BAB 30 | Payung Merah

1512 Words
SIANG ini begitu terik! Membuat para pengguna jalan kegerahan di bawah sinar matahari ketika lampu merah menyala. Beberapa pengemudi tidak tahu diri dan tak punya sopan santun pun menghidupkan klakson dengan seenaknya. Membuat pengemudi lain merasa dongkol dan berusaha untuk menahan mulutnya agar tidak keluar kata-kata cacian. Udara yang panas, ditambah dengan 100 detik waktu yang digunakan untuk bertahan di lampu merah, membuat mereka semakin merasa kesal. Setelah menunggu selama 100 detik itu untuk menyambut lampu hijau yang hanya berkisar 90 detik- an, beberapa polisi lalu lintas datang menghadang di depan zebra cross untuk menghalau kendaran yang seharusnya terbebas dari lampu merah itu. Sontak banyak sekali pengendara yang mulai emosi, tetapi menyimpan amarahnya di dalam mulut saja. Mereka tidak mau membuat keributan, apalagi dengan aparat. Mereka tidak mau membuang tenaga, waktu, dan juga uang untuk membayar denda. Tidak lama kemudian beberapa mobil polisi dengan suara sirine yang begitu kencang bermunculan dari jalan lain. Menutup jalan para pengemudi yang kembali menghitung mundur lampu hijau yang berubah merah dan harus menunggu lagi selama 100 detik. Ada sekitar 10 detik lagi, namun seperti yang sudah bisa mereka terka; polisi di depan tidak pergi-pergi karena rombongan mobil polisi itu belum selesai juga. Gala menghela napas panjang dan menahan kekesalannya sambil terus menatap dua orang polisi di depan mobilnya. Seharusnya, dia sudah sampai di tempat tujuannya andai saja tidak terjebak lampu merah selama tiga kali. Dia menghabiskan waktunya sebanyak 480 detik secara percuma. Tin...! Lagi, Gala mendengarkan suara klakson dari belakang. Dua truk yang berjarak dua mobil dari mobilnya—pelakunya. Beberapa pengemudi yang sudah tidak sabar dan tidak bisa lagi mentolerir sikap sopir truk itu pun akhirnya turun. Terlihat pengemudi mobil di belakangnya langsung turun bersama dengan rekannya, mereka berbadan besar dengan tato yang terlihat menutupi lengan kanan mereka. Gala bisa melihatnya dengan sangat jelas karena pengemudi itu mengenakan pakaian tanpa lengan. Gala memantau dari spion mobilnya. Rasa marahnya sedikit tersalurkan karena melihat sopir truk itu tengah adu jotos dengan pengemudi mobil itu. Tidak ada yang memisahkan mereka, mungkin sebal juga karena sikap pengemudi truk yang tidak mempunyai rasa tenggang rasa sama sekali dan suka seenaknya. Karena drama itu, 100 detik tidak terasa sama sekali. Setelah lampu berubah hijau, Gala langsung tancap gas untuk mengemudikan mobilnya ke tempat tujuannya. Dia sudah merelakan waktunya satu hari ini dan mengosongkan agenda yang telah dibuatnya hanya untuk membuktikan sesuatu. Jadi, semua informasi yang diinginkannya, harus didapatkannya hari ini juga. Namun ketika mobilnya memasuki kawasan itu, terlihat banyak sekali mobil polisi yang dirinya lihat melewati lampu merah tadi. Perasaannya mulai tidak enak; sesuatu telah terjadi. "Apa yang terjadi?" Tanya Gala setelah turun dari mobilnya kepada seorang anggota polisi yang memasang garis polisi di depan halaman panti rehabilitasi itu. Polisi itu menatap Gala dari atas sampai bawah, "Anda siapa? Jika tidak berkepentingan, silakan untuk meninggalkan tempat ini." Gala benar-benar sangat kesal. Dia sudah jauh-jauh datang kesini untuk tujuan yang penting. Tidak semudah itu untuk meninggalkan tempat itu tanpa bicara dengan seseorang yang diinginkannya. "Aku bisa membuatmu kehilangan pekerjaan dengan mudah jika sampai kau tidak mengatakan apa yang saat ini terjadi di dalam!" Ancam Gala yang sebenarnya tidak mempunyai pilihan lain selain menggunakan kekuasaannya. Polisi menatap Gala dengan tatapan sebal, "memangnya siapa Anda? Saya akan membawa Anda ke kantor dan melaporkan Anda dengan laporan menghalangi serta menganggu tugas kepolisian dalam penyelidikan." Tentu saja ancaman itu tidak mampu membuat Gala merasa takut, bahkan goyah sedikitpun. Baginya, semuanya bisa ditukar dengan uang yang bisa dia tawarkan. Gala sejak kecil hidup dengan mengandalkan materi. Segala hal di dunia bisa dibeli dan tentunya disesuaikan dengan keinginannya. Jadi, apa yang bisa membuatnya merasa takut? Bahkan hukum di negara ini pun selalu melindungi orang-orang sepertinya. "Kamu pikir, aku peduli? Lagipula, aku sudah sering memberikan uang kepada orang-orang sepertimu! Kamu sama saja, bukan? Pura-pura menjadi orang baik, tetapi lahap juga ketika ada uang di depan mata tanpa ada usaha sedikitpun." Sindir Gala yang menatap ke arah polisi itu. "Jika ingin masalahnya semakin besar, silakan telepon atasanmu. Katakan bahwa Gala ingin tahu apa yang terjadi di dalam. Apakah boleh? Kamu harus bertanya dengan sangat sopan bukan? Karena atasanmu yang menentukan kenaikan pangkatnya atau tidak!" Sambung Gala dengan tersenyum mengejek. Polisi itu pun mengiyakan, dia pun mulai menelepon atasannya. Berdiri lumayan jauh dari garis polisi. Gala sudah bisa melihat dari ekspresi yang diperlihatkan polisi itu ketika tengah berbicara dengan atasannya. Tidak ada yang sulit untuk melakukan apapun ketika dirimu mempunyai segalanya. Itu bukan hanya sekedar isapan jempol belaka, namun itu nyata. Jika tidak percaya, maka cobalah untuk mempunyai segalanya. Maka semua orang akan tunduk di kakimu seperti anjing yang manja kepada tuannya. Polisi itu berjalan mendekat dengan keringat tipis yang membasahi dahinya, "maafkan saya, Tuan. Keadaan di dalam memang sedang genting karena Tuan El yang baru seminggu ini menjalani rehabilitasi kabur dan mencelakai seorang perawat yang mengantarkan makanannya siang tadi." Tanpa ba-bi-bu, Gala langsung masuk menerobos garis polisi. Dia sempat dihadang di pintu masuk, namun polisi di depan langsung memberi kode untuk membiarkan laki-laki itu untuk masuk. Gala menatap seorang perempuan dibawa keluar dengan brangkar oleh beberapa petugas dari ambulance. Terlihat darah berceceran di lantai dan terdengar suara-suara teriakan. Beberapa petugas di panti tersebut pun berlarian, masuk ke kamar-kamar orang-orang yang sempat berteriak histeris. "Di mana kamar Tuan El?" Tanya Gala kepada seorang perawat yang duduk diam sambil memegang kakinya di lantai, di dekat kursi tunggu. Perawat itu diam saja sambil terus memegang lututnya. Tubuhnya pun gemetaran dan napasnya memburu, air mata jatuh membasahi pipinya. "Di mana ruangannya?" Tanya Gala dengan memaksa. Namun dua orang perawat lainnya mendekat, membawa perawat yang terduduk itu ke tempat yang lebih tenang dan nyaman. "Perawat yang tadi adalah orang pertama yang menemukan perawat yang menjadi korban yang dilukai oleh Tuan El." Ucap seorang perempuan yang mengenakan pakaian seksi dan begitu sangat terbuka. Gala tersenyum tipis, "apakah tidak ada pakaian lain yang pantas untuk digunakan ke tempat seperti ini? Apa jangan-jangan kamu tidak tahu jika tempat ini adalah panti rehabilitasi." "Apakah membahas pakaian juga penting ketika berada dalam situasi seperti ini?" Tanya perempuan itu sambil menatap balik Gala. "Ah, ... apakah kamu bagian dari tim dari kepolisian itu?" Sambung perempuan itu penasaran. Tentu saja Gala menggelengkan kepalanya. "Kamu menyusup masuk?" Terka perempuan itu dengan hebohnya. "Mengapa aku harus menyusup? Aku bisa memberikan uang dan semuanya menjadi lebih mudah. Itu yang biasa disebut sebagai simbiosis mutualisme. Semacam itu! Mudah, bukan?" Ucap Gala dengan santainya. Perempuan itu tertawa, "apakah dunia selalu sama? Semua jabatan tidak ada gunanya saat berhubungan dengan uang. Bahkan pekerjaan yang baik sekalipun, akan terlihat buruk karena satu atau dua oknum yang menerima suap." "Ya, ... itu bukan urusanku. Aku hanya menawarkan. Jika mereka mau, tentu saja itu tanggungjawab mereka. Aku tidak memaksa, aku hanya memberi penawaran yang menarik." Jawabnya dengan tepat sasaran. Perempuan itu menepuk bahu Gala beberapa kali, "dunia yang sempat memabukkan akan hilang ketika kamu tidak mempunyai siapapun. Kamu memang bisa memberikan penawaran, tapi apakah kamu bisa membuat orang-orang tetap tinggal bersamamu?" "Kenapa membahas hal yang tidak penting? Yang tidak ada korelasinya sama sekali?" Tandas Gala yang mulai merasa tidak nyaman. Perempuan itu hanya mengangkat kedua bahunya dan meninggalkan Gala begitu saja. Gala sendiri hanya bisa menatap kepergian perempuan itu tanpa berusaha untuk mencari jawaban dari apa yang dikatakan perempuan itu. "Aku ingin menemui kepala panti!" Tandas Gala ketika menemui salah satu petugas panti hendak melewati dirinya. "Aku juga ingin melihat ruangan yang digunakan Tuan El." Sambung Gala kembali. "Baiklah, Tuan." Jawab petugas itu dengan tatapan yang takut-takut. Petugas laki-laki itu mengajak Gala berjalan masuk ke sebuah ruangan di mana banyak sekali polisi yang sibuk melakukan olah TKP. Sebenarnya tak ada yang boleh masuk ke ruangan itu kecuali polisi. Namun karena Gala yang masuk, mereka tidak bisa berbuat banyak kecuali pura-pura tidak melihatnya. "Perempuan berpayung merah itu tiba-tiba masuk ke dalam ruangan Tuan El. Lalu tiba-tiba, Tuan El pun menyerang perawat yang baru saja mengantarkan makanan padanya dengan menggunakan garpu. Baru setelah itu mereka berdua berjalan keluar." Tandas petugas itu dengan menunjuk beberapa titik. Gala menatap petugas laki-laki yang berada disampingnya, "kamu ingin aku mempercayai cerita sepayah itu? Kamu pikir, aku akan dengan mudah mempercayaimu? Ya, ... mungkin aku akan mempercayai bagian seorang perempuan berpayung merah masuk ke ruangan Tuan El, dibandingkan dengan cara kabur mereka yang tak masuk akal. Apa Tuan El dengan mudah kabur dengan satu kaki? Apakah itu mudah? Bahkan anak kecil pun tidak akan mendongeng dengan cerita karangan sepayah itu." Gala tertawa pelan di depan semua orang sampai membuat beberapa polisi yang tengah bertugas di sana menatap aneh ke arah si petugas yang tampak gugup. "Ah, ... satu lagi." Tandas Gala sebelum pergi ke ruangan kepala. "Jika aku jadi kalian, aku akan mencurigai orang ini terlebih dahulu. Pastikan jika dia salah satu petugas di sini. Siapa tahu dia orang pantas untuk dicurigai. Berhati-hatilah dengan orang yang berada disekitar kita. Karena terkadang, mereka lebih berbahaya dibandingkan monster." Sambung Gala sambil membuat tangannya seperti akan mencakar. Semua orang memperhatikan si petugas yang semakin memundurkan langkahnya. "Saya tidak salah! Saya tidak salah!" Bentak si petugas itu semakin keras karena beberapa polisi mendekat ke arahnya. Gala hanya tersenyum miring, "kena kalian!" ~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD