Elina pergi ke sekolah seperti biasa. Namun mulai hari ini, Elina perlahan menjauhi Aksa. Mulai dari jaga jarak, tidak melakukan kontak mata, bahkan Elina tak duduk bersebelahan dengan Aksa lagi. Hampir setiap hari Elina menyendiri. Sampai-sampai Elina juga jarang bergabung dengan Zara, Syila, Zidan dan Leo. Aksa pun juga begitu, Ia hanya sibuk dengan hubungannya bersama Nana. Sampai suatu hari Zidan dan Leo melihat Elina duduk sendirian di taman.
“Leo, bukankah itu Elina?” Menunjuk ke arah Elina.
“Ho’oh, haruskah kita hampiri?”
“Harus, aku punya banyak pertanyaan untuknya.”
Zidan dan Leo pun pergi menghampiri Elina. Sesampainya mereka di belakang Elina, Zidan dan Leo terhenti ketika melihat Elina melukis wajah Aksa dan terdapat tulisan ‘AKSAKU’. Elina tak tahu jika Zidan dan Leo berada di belakangnya.
“Zidan, kenapa Elina melukis wajah Aksa?” Bisik Leo pada Zidan.
“Aksaku? Apa maksud Aksaku?” Lanjut Leo.
Elina tak mendengar suara mereka karena dari tadi mengenakan earphone.
“Aku tak tahu, sebaiknya kita biarkan Elina sendiri saja.”
“Tapi Elina sudah terlalu lama sendiri, sudah terlalu lama Elina asyik sendiri. Lama tak ada yang menemani…rasanya…”
“Nggak usah nyanyi bambang.”
“Muwewhehehehe.”
“Ayo pergi.”
“Haruskah kita kerumah Zara?”
“Untuk apa?”
“Zara kan deket dengan Elina, mungkin dia tahu tentang ini.”
“Kau benar.”
Tanpa pikir panjang mereka pergi dan tidak jadi menghampiri Elina. Mereka membiarkan Elina untuk sendiri dulu. Mereka pun langsung pergi meluncur ke rumah Zara.
“Zaaraaaaaaaaaaaaaaa.,, Yuhuuuu.” Teriak Zidan sembari menggedor pintu rumah Zara.
“Spaaaaaadaaaaaaaaa..Zaaaaaaraaaaaaa.” Leo ikut berteriak.
“Berisiiiiiiiiiiiiiikkkk..Ada apa sih?” Zara keluar dan membukakan pintu dengan wajah kesal menggemaskan.
Mereka pun masuk ke dalam rumah Zara dan duduk di sofa ruang tamu.
“Kau menyembunyikan sesuatu kan?” Tanya Zidan sambil meraih tangan Zara yang kebetulan duduk di depannya.
“Zidan.. tangan.. heemmm.” Ucap Leo yang melihat tangan Zidan mencari kesempatan.
“Namanya juga usaha. Hehehe.”
“Ihhh..Apa-apan sih Zidan.” Melepaskan tangan Zidan.
“Menyembunyikan apaan?” Lanjut Zara bingung.
“Tentang Aksa dan Elina.”
“Ahhh.. itu.. eemmm.”
“Kenapa kau gugup?” Tanya Zidan.
“Ayolah Zara, ceritakan pada kami.” Sahut Leo.
“Baiklah akan ku katakana. Elina mencintai Aksa.”
“Whaaaaatttttt? Benarkah itu?” Kaget Leo.
“Yaaa… itu benar. Waktu Elina membantu Aksa malam itu. Elina mengakui itu padaku.”
“Waaahhhh,, benar-benar. Kenapa Elina baru bilang.”
Leo menatap Zidan yang dari tadi hanya diam dan tak terkejut dengan pernyataan Zara.
“Yaa.. Zidan, kau tak terkejut?”
“Untuk apa aku terkejut? Aku sudah tahu tentang itu.”
“Apaaaa? Wah.. orang ini benar-benar.” Leo menatap Zidan sinis.
“Lalu kau Zara, kenapa kau tak bilang padaku?” Tanya Leo yang merasa dikhianati karena tidak ada yan memberi tahu sebelumnya.
“Elina melarangku.”
“Lalu, kalau kau sudah tahu, kenapa kau datang ke rumahku?” Tanya Zara yang melotot pada Zidan.
“Aku hanya rindu padamu.” Jawab Zidan sambil tersenyum dengan PD nya.
“Hiiiiihhh….Najisss.”
“Lalu apa yang harus kita lakukan?” Tanya Leo.
Tiba-tiba ada suara ponsel berdering, ternyata milik Zara. Saat melihat siapa yang menelponnya Zara panik.
“Haaaaahhhhh…. Elina. ELina menghubungiku.” Elina menghubungi Zara, sehingga membuat Zara, Zidan, dan Leo panik sendiri.
“Haloo, ELina.” Zara menekan tombol terima dan mengaktifkan loudspeakernya.
“Haloo Zara.”
“Ada apa Lin?”
“Hanya ingin memberitahumu, mungkin besok aku tidak datang ke sekolah.”
“Hah? Kenapa?”
“Akuuu… AKu harus ke tempat nenekku.” Jawab Elina gugup.
“Ahh.. Baiklah. Hati-hati untuk besok.”
“Iya, Oh ya Zara.. tolong jaga Aksa untukku.”
Seketika mendengar ucapan Elina itu, Zara, Zidan, dan Leo saling menatap satu sama lain.
“Ahh.. Iya Elina. Cepat kembail.”
“Iya, aku tutup telponnya, bye bye.”
“Bye bye.”
Elina menutup telponnya.
“Bagaimana ini? Elina sepertinya sangat mencintai Aksa.” Zidan khawatir.
“Lalu mau bagaimana? Kita pun tak bisa berbuat apa-apa.” Jawab Zara.
“Yaa… itu benar. Akhir-akhir ini Elina sepertinya sudah mulai menjauhi Aksa. Sampai ELina juga jarang berkumpul dengan kita lagi.” Sahut Leo.
“Heemm.” Zara membenarkan ucapan Leo.
“Biarkan saja dulu, Elina orang yang kuat.” Ucap Zidan.
“Ya sudah Zara, kami pulang dulu.” Leo berpamitan pada Zara karena merasa urusannya sudah selesai, namun Zidan malah melotot pada Leo seakan mengatakan ‘jangan pamit sekarang’.
“Ohh… baiklah.” Jawab Zara.
“Zaaraaa.” Ucap Zidan sambil tersenyum manja pada Zara.
“Apa sih Zidan Pratama.. kenapa senyum-senyum begitu ih?” Zara risih sendiri melihat Zidan.
“I love you. hahaha” Zidan tertawa sambil berlari.
“Zidaaaaaaannn… Enyahlah.” Teriak Zara sambali melayangkan sandal yang ia pakai.
“Hahahaha… dasar anak itu. Kami pulang dulu, Zara.” Pamit Leo.
“Iya Leo.. terima kasih.”
Leo pun pergi meninggalkan rumah Zara dan berlari mengejar Zidan.
“Kau gila ya Zid, kenapa lari-lari sih. Capek banget gue.” Ucap Leo sambil ngos-ngosan karena mengejar Zidan.
“Salah siapa ikutan lari. Orang gue nggak nyuruh.”
“Haduh… trus lo mau ninggalin gue gitu.”
“Ya nggaklah. Gue bakal nungguin lo meskipun lo jalan pelan kayak semut.”
“Iya deh iya.”
Akhirnya Leo pun mengalah, karena Leo tau kalau berdebat dengan Zidan pasti nggak ada habisnya dan nggak mau kalah dan disalahkan.
Di sisi lain, di rumah Elina. Elina yang saat ini berada di dalam kamarnya sambil memandangi foto persahabatan mereka, yaitu Elina, Aksa, Zara, Zidan, Syila, dan Leo. Perlahan Elina pun meneteskan air matanya.
“Berbohong adalah hal yang bisa ku lakukan saat ini. Maafkan aku, karena aku harus membohongi kalian. Sebenarnya aku harus operasi besuk, bukan untuk pergi ke rumah nenekku. Maafkan aku.” Gumam Elina sambil menangis dan memeluk foto tersebut.
Sebenarnya, tiga tahun yang lalu. Elina di vonis sakit Leukimia atau kanker darah. Sudah sejak lama, hanya saja karena Elina orang yang kuat dan pandai menutupi penyakitnya dengan selalu tersenyum dan ceria. Tapi, setelah Elina mencintai Aksa dan Aksa mencintai orang lain. Itu yang membuat Elina sangat drop sehingga gejala-gejala kecil yang beberapa tahun ini tidak pernah ia rasakan, akhirnya muncul lagi.
TBC
******