CHAPTER 10

1799 Words
Pagi ini Zara berangkat sekolah lebih awal dibanding sahabat yang lainnya. Zara berada di kelas dan beberapa murid lainnya. Namun tak lama kemudian datanglah Syila. “Selamat pagi Zara.” Sapa Syila yang menghampiri Zara. “Pagi Syila.” “Elina belum datang?” “Elina tidak datang hari ini.” “Kenapa?” “Ia pergi ke rumah neneknya.” “Ahh.” Zidan dan Leo pun datang. “Selamat pagi Zara.” Sapa Zidan dengan senyum merayu pada Zara. “Yaa… kenapa kau tersenyum seperti itu?” Zara merasa geli dengan senyuman Zidan. “Tidak. hahaha.” “Eheem.” Syila berdehem karena merasa di cuekin. “Ahh.. Pagi Syila.” Sapa Zidan. “Pagi Zidan.” “Zara, apa Elina mengabarimu?” Tanya Leo. “Ahh.. dari semalam ia tak mengabariku lagi.” Jawab Zara. Lalu Zara mencoba membuka SNS, Zara melihat kiriman Elina. ‘Semoga operasi hari ini berjalan dengan lancar.’ Tulis Elina di SNS nya. “Elina mengirim sesuatu di SNS nya. Lalu, apa maksud operasi?” Ucap Zara khawatir setelah membaca SNS Elina. “Apaa? Operasi?” Sahut Zidan dan Leo barengan. “Mungkin neneknya yang akan di operasi.” Ucap Syila yang mencoba berfikir positif. “Tapi aku ragu jika itu neneknya.” Ucap Zidan. “Zara, coba kau telpon saja Elina.” Usul Leo. “Baiklah.” Zara pun mengambil ponsel yang berada di tasnya, kemudian menghubungi Elina. Tanpa menunggu lama panggilan Zara di jawab oleh Elina. “Halo, Zara. Ada apa?” “Elina, apa maksudmu operasi yang kau tulis di SNS-mu?” “Ahh.. itu… emmm..nenekku operasi hari ini.” Jawab Elina gugup. “Kau tidak bohong kan?” “Tidak Zara, untuk apa aku berbohong.” “Elina, Kau sudah siap masuk ruangan operasi.” Elina terkejut tiba-tiba mama Mika bilang seperti itu karena masih terhubung dengan Zara. Zara pun terkejut mendengar mama Mika membicarakan tentang operasi. “Elina, kau benar tidak membohongi kami kan?” Zara yakin kalau Elina sedang berbohong saat ini, Zara juga yakin bahwa Elina lah yang akan melakukan operasi setelah mendengar perkataan mama Elina tadi. “Tidak Zara, maaf aku harus pergi sekarang. Nenekku akan segera di operasi. Bye bye Zara.” Elina pun mematikan telponnya. Zara menangis setelah Elina menutup telponnya. Zidan, Syila, dan Leo yang berada di dekat Zara pun merasa panik karena Zara tiba-tiba menangis. “Yaa… Zaraa.. kenapa kau menangis?” Tanya Zidan cemas. “Ada apa Zara?” Leo ikut panik. “Tenanglah dulu, ada apa?” Syila mencoba menenangkan Zara. “Elinaa…?” “Ada apa dengan Elina?” Tanya Syila yang juga diikuti rasa cemas. “Elina membohongi kita.” “Bohong tentang apa?” Tanya Zidan penasaran. “Hari ini Elina yang operasi.” Zara masih menangis. sedangkan Syila, Zidan, dan Leo yang mendengar perkataan Zara pun terkejut. “Apa? Emangnya Elina sakit apa?” Kaget Zidan. “Aku tak tau, ia tak bilang apa-apa tentang sakitnya.” Tak lama kemudian bel sekolah berbunyi. Aksa baru masuk ke kelas. Tanpa menyapa seseorang, Aksa langsung duduk. Ya, semenjak Aksa berpacaran dengan Nana, banyak perubahan yang terjadi pada Aksa. “Kau darimana saja?” Tanya Zidan. “Masuk bersamaan dengan bel, sekarang menjadi kebiasaanmu.” Sindir Leo. “Biasanya kau sempatkan mengobrol dengan kami.” Syila juga ikut mengomentari kelakuan Aksa akhir-akhir ini. “Aku selesai dari taman dengan Nana.” Jawab Aksa enteng. “Ahh. Dimana Elina?” Tanya Aksa saat mendapati bangku Elina kosong. “Peduli apa kau dengan Elina?” Ketus Zara. “Yaaa.. Zaraa. Kau bicara seperti itu?” Protes Aksa karena mendapat jawaban yang ketus dari Zara. “Sudah, sudah jangan berdebat. Elina pergi kerumah neneknya.” Jawab Syila menengahi. “Ahh.. tapi ada apa dengan Zara?” Tanya Aksa. “Moodnya baru jelek.” Jawab Zidan. “Oh begitu.” Seorang guru telah masuk ke kelas dan pelajaran hari ini pun telah dimulai. Semua murid memperhatikan semua penjelasan yang disampaikan oleh guru. Namun berbeda dengan Zara, sejak tadi ia tidak bisa fokus saat pembelajaran. Sampai akhirnya bel istirahat pun berbunyi.  Sebagian siswa banyak yang meninggalkan kelas, entah itu untuk pergi ke kantin, pergi ke perpus, atau hanya untuk sekedar menghirup udara segar di luar ruangan kelas. Tak terkecuali Aksa, Aksa pun juga tampak terburu-buru meninggalkan kelas. Zara melihat sinis Aksa. Zidan juga ikut menatap Zara. “Sudahlah Zara, biarkan saja dia begitu. Aksa hanya belum tahu perasaan Elina.” Ucap Zidan menenangkan Zara yang masih kesal dengan Aksa. “Benar kata Zidan, wajar jika Aksa lagi sibuk-sibuknya dengan kekasih barunya.” Sahut Leo. “Baiklah.” Zara pasrah. “Zara, coba kau hubungi mama Mika, apa kau punya nomer ponselnya?” Tanya Syila. “Yaa.. tentu aku punya. Baiklah akan kuhubungi.” Zara pun menghidupkan ponselnya dan mencoba menghubungi mama Elina. Tak lama telponnya tersambung dan diangkat. “Halo, Zara.” “Halo tante, apa tante masih mengingatku?” “Iya, tante menyimpan nomer ponselmu. Ada apa?” “Apa tante bersama Elina saat ini?” “Ya, hari ini dia akan melakukan op… Ahh. Maksud tante dia sedang menunggu neneknya.” Ucap mama Mika gugup karena hampir keceplosan. “Ayolah tante, tante jangan membohongi Zara.” Ucap Zara yang sudah menangis. “Apa tante tak tahu kalau kita disini sangat sayang pada Elina?” Lanjut Zara. “Tapi Zara.” Ucap mama Mika yang masih ragu. “Tante, Zara mohon. Elina kenapa? Ada apa dengan Elina?” “Baiklah tante akan memberitahumu. Elina sakit Zara. Sudah sangat lama ia sakit.” “Apa tante?” Tangis Zara semakin menjadi-jadi. “Tapi Elina sakit apa tante?” Zidan, Syila, dan Leo memperhatikan Zara. “Elina sakit leukemia, 3 tahun yang lalu Elina di vonis sakit leukemia.” Jelas mama Mika yang terdengar seperti menangis. “Apa tan? Leu….Leukimia?” Tangis Zara pecah dan sudah bisa tertahan lagi. Zidan, Syila, dan Leo yang ikut mendengarkannya pun terkejut. Seketika mereka semua menangis dan berlinang air mata. “Iya, setahun terakhir ini sakitnya tak pernah muncul lagi. Tapi entah kenapa akhir-akhir ini Elina sering mengeluh kalau hidungnya sering mengeluarkan darah.” “Hiks hiks. Elina. Lalu apa hari ini benar-benar operasi neneknya?” “Tidak, El..Elina yang operasi.” Mama Mika pun tak sanggup menahan tangisnya. “Ya Tuhaaaaan.” Tubuh Zara seketika melemah. “Ada apa Zara?” Tanya Zidan cemas melihat Zara. “Zara, tolong jangan bilang pada siapa pun?” Pinta mama Mika. “Iy..iya tante.” “Bolehkah Zara menjenguk Elina, nanti sepulang sekolah tante?” “Tak perlu Zara, jika nanti terjadi sesuatu pada Elina, tante akan memberitahumu.” “Ahh.. baiklah tante. Tante yang kuat ya, Elina juga orang yang kuat.” “Iya Zara, tolong doakan yang terbaik untuk Elina.” “Pasti tante, Terima kasih tante.” Zara pun menutup telponnya. “Ada apa Zara? Kenapa kau menangis?” Tanya Leo. “Elin…..Elina.” Zara semakin tak kuasa menahan tangisnya. “Tenanglah Zara, katakan ada apa dengan Elina?” Tanya Syila yang semakin khawatir melihat Zara. “Elina sakit? Hiks hiks.” “Elina sakit Leukemia, dan hari ini dia operasi.” Lanjut Zara. “Apaaaa?” Teriak Syila, Zidan, dan Leo bersama karena terkejut. “Ternyata Elina menyembunyikan ini dari kita selama 3 tahun.” Zara menangis sebagaimana yang ia bisa. Zidan yang melihat Zara merasa tidak tega, Zidan pun memeluk Zara dan mencoba menenangkannya. “Elinaa.” Syila pun juga ikut menangis, dan Leo memeluk Syila. Namun tiba-tiba Aksa datang ke kelas. “Haiii semuanya.” Sapa Aksa saat memasuki kelas. “Ada apa ini? Kenapa kalian tampak sedih? Zara, Syila kenapa kalian menangis?” lanjut Aksa saat melihat Zara dan Syila. “Tak apa Sa, kau baru saja menemui Nana bukan?” Jawab Zara. “Yappp… kau benar.” Jawab Aksa dengan wajah yang senang. “Kau tidak mengkhawatirkan Elina?” Tanya Syila. “Memang Elina kenapa? Bukankah dia sedang bersenang-senang di rumah neneknya?” Jawab Aksa bingung. “Iya Sa, kau benar.” Jawab Leo. “Lalu kalian kenapa menangis?” Tanya Aksa yang masih belum mendapatkan jawaban. “Kami hanya menonton drama tadi, dan itu sangat menyedihkan.” Bohong Zidan. “Astagaa, kalian ini.” Aksa pun duduk di bangkunya. Zara, Zidan, Syila, dan Leo berusaha menutupi yang terjadi pada Elina dari Aksa. Sampai pada akhirnya jam pulang sekolah pun tiba. Aksa pun langsung bergegas meninggalkan kelas tanpa menyapa sahabat-sahabatnya. Mulai dari saat itu, Aksa benar-benar tak mempunyai waktu luang untuk sahabat-sahabatnya. Tak hanya sahabatnya, Aksa pun seperti tak ingat sama sekali dengan Elina. Sedangkan Zara, Zidan, Syila, dan Leo, saat pulang sekolah mereka mampir dulu ke sebuah café. “Ahh… kita harus bagaimana?” Zara menghela nafas dan menyandarkan badan di meja. “Tenanglah.” Ucap Zidan sambil mengusap punggung Zara. “Tak ada yang bisa kita lakukan untuk Elina selain berdoa.” Lanjut Zidan menenangkan. “Apa kita pergi saja ke rumah sakit?” Sahut Leo. “Tak boleh, Mama Elina tidak memperbolehkan kita ke sana.” Jawab Zara. “Kenapa?” Tanya Syila. “Tak tahu.” Saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ponsel Zara berbunyi. Zara segera membuka pesannya dan ternyata dari mama Elina. “Zara, Elina tidak jadi melangsungkan operasinya. Dokter bilang Elina belum siap, jika tetap melangsungkan operasinya itu akan membahayakan Elina. Dan mungkin besok Elina akan berangkat ke sekolah. Sedari tadi Elina bilang bahwa besok ia ke sekolah. Tolong jaga Elina ya Zara.” “Baik Ma. Zara akan menjaga Elina.” Balas Zara. “Mama Elina bilang apa Ra?” Tanya Zidan penasaran. “Elina tak jadi dioperasi hari ini karena belum ada persiapan dari Elina. Dan mungkin besok ia akan datang ke sekolah.” “Syukurlah.” “Mama Elina meminta kita untuk mengawasi Elina.” “Tentu saja kita harus menjaganya.” Ucap Zidan. “Ya sudah, ayo kita pulang.” Sahut Leo. **** Malam pun tiba. Zara mencoba menghubungi Elina. “Halo, Zara.” Angkat Elina dengan suara lemas. “Halo Elina, kau tak apa?” “Yaa Zara, kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu? Tentu aku baik-baik saja.” “Ahh.. lalu bagaimana dengan operasi nenekmu?” “Ahh, nenek. Nenek tak jadi operasi hari ini. Maka dari itu aku pulang dan besok aku akan ke sekolah.” “Kau sehatkan?” “Tentu saja aku sehat. Ada apa Zara?” “Ya sudah Elina, istirahatlah! Sampai jumpa besok. Selamat malam.” Zara menangis menutup telponnya. “Elina, sampai kapan kau akan terus berbohong seperti ini.” Gumam Zara. Dan di sisi lain, Elina juga sedang menahan tangisnya saat telpon dari Zara mati. “Zara, maafkan aku. aku telah membohongimu terlalu dalam. Suatu hari nanti kau pasti akan mengetahuinya.” Gumam Elina menahan air matanya. TBC *******
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD