, masih menyesali keputusan yang sudah dia ambil. Dirinya memutuskan untuk tinggal beberapa saat disini sambil memesan beberapa minuman. Terdengar suara ponselnya sudah kembali berdering, dirinya meraih ponselnya tanpa melihat siapa yang menghubunginya sama sekali, "Halo," "Kamu dimana? Apakah masih berada di Restoran?" "Iya," "Baiklah, tetap disana dan jangan kemana - mana." "Tapi," TUT. Terdengar sambungan telepon sudah diakhiri secara sepihak. Nino menatap Bosnya, "Dia masih berada disana, Tuan." Zavier lagi - lagi hanya menyunggingkan sebuah senyuman yang membuat Nino semakin tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Bosnya itu.  "Gadis itu meminta sebuah uang muka, Tuan." "Benarkah? Menarik, Silahkan berikan berapa pun yang dia inginkan." Ucapnya lalu meneguk bir dihadapannya. Dia benar - benar semakin tidak sabar lagi untuk bisa bersama dengan gadis bernama Freya itu. "Tapi Tuan," "Kenapa lagi?" Ketus Zavier sambil menatap kesal kepada sekretarisnya itu. "Gadis itu menginginkan jumlah yang sangat fantastis, apakah tidak masalah jika saya memberikannya sebelum Tuan dan dia menikah?" "Berapa yang dia inginkan?" "Katakan!" Bentak Zavier karena tidak sabaran mendengarkan jawaban dari Nino yang merasa ragu - ragu memberitahukan tentang nominal angka yang diminta oleh Freya. "Du-dua Milyar, Tuan." Zavier semakin menyinggungkan senyumannya, "Berikan kepadanya." Ucapnya dengan mudah tanpa berpikir sekali lagi. Nino semakin terkejut mendengarkan jawaban dari Bosnya itu. "Baik, Tuan." "Oh iya satu hal lagi, saya ingin menikah dalam minggu ini. Atur segalanya, jangan membuat sebuah kesalahan apapun juga. Pernikahan ini tidak boleh terekspos oleh media apapun. Apa kamu mengerti?" Nino mengangguk - anggukkan kepalanya,  "Bagus, kalau begitu kamu sudah boleh pergi." Pinta Zavier sambil memberikan sebuah kode agar sekretarisnya itu segera pergi meninggalkan ruangan kerjanya. Perasaan Zavier saat ini sangat bahagia, entah apa yang membuatnya terus menyinggungkan sebuah senyuman. Mungkin karena mendengar bahwa Gadisnya itu akhirnya menyetujui untuk menikah dengannya. Dirinya terus saja menatap dokumen perjanjian pra nikahnya itu, "Kamu akan menjadi milikku sebentar lagi," Ucapnya dengan senyuman misterius sambil meneguk segelas birnya sekali lagi. *** Nino sudah berada di Restoran dengan cepat, dia menatap Gadis bernama Freya itu masih berada disana. Dirinya bisa bernafas lega. "Freya, mari ikut dengan saya." Freya membenarkan posisi duduknya lalu menatap bingung kearah Nino, "Ikut kemana?" Tanyanya dengan polos. "Mulai sekarang kamu akan tinggal ditempat yang sudah ditentukan oleh Tuan." Jawab Nino. "Hah? Sebentar, kenapa harus secepat ini?" Ujar Freya yang masih merasa terlalu cepat. Nino memberikan sebuah cek yang sudah ditandatangi oleh Bosnya itu, "Ini uang yang kamu minta. Kamu bisa mencairkan uang itu kapanpun kamu mau. Bisa kita pergi sekarang?" Freya memegang cek dengan angka nominal seperti yang dia inginkan, dia masih menganga tak percaya bahwa ada orang gila yang memberikan uang sebanyak itu dengan cepatnya. "Ini serius?" Tanyanya lagi sambil menatap Nino tak percaya. "Silahkan kamu periksa sendiri,"  Freya masih terdiam sambil membaca ulang isi nominal angka yang tertulis disana. Sementara Nino sudah tidak ingin membuang - buang waktunya lagi, "Bisa kita pergi sekarang?" Ucapnya lagi. Freya mengangguk, lalu berjalan mengikuti Nino. Selama didalam perjalanan dirinya terus saja memeluk cek itu lalu menciuminya, dia benar - benar merasa sangat bahagia karena pada akhirnya bisa menyelamatkan Mamanya. Nino terus saja mengawasi apa yang dilakukan oleh gadis itu dengan seksama, dia hanya menggeleng - gelengkan kepalanya saja. Dirinya masih tidak bisa mengerti mengapa Bosnya itu bisa tertarik dengan Freya yang hanya menginginkan uangnya saja dan ingin menikahinya secepat mungkin. 'Siapa Gadis ini sebenarnya? kenapa tuan Zavier sangat tertarik kepadanya.' Batinnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD