BAB 14. Baju hamil mama Vino

1214 Words
Walau secara pura-pura. Tetap saja kan Sinta adalah calon mertuanya Hanna. *** ** * Hanna bangun lebih dulu. Entah bagaimana dia bisa dalam pelukan Vino ketika dia bangun. Hanna malah tersenyum senang tanpa dia sadari. Setelahnya dia menurunkan senyumnya. Kalau Vino bangun dan melihat ini mungkin dia bisa marah-marah kepada Hanna. Hanna mencoba melepaskan pelukan Vino kepadanya. Tapi Vino malah kembali menariknya. “Kak.” Hanny mencari Hanna. Dia tak tahu kakaknya tidur dimana. Hanny meminta tolong Donita untuk mencarikannya. Donita pikir juga tidur di kamar kakaknya, Vino. Ketika mereka berdua membuka pintu kamar Vino yang selalu tak dikunci. Keduanya kaget melihat Vino sedang tidur berpelukan dengan Hanna. “maaf kak. Kita keluar dulu deh.” Donita menarik Hanny yang melongo melihatnya. Hanny masih ragu, tak percaya kalau kakaknya itu dengan tuan Vino. Kok bisa? Hanny hanya ikut Donita yang menariknya keluar. Keduanya sudah mandi. Ini baru pukul tujuh pagi. Donita mengajak Hanny turun untuk menemui mamanya. Donita yang akan mengantar ke rumah dan juga ke sekolah Hannya. Dari pada mengganggu mereka berdua. Mamanya ada di dapur. Donita mengajak Hanny menemui mamanya dulu, pamit kepada Sinta... “Ma. Aku mau antar Hanny ke rumah. Mau sekalian berangkat sekolah. Tapi kak Hanna-nya sama kak Vino lagi berduaan. Tidur pelukan di kamar. Aku gak enak mau bangunin.” “Iya bener. Kamu mau antar Hanny ke rumahnya gitu? Gak mau sarapan dulu?” Sinta mencuci tangannya dan berbalik menatap kedua putrinya sekarang. “Gak keburu ma. Gak apa-apa ya? Nanti sekalian jalan deh beli makanan. Makan di mobil.” Kata Donita kepada mamanya. “mama bawain bekal aja, Hanny mau gak?” tanya Sinta, masakannya sudah selesai kok. Dengan bibik yang membantu tadi. “iya Tante. Boleh.” Ujar Hanny yang masih canggung. “Panggil mama aja sayang. Kan Hanny sekarang juga anaknya mama. Kak Hanna sama kak Vino kan juga sebentar lagi akan menikah.” Sinta mencolek dagu Hanny. Hanny mengangguk. “iya mama.” Hanny hampir menangis. Dia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari sosok ibu dan sekarang, setelah hampir tujuh belas tahun lebih, akhirnya dia mendapatkan kasih sayang dari seorang Sinta, seorang ibu, walau itu mamanya Vino. Bukan mama kandungnya. Sinta menyiapkan bekal untuk Hanny. Sementara Donita keluar untuk memanaskan mobilnya. “kakak tunggu di luar ya sayang.” Kata Donita kepada Hanny. Dia mengusap pipi Hanny. “Iya kak.” Hanny benar-benar merasa kehidupannya sangat lengkap sekarang. Entah tiba-tiba saja terjadi begini. Hanna tadi sudah bangun. Sampai ketika keduanya masuk begitu saja ke kamar. Hanna ingin melepaskan diri dari pelukan Vino tadi. Tapi Vino menarik kembali tubuhnya, dan Vino peluk lagi. Dilihatlah oleh Donita dan Hanny. Ya dikira mereka manis beneran. Tapi sebenarnya kan tidak. Hanna turun setelah mencari cara untuk lepas dari pelukan Vino. “tunggu di sini dulu. Aku tidak bisa tidur tanpa memeluk sesuatu.” Katanya tapi dengan mata masih terpejam. Hanna pun mengambil guling Vino. Dengan susah payah akhirnya Hanna lepas dari pelukan Vino. Hanna mencuci mukanya dan turun untuk mencari Hanny. Hanna mwlihat jam di kamar Vino, kalau sudah waktunya Hanna mengantar Hanny pulang untuk siap-siap ke sekolah. Ketika Hanna ke dapur. Hanna melihat semuanya. Dia terharu melihat hanny kesayangannya diperlakukan sangat manis oleh Sinta dan Donita. Hanna ingin Hanny seperti itu terus, diberi kasih sayang bukan hanya dari dia. Hanna sudah memutuskan semuanya. Dia akan melakukan apa pun untuk Hanny, termasuk untuk membuat Hanny tetap dekat dan diberi kasih sayang oleh Sinta dan Donita. “Ini sayang bekalnya.” Kata Sinta memberikan kotak makan yang sudah berisi masakan Sinta. “Makasih mama.” “Sama-sama. Mama antar ke luar ya. Mau berangkat sekarang kan?” tanya Sinta kepada Hanny. Hanny mengangguk. Sinta merangkul dan menggandeng Hanny keluar dari dapur. Hanna yang melihat mereka akan keluar bergegas menguap air matanya. “dek, mau berangkat?” tanya Hanna menghampiri Hanny. “Iya kak.” “Kakak antar ya, naik taxi.” Kata Hanna lagi. “gak usah sayang, mau diantar Nita kok.” Maksudnya Donita. Ujar Sinta kepada Hanna. Hanna akhirnya ikut ke luar mengantar Hanny menemui Donita. Donita baru selesai memanaskan mobilnya. Dia keluar dari mobilnya. “Kak. Sudah bangun?” tanya Donita sambil senyum-senyum melihat Hanna. “Iya nit.” “ciee... Semalem ngapain aja. Tutup pintu kak mulai sekarang, kak vino suka gitu emang. Kan sekarang udah akal kak Hanna nih, kakak yang kunci pintunya deh coba. Nanti kalau ada yang tiba-tiba masuk. Kakak gak tau didalam lagi apa sama kak vino. Lagi main di atas ranjang mungkin, gak apakai baju, kan kita gak tau ya ma.” Donita malah tak henti menggoda Hanna. Hanna malu sekali dilihat berpelukan dengan vino. Padahal sumpah, Hanna tak bermaksud melakukan itu. Hanna tidak tau tiba-tiba vino jadi tidur didekatnya dan memeluknya. “iya kunci ya hann mulai sekarang. Bahaya.” Sambung Sinta. “iya ma.” “kak. Aku berangkat ya. Kakak tenang aja, aku bisa sendiri kok. Tinggal jadwal buku, pakaian juga sudah aku siapkan dari kemarin-kemarin. Nanti berangkat ke sekolah.” Kata Hanna mencoba menjelaskan kepada kakaknya agar dia bisa percaya kepada adiknya itu. “Iya kak. Tenang aja. Aku antar sampai depan sekolah. Kalau perlu sampai depan kelas.” Tambah Donita. “Iya. Makasih ya nit.” “Iya kakak ipar. Santai aja. Jagain keponakan aku baik-baik.” Donita mengusap perut Hanna. Dia pamit kepada mamanya lalu masuk mobil. Hanny juga pamit kepada Sinta dan Hanna. Dia masuk ke mobil Donita. Duduk di samping Donita yang menyetir. Memakai sabuk pengamannya dan melambaikan tangan dari dalam mobil kepada Hanna dan Sinta. “hati-hati bawa mobilnya nit.” Kata Sinta. “Iya ma.” “kabarin kakak nanti.” Kata Hanna kepada Hanny. “Siap kak.” Mobil Donita keluar dari area rumah. Hanna dan Sinta kembali ke dalam rumah. Di atas, lantai dua, dari balkon, terlihat Vino yang tersenyum sejak tadi melihat pemandangan di depannya. Melihat mama dan Hanna yang akrab dan manis itu. Tapi vino lebih berharap kalau Airin yang ada diposisi Hanna. Vino menatap layar ponsel yang sejak tadi dia pegang. Ada foto Airin di sana. Foto-foto dirinya dengan Airin, berciuman pipi, rangkulan, pelukan, di pantai, dan masih banyak lagi “kangen tau, Rin.” “kapan kamu pulang dan ada waktu buat aku.” “Aku jadi harus melakukan ini semua untuk citra bisnis papa.” Vino berbicara sendiri dengan foto yang ada di ponselnya. Foto Airin. *** ** * Vino masuk kembali ke kamarnya untuk mandi. Sementara Sinta meminta Hanna untuk mandi di kamar mandi bawah saja, dia yang akan naik ke atas dan menyembulkan baju, meminjamkan baju untuk Hanna. Meminjam baju Donita mungkin. Karena kebanyakan baju Donita itu ketat dan seksi. Sinta tak jadi meminjamnya. Dia ingat ada beberapa baju hamil, kenangan milik mamanya vino yang masih papanya vino simpan. Dia mengambilkan satu untuk Hanna. Hanna memakainya, dan ketika vino turun ke ruang makan. Dia melihat Hanna Yang semakin mirip dengan mendiang mamanya. Vino punya foto-foto kenangan dari mamanya. Dimana mamanya selalu mengambil foto dan meletakkannya di album. Vino selalu melihat album itu kalau rindu dengan mamanya. Vino terpanah melihat Hanna yang, cantik. Baju hamil mamanya ketika dia hamil Vino dua bulan pertama. Ketika mereka mendapatkan kabar baik dan mamanya Vino mengabadikannya dengan berfoto bersama sang papa. “Mirip mama ya Vin?” Tama datang menghampiri vino yang bengong menatap Hanna.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD