Hukuman

1026 Words
"Oke. Shofia, tolong bersihkan meja kerja saya! Ini sebagai hukumannya. Ya, masih terbilang ringan. Tapi jika kamu melakukan kesalahan yang sama, saya tak akan segan untuk memberi hukuman yang lebih berat!" ucap guru baru itu. Shofia mengangkat kepalanya, matanya melihat ke arah meja yang penuh dengan lembaran kertas yang berserakan serta tumpukan buku di atasnya. "Ck! Yang benar saja, meja guru baru bisa seberantakan itu!" gumamnya. Shofia merapikan semua yang ada di meja mulai dari buku-buku yang bertumpukan ia susun serapi mungkin. Kemudian ia mengumpulkan kertas-kertas yang berserakan, memilahnya lalu memisahkan mana kertas yang harus disimpan dan yang perlu dibuang. Tiba-tiba Rico datang dengan segelas kopi lalu Ia simpan di atas mejanya yang sudah rapi. Shofia hendak menyimpan berkas-berkas yang telah tersusun. Namun lagi-lagi ia ceroboh, kopi yang baru saja disimpan Rico tersenggol oleh tangannya hingga membasahi berkas yang sedang dipegangnya. "Aaarrrgghhh ... Sofia!" teriak Rico. Baru saja hatinya mulai damai melihat Shofia membereskan mejanya dengan sangat rapi, saat ini ia kembali murka. "Ah, maaf Pak. Gak sengaja," ujar Shofia, tangannya dengan cepat membersihkan air kopi yang tumpah tapi tentu saja percuma, air kopi itu sudah meresap. Rico mengambil tumpukan kertas itu dari tangan Shofia. Ia buka lembaran-lembarannya untuk diperiksa lalu membuang napas lega. "Untunglah yang basah hanya kumpulan soal-soal latihan," ujar Rico. "Sekarang kamu harus tanggung jawab! Print lagi sana! Ini flashdisknya. Print semua soal yang ada di file latihan soal!" titahnya kemudian. Shofia menarik napas panjang lalu membuangnya kasar, merasa lelah karena tak kunjung selesai. Dengan langkah kaki yang dihentakan Shofia menuju tempat pencetakan yang letaknya tak jauh dari ruang guru. Sepuluh menit kemudian lembaran soal itu selesai dicetak ulang. "Ini, Pak. Kalo gitu saya pamit balik ke kelas," ucapnya setelah sampai di meja Rico. "Tunggu! Jangan dulu pergi!" titah Rico. "Apa lagi sih?!" ucap Shofia dalam hati. "Saya belum selesai periksa. Kalo ada yang kelewat kamu harus print lagi. Jadi tunggu sampai saya selesai memeriksanya," lanjut Rico. Shofia patuh menunggu guru itu dengan kesabaran yang dipaksakan. "Oke udah lengkap. Silakan kembali ke kelas!" ucap Rico. *** "Kok lama banget sih?!" ujar Naomi saat Shofia sampai di kelas. "Aku kena hukuman!" jawab Shofia singkat. "Guru lain kan biasanya kasi peringatan doang?" tanya Rena mendekat ke bangku Shofia. "Ini gara-gara guru centil itu ngomporin!" jawab Shofia. "Siapa? Bu Santy?" tanya Rena kemudian. "Hooh, siapa lagi? Tapi cuma disuruh beresin mejanya aja sih tadi." "Kamu beresin meja selama itu?" tanya Naomi. "Beuh, mejanya berantakan banget padahal guru baru," jawab Shofia. "Namanya juga cowok!" timpal Rena. "Pas udah beres aku gak sengaja nyenggol kopinya terus kena tumpukan kertas jadi aku disuruh print ulang," papar shofia. "Ishh dasar kamu tuh, ya! Ceroboh!" cerca Naomi. "Hehe, dah lah! Gimana tadi guru fisika pasti nanyain aku?" tanya Shofia kemudian. "Gak, Pak Isra gak masuk. Tadi cuma ada tugas aja, terus dikumpulkannya minggu depan. Kamu tenang aja, dari tadi kita juga ngobrol-ngobrol aja," jawab Rena. "Ha ha dasar kalian! Yuk ah, ke kantin!" ajak Shofia. *** "Pak Rico itu kelihatannya masih muda banget, iya gak sih?" tanya Naomi setelah mereka duduk bertiga di meja kantin. "Iya bener. Pasti dia belum nikah," timpal Rena. "Terus, kamu minat jadi istrinya gitu?" sela Shofia yang sedang asik mengaduk mie ayam di depannya. "Iya. Kenapa?" sahut Naomi. "Enggak. Aku dukung, serius!" jawab Shofia. "Gak lah, apalah aku di dekatmu. Udah kek upil yang nempel di lipatan ketiak orang gendut. gak nampak sama sekali," jawab Naomi dengan wajah disedih-sedihkan. "Jorok banget sih, lagi makan ngomongin upil!" cerca Rena. Mereka tertawa bersama. Bersamaan dengan itu, Danish si pria tinggi yang merupakan ketua klub basket datang dengan sebotol minuman ditangannya. "Nih buat kamu, Fia!" ucap pria tinggi itu menyodorkan botol yang dibawanya. "Tapi aku udah ada," jawab Shofia sambil menunjuk ke arah minumannya. "Gak baik loh nolak rezeki!" ujar Danish penuh paksaan. "Ah, oke! Thanks ya, Dan," ucap Shofia. Danish tersenyum lalu beranjak dari tempatnya. Sedangkan di sudut lain seseorang menatap ke arah Shofia dengan penuh murka. "Fi, sadar gak sih kamu? Danish itu suka kamu tau!" ucap Naomi setelah Danish sudah tak terlihat lagi. "Iya. Hampir setiap hari dia ada aja yang dikasih ke kamu, kemarin ikat rambut sekarang minuman," tambah Rena. "Iya aku tau kok. Mau gimana lagi?" tanya Shofia. "Ya kamu jangan diem ajalah! Masalahnya dari tadi tuh cewek liatin terus ke sini. Kek kesel gitu bawaannya," ucap Naomi, bola matanya melirik ke kanan menunjuk seseorang. Rena dan Shofia ikut melirik. "Kalo gak salah dia itu ketua cheerleaders kan?" tanya Rena kemudian. "Ya udah sih gak apa-apa. Mungkin dia juga terpesona sama kecantikanku," jawab Shofia santai seraya mengibaskan sedikit rambutnya. "Dih, ngeselin! Lagian kamu aneh, punya cantik tapi jomblo. Jadi cowok-cowok deketin terus kan?!" timpal Naomi. "Terus gimana? Aku harus punya pacar gitu?" tanya Shofia. "Iyalah! Salah siapa cantik?!" cerca Rena. "Ya Tuhan, sejak kapan kecantikan menjadi sebuah kesalahan?" ucap Shofia mengiba. "Ya pokoknya cari cara gitu biar cowok-cowok terutama Danish gak deketin kamu! Aku kok malah liatnya tuh cewek kek dendam gitu aja sama kamu," ujar Naomi. "Kamu tahu sendirilah, dulu aku juga pernah ngacuhin kakak kelas yang jadi ketua club sepak bola, dia aku tolak tapi hasilnya dia malah ngatain aku sok cantik lah, sok keren lah. Udah gitu dia hasut temen-temennya jadi mereka semua ngatain aku kecentilan, ganjen, padahal dia sendiri yang deketin. Aku udah males berurusan sama orang-orang yang populer gitu," papar Shofia. "Iya sih, serba salah juga ya. Aku jadi bersyukur punya wajah pas-pasan," ucap Rena. "Sekarang santai aja, lagian aku juga gak salah. Terus kalian tenang aja, tuh cewek gak bakal berani ngapa-ngapain kok, paling cuma liatin doang," imbuh Shofia. "Ya, bukan apa-apa sih, aku takut kamu diapa-apain dia," jawab Naomi. "Percaya sama aku deh. Dia juga mau bikin ulah pasti mikir dua kali. Tuh cewek kan naksir Danish, terus kalo dia ngapa-ngapain aku Danish pasti marah dong!" jelas Shofia. "Pokoknya kamu harus hati-hati!" ujar Naomi tegas. "Oke. Thanks ya, kalian benar-benar sahabat sejatiku!" ucap Shofia ia merentangkan tangannya hendak memeluk kedua teman di depannya. "Lebay ah!" tolak Naomi. Shofia merajuk, memajukan bibir tipisnya sedangkan Rena terkekeh melihat tingkah mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD