BAB 15 | Langkah Pertama

1523 Words
BEBERAPA penjaga berjas hitam sibuk hilir-mudik di depan gerbang tinggi gedung putih. Happy kembali membuka laptopnya dan mengambil beberapa gambar ruangan dari arah yang lumayan jauh. Setelah drone miliknya di upgrade, setidaknya bisa digunakan walaupun tidak terlalu detail gambarnya. Bagaimanapun juga, mereka akan tetap masuk ke dalam, memastikan sesuatu yang penting untuk keberhasilan tugas mereka kali ini. Happy memberikan beberapa name tag yang akan mereka gunakan untuk masuk ke gedung itu. Menyamar menjadi orang-orang kepercayaan dari Prada—target operasi mereka kali ini. Big Boss tampak sibuk dan mengecek beberapa persiapan agar misi mereka kali ini berjalan dengan sempurna. Setidaknya tidak menjadi bumerang untuk mereka suatu saat nanti. Big Boss menatap layar laptop yang sedang diotak-atik Happy dan mengingat beberapa hal di dalam otaknya. "Drone ini sangat berguna untuk observasi kita hari ini. Kau berhasil membuat alat pengintai canggih di tim kita. Mereka semua tidak akan mengetahuinya," ucap Big Boss memberikan pujian. Happy tersenyum puas, "setidaknya aku harus membalas polisi-polisi itu dengan teknologi. Mereka pernah membawaku ke penjara dengan alasan teknologi yang aku gunakan ilegal. Memangnya ini senjata? Ada ilegalnya segala." "Dia dendam pada polisi?" Tanya Bear kepada King yang sedang memasang beberapa benda di pakaiannya. King mengangguk sambil tertawa pelan, "dia sangat bodoh waktu itu. Karena butuh uang, dia mengirim beberapa bukti kepada polisi bahwa dirinya bisa membobol keamanan situs milik kepolisian. Happy memberikan beberapa dokumen bukti tentang aliran dana kepala polisi itu dari beberapa pasar gelap. Dan ya, mereka memenjarakannya dan mengambil alat miliknya." "Aku pikir, mereka akan memberikan aku uang seperti yang seringkali aku lihat di televisi. Banyak sekali anak jenius bahkan cybercrime yang mendapatkan uang karena bisa membobol keamanan. Ternyata mereka malah memenjarakan aku begitu saja. Membuatku menandatangani tentang tidak akan pernah melakukan hal itu lagi." Ucap Happy kesal. Beauty meletakkan beberapa kaleng minuman di atas meja, "sebaiknya kau selamanya tidak percaya pada pemerintah. Entah penjabat atau orang-orang dibawahnya. Mereka bodoh bukan? Masih menganggap bahwa semua kematian orang dari jendela itu adalah karena bunuh diri. Mereka tidak belajar dari pengalaman." "Kau tahu cara kerjanya!" Tandas King memberikan kedipan kepada Beauty. "Baiklah, sudah cukup bercandanya teman-teman. Kita harus berkumpul dan membahas hal penting ini. Aku tidak mau membahasnya dua kali karena itu membuang-buang waktu. Jadi, ayo berkumpul!" Pinta Big Boss yang mendapatkan perhatian penuh dari teman-temannya. Big Boss mengeluarkan beberapa benda kecil dari dalam kotak dan memberikannya satu-persatu pada teman-temannya kecuali Happy karena dia akan tetap berada di markas mereka. Memberikan arahan dan memantau keadaan agar perjalanan mereka aman. "Apa ini?" "Kita pernah memiliki benda ini sebelumnya?" "Apa gunanya?" Semua pertanyaan itu keluar dari mulut King, Beauty, dan Bear. Big Boss memasang benda itu di telinganya, "ini temuan baru Happy. Sebuah benda untuk membuat wajah kita berubah sesuai dengan keadaan dan keinginan kita. Semua data diri kita tersimpan di sini setelah kita memakainya. Maka dari itu, simpan ini baik-baik." "Bukankah Happy akan tahu semua identitas kita semua, jika kita memakai benda ini?" Tanya Beauty. Happy menggeleng, "aku sudah men-desain ini dengan sangatlah sempurna. Benda ini tidak bisa diakses oleh siapapun kecuali oleh pemakai pertamanya, dia akan menyimpan semua memori dan semua misi kalian masing-masing. Bahkan mereka akan mengetahui siapa diri kalian. Hanya saja, benda ini tidak akan pernah bisa dipakai oleh orang lain apalagi dibongkar untuk mengetahui apa isinya. Dia akan mendeteksi sekitar kalian, begitupula dengan detak jantung kalian." "Jadi, dia bisa tahu kalau kita mati?" Tanya King serius. Happy mengangguk pelan, "benda ini akan langsung rusak atau dinonaktifkan setelah kalian terdeteksi tidak bernapas lagi. Menghindari identitas dari Jendela Kematian terbongkar." "Wah, temuan yang bagus!" Puji Bear sambil menatap benda itu. Benda yang mirip dengan alat bantu dengar. "Kita tidak perlu berulangkali mengganti wajah kita setiap pergi keluar dari markas. Resiko untuk ketahuan pun sangat sedikit." Ucap Big Boss mengembangkan senyumnya. Happy juga memberikan beberapa gambar tentang ide yang sudah dia tanyakan kepada Big Boss sebelum ini. Tentang pintu yang bisa mereka akses dengan telepon yang telah Happy rancang. Semua teknologi milik Jendela Kematian adalah teknologi yang mungkin akan sulit untuk diciptakan oleh orang lain diluaran sana. Big Boss kembali membuka kertasnya dan membahas satu-persatu ruang yang akan mereka lewati nantinya untuk mendapatkan akses masuk ke gedung putih. Setelah selesai dengan pembahasan itu dan mereka sudah tahu tugas masing-masing, mereka keluar dari markas. Menaiki salah satu mobil keluaran terbaru yang berada di garasi rahasia mereka. Mobil yang mereka dapatkan dengan mudah, uang mereka melimpah. Lalu mobil itu berhenti cukup jauh dari gedung putih dan mereka pun berjalan secara terpisah setelah berubah rupa menjadi orang yang mereka ambil identitasnya. Happy mengarahkan mereka semua ke salah satu pintu yang tidak terlalu ketat penjagaannya. Mereka juga mencari celah agar pelindung gedung itu tidak berbunyi. "Sepertinya pelindung ini semakin ketat," ucap Big Boss yang berbicara pelan kepada Happy. "Ada beberapa sinyal aku dapat dari gedung sebelah timur. Kau bisa ambil jalan aman dengan melewati tangga. Jam sibuk begini, kemungkinan akan membuatmu bertemu dengan orang yang asli." "Oke! Lalu aku harus masuk ke ruangan apa? Aku hanya perlu menemukan alat itu, 'kan? Bahkan aku tidak punya bayangan tentang bentuk dari alat pelindung yang kau maksud." Gerutu Big Boss sambil menatap ke kanan dan ke kiri. "Aku pun juga! Aku rasa, ruangan itu akan berisi alat karena melindungi gedung itu dengan ketat. Ingat, jika aku mengatakan mulai, kalian semua harus buru-buru bergegas. Mencari tempat alat itu berada, melakukan menyadapan beberapa CCTV yang ada di beberapa ruangan, dan jangan lupa untuk melihat semua orang yang terlibat dalam pesta!" Mereka mengangguk dalam diam, berdiri di tempat masing-masing yang telah diarahkan oleh Happy. "Kita hanya mempunyai waktu setengah jam untuk memutari gedung ini sebelum alat itu melakukan pemindaan identitas orang-orang di gedung ini. Jadi, fokuslah untuk tugas kalian masing-masing. Aku akan mencari alat itu." Perintah Big Boss dari dekat pintu. "Pemindaan selesai dalam tiga... dua... mulai!" Semua orang masuk dengan hati-hati, mereka berjalan santai melewati beberapa penjaga. Menyapa dengan ramah dan juga tersenyum seperti yang telah diarahkan oleh Happy. Big Boss sendiri berjalan melewati anak tangga satu-persatu untuk menuju ke gedung atas di mana sinyal yang Happy dapat berada. Sedangkan Bear berada di dapur, membuat beberapa minuman dan mengantarkannya ke sebuah ruangan security. Bear tersenyum setelah mereka meminum minuman itu. Ketiga penjaga di dalam ruangan pemantauan itu langsung terdiam seperti membeku. Seperti biasanya, Bear membuat racikannya yang kali ini tidak mematikan. "Buka halaman yang sudah aku kirim pada layar komputer itu. Setelah itu tinggalkan tempat itu dengan cepat." Dengan buru-buru, Bear meng-klik halaman itu dan pergi dari sana sebelum ketiga pengawal di ruangan itu sadar kembali. Sedangkan Beauty berada di salah satu ruangan dan berbicara kepada beberapa orang tentang acara yang akan diadakan di tempat ini. Beauty menarik beberapa kertas di mana ada daftar nama-nama orang yang terlibat dalam acara besok. Beauty memakai kacamata yang telah diberikan kepadanya. Memotret objek itu dan terkirim langsung kepada Happy. King sendiri berada di dalam lift, merusak salah satu tombol dan memasang tanda rusak di depan pintu lift itu. Setelah itu King mendekat ke arah perempuan yang berada di dekat tangga, menempelkan sebuah benda di belakang lehernya. "Sudah selesai?" Tanya King kepada seorang perempuan dengan mengenakan rok pendek, Beauty. Beauty mengangguk, "seperti yang kau lihat. Kita langsung pergi saja dari tempat ini." Bear yang sudah selesai dengan kegiatannya pun berjalan keluar. Namun tidak disangka-sangka, dia bertemu dengan orang yang sama dengannya. Tepatnya adalah orang yang ditirunya. "Maaf, kau siapa?" Tanya laki-laki itu sambil menunjuk Bear. "Apa kau seorang penyusup?" Sambungnya. "Tidak, aku bukan penyusup. Aku hanya mampir." Jawab Bear. "PENJAGA!" Teriak orang itu yang membuat Bear kesal. "Tenanglah Tuan, kau membuat tugasku semakin berat." Bugh. Satu tinju saja sudah membuat orang itu terkapar tidak berdaya. "Bear, apa kau sudah selesai? Pergilah sekarang kalau sudah selesai. Tinggal sepuluh menit tersisa. Apa ada yang mengganggu perjalananmu?" Tanya Happy dari jauh. "Ya, ada sedikit gangguan. Biarkan aku membereskan sebentar." Sedangkan di tempat lain, Big Boss sedang berjalan menuju salah satu ruangan setelah melewati banyak anak tangga. Ruangan itu bahkan sangat sepi. Anehnya tidak dijaga sama sekali. "Lorong-lorong ini sepi sekali, tidak ada satupun penjaga yang berada di sini." Ucap Big Boss memberikan informasi kepada Happy. "Sudah kuduga, ini tidak sesulit yang kita kira." "Tunggu, sepertinya kita salah terka." Ucap Big Boss sambil tersenyum hambar. Big Boss berjalan pelan-pelan, mendekat ke arah pintu. Namun tidak ada satupun tanda-tanda serius dari lorong-lorong itu. Tidak ada suara alarm atau perangkap apapun. Bahkan ketika Big Boss sampai di depan pintu. Tidak ada yang terjadi padanya. Dia membuka pintu pelan dan melihat ruangan itu kosong. Apakah mungkin ruangan ini hanyalah ruangan jebakan? "Apakah ruangan ini benar-benar tempatnya?" Tanya Big Boss ketika melihat ruangan yang kosong. "Aku tidak melihat apapun di sini kecuali CCTV. Tidak ada benda-benda besar yang kita pikirkan tadi." Lanjutnya sambil memperhatikan sekitar. "Kau yakin? Coba lihat sekitarmu? Jika tidak besar, maka benda itu—" Ucapan Happy tiba-tiba kabur di kepalanya, Big Boss menatap sebuah benda yang berbentuk seperti brangkas. Tiba-tiba dia terdiam, seperti membeku. Air matanya diam-diam turun dengan d**a yang sesak. "Big Boss apakah kau mendengarkan aku? Jika kau mendengarkan aku, cepatlah keluar. Alat itu akan segera melakukan pemindaan." "Big Boss, keluarlah!" "Cepat keluarlah!" "Apa kau baik-baik saja!" "Sialan, apa yang terjadi? Apa yang terjadi?" ~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD