BANYAK sekali penjahat di dunia. Jahat karena bawaan dan keadaan. Terkadang, jahat karena keadaan akan lebih nekat dibandingkan jahat bawaan. Apalagi jika mereka terusik karena suatu keadaan yang membuat mereka terpaksa melakukan hal itu. Dalam beberapa kasus, penjahat adalah sebagian orang baik yang terpaksa menjadi orang jahat. Ada banyak faktor yang mempengaruhi hal itu. Dari tuntutan keadaan yang memaksa, dendam, cinta, dan juga tanpa alasan sama sekali.
Karena banyaknya penjahat yang bertebaran di seluruh penjuru dunia. Sebuah kelompok besar bernama Lingkaran Hitam melebarkan sayapnya. Lingkaran Hitam adalah sebuah tempat di mana para penjahat berkumpul. Mereka dilatih dengan profesional layaknya training dalam pekerjaan. Mereka membuat sebuah kesepakatan dengan pihak Lingkaran Hitam untuk menjadi salah satu murid di sana. Tentu saja, kelompok itu tidak asal mengambil murid. Mereka sangat selektif, tidak hanya bertemu langsung diterima.
Selain itu, tidak ada yang tahu persis di mana tempat itu—termasuk sang murid sendiri. Mereka tidak datang sendiri, melainkan dipilih dan pada akhirnya menerima dengan penuh konsekuensi. Pihak Lingkaran Hitam pada musim tertentu akan mencari orang-orang yang mampu dan mau menjadi bagian dari mereka. Dilatih dan ditempa menjadi seorang penjahat yang sulit ditangkap. Bekerja dengan orang-orang besar agar suatu saat nanti, mereka bisa terbebas dari hukuman—kebal hukum.
Arkana adalah anak yatim piatu dengan keistimewaan yang luar biasa, menurut pandangan Oliver—bukan nama sebenarnya—sang pendiri dan pemilik Lingkaran Hitam. Laki-laki itu meminta algojo-algojonya untuk memperhatikan dari jauh kegiatan Arkana waktu itu. Arkana dekil dan hanya tahu soal mencuri makanan saja, menarik perhatian. Dia sangat cerdik dalam menggunakan strategi agar tidak ketahuan. Banyak trik yang mereka lihat selama membuntuti Arkana.
Sampai pada suatu kesempatan, Arkana dibawa ke sebuah tempat. Arkana begitu takut begitu melihat banyak sekali orang dengan tubuh kekar sedang mengelilingi dirinya. Arkana menatap satu-persatu orang namun merasa asing dengan wajah mereka. Dia juga merasa asing dengan tempat ini. Seperti bukan di negaranya sendiri. Lalu, pertanyaan yang muncul pertama kali dari mulut Arkana waktu itu adalah, apa aku dijual untuk menjadi b***k di luar negeri?
Mereka semua tertawa, membuat Arkana semakin takut. Setelah itu, Arkana diajak masuk ke setiap ruangan yang berada di Lingkaran Hitam. Lorong-lorong gelap dengan semua ornamen yang gelap juga. Tak ada warna lain selain warna hitam. Bahkan banyak tempat yang tidak diterangi cahaya lampu sama sekali. Mereka berjalan dalam gelap, tidak ada setitik cahaya yang terlihat sampai di ujung lorong di mana pintu besi itu terbuka.
"Masuk..." Perintah penjaga dengan wajah mengerikan itu.
Arkana remaja berjalan dengan sedikit takut. Masuk ke dalam ruangan yang tidak tahu di mana. Terlihat seorang gadis sedang duduk sambil memakan makanannya.
"Kakak," ucapnya lirih sambil tersenyum. Melambaikan tangan kanannya ke arah Arkana.
Arkana sontak langsung berlari dan mendekati adiknya, Isabela. Arkana menatap sang penjaga yang hanya mengulas senyum mengerikan. Dia buru-buru memeluk Isabela dan mencium keningnya. Tidak masalah mati, yang penting bisa melihat Isabela disampingnya.
"Kenapa kamu bisa di sini?" Tanya Arkana yang merangkul Isabela.
Isabela menyodorkan sepotong daging di depan mulut Arkana yang memasang wajah tegang, "Kakak makan dulu. Aku dikasih banyak sekali makanan. Enak semuanya, Kak. Kakak harus makan juga."
"Bagaimana kau bisa di sini?" Ulang Arkana.
"Dua Om datang padaku, mengajak aku untuk ikut mereka. Katanya mereka disuruh Kakak untuk menjemput aku. Kita bisa makan sepuasnya kata Om tadi. Karena Kakak sudah mendapatkan pekerjaan yang bagus. Katanya, kita juga akan punya rumah yang bagus dan tidak akan tinggal di jalan lagi." Sambung Isabela dengan wajah bahagia.
"Hai, Nak." Panggil pengawal di depan pintu kepada Arkana. "Tuan ingin bertemu denganmu." Sambungnya.
"Apa dia akan membunuh kami? Apakah kami akan dijual keluar negeri dan dijadikan b***k? Apakah kami akan—"
"Cukup, Nak. Simpan semua pertanyaan itu untuk kamu tanyakan sendiri kepada Tuan. Biarkan aku yang menjaga adikmu."
"Kamu tidak akan melukainya, 'kan?"
"Iya,"
"Kamu berjanji padaku?"
Penjaga itu mengangguk walaupun dengan wajah malas. Lalu Arkana mengeluarkan jari kelingkingnya di depan penjaga itu.
"Kamu janji?"
Pengawal itu menautkan jari kelingkingnya juga pada kelingking Arkana.
"Pria tidak akan pernah ingkar janji."
Arkana berjalan keluar dari ruangan itu. Ada pengawal lain yang berada disampingnya, hendak mengantarkan dirinya ke ruangan Oliver.
"Kamu masuk sendiri, Tuan hanya ingin bicara padamu." Ucap penjaga itu dan meninggalkan Arkana sendirian.
Dengan takut-takut, Arkana pun membuka pintu. Namun baru saja dirinya membuka pintu, hampir saja dia tercebur ke hamparan air yang tidak berujung. Sontak Arkana melotot, memegang kedua gagang pintu besar itu. Dia berusaha untuk menutup pintunya dengan cepat. Menyelamatkan dirinya dari jatuh ke laut dan menjadi santapan ikan besar di dalam sana.
Tempat apa ini?
"Ya Tuhan, aku di mana?" Takut Arkana sambil memegangi gagang pintu yang sepenuhnya telah ditutup.
"Selamat datang di Lingkaran Hitam, Arkana. Kamu berhasil lolos dalam tantangan ini." Ucap seorang laki-laki dengan jas mahalnya, Oliver.
"Aku Oliver, kamu bisa memanggilku Tuan." Sambungnya dengan senyum misteriusnya.
Arkana mundur beberapa langkah dari hadapan Oliver, "kamu ingin membunuhku? Memang apa salahku?"
"Aku tidak ingin membunuhmu, Arkana. Aku hanya sedang menguji mentalmu." Jawab Oliver sambil memasukkan jemarinya ke dalam saku celananya. "Kamu lebih hebat daripada yang aku dengar, Arkana. Apa kamu tahu?" Tanya Oliver sambil menatap tajam Arkana.
"Tahu apa?"
"Kamu sudah dipilih! Kamu berhak untuk masuk ke kelompok kami."
Arkana mengerutkan keningnya bingung, "kelompok apa maksudnya? Kamu ingin menjual aku dan adikku ke negara lain? Benar bukan? Kamu mempunyai kapal yang sangat menakutkan."
Oliver tertawa, "kamu akan suka dengan pekerjaan yang aku tawarkan, Arkana. Kamu butuh uang yang banyak bukan? Kamu sudah menjanjikan rumah yang nyaman, makan yang enak untuk Isabela. Apa kamu lupa?"
"Darimana kamu tahu nama Isabela?"
"Aku tahu semua tentangmu. Aku juga tahu tentang kematian orang tuamu dan siapakah pelakunya. Kamu ingin membalas dendam, bukan?"
Arkana menatap Oliver dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Oliver memberikannya sebuah gambar yang diambil dari saku jasnya. Sebuah foto orang yang dikenalnya sebagai dalang dari pembakaran rumahnya.
"Dia~"
"Sayangnya bukan dia," ucap Oliver menggelengkan kepalanya pelan dan tersenyum sinis. "Kamu salah besar jika mengira orang di dalam foto itu adalah dalang dari pembantain dan juga kebakaran rumah orang tuamu. Masih ada orang lain yang lebih berkuasa yang membuat hal itu terjadi kepada kalian." Sambungnya dengan melipat tangan di d**a.
Arkana tampak sangat kaget, "lalu, siapa dalang dibalik ini semua? Aku ingin tahu semuanya. Tolong beri tahu aku."
"Tidak semudah itu! Kamu harus melakukan sesuatu untukku, baru informasi itu akan kuberikan padamu."
"Apa? Apa yang kau minta dariku untuk mendapatkan informasi itu?"
"Ada harga yang harus dibayar," tandas Oliver.
Arkana menatap Oliver dalam-dalam, "aku tidak punya uang sepeserpun. Aku dan adikku yatim-piatu, kami bahkan harus mencuri agar bisa makan. Bagaimana mungkin aku bisa membayarnya?"
"Bayarannya bukan dengan uang! Tetapi dengan bergabung di tempat ini. Menjadi bagian dari kami!"
Arkana merasa bingung, laki-laki itu hanya meneguk ludahnya. Merasa ada yang janggal dari pembicaraan mereka.
"Kamu harus menjadi bagian Lingkaran Hitam. Kamu akan mendapat banyak keuntungan. Rumah yang layak, uang yang melimpah, dan juga pekerjaan yang mudah. Seperti membunuh orang lain."
Semua ingatan itu menghilang dan digantikan dengan keringat tipis membasahi kening Arkana. Tidur adalah kegiatan yang ingin sekali Arkana hilangkan dalam hidupnya. Ketika matanya terpejam, bukannya sembuh dari lelah—malah membuat kepalanya sakit. Bayangan akan masa lalunya yang kelam seperti terus berputar di kepalanya.
Arkana mendudukkan dirinya di ranjang, mengambil segelas air putih dan meneguknya pelan. Ingin sekali bicara kepada Isabela untuk sedikit meredakan perasaan takutnya. Tetapi Isabela pasti sudah tidur juga. Dan Arkana tidak seharusnya mengganggu adiknya itu.
Dengan langkah pelan, Arkana membuka pintu balkon kamarnya lebar-lebar. Membiarkan ingin masuk ke dalam kamarnya. Dia memilih menatap langit yang penuh dengan taburan bintang. Diam-diam dia menangis, seperti malam-malam sebelumnya. Merasa bersalah atas semua yang terlewat di dalam hidupnya. Tentang semua luka dan sedih yang disebabkan olehnya. Itu semua karena Isabela, kebahagiaan adiknya itu di atas segalanya.
Arkana hanya memposisikan dirinya sebagai seseorang yang begitu sangat peduli kepada adiknya. Isabela sudah banyak menangis, sudah banyak menderita. Arkana tidak mau mengancam masa depan Isabela dengan terus menelantarkan adiknya di jalanan. Apalagi modal makan pun hanya dengan mencuri. Apakah Isabela akan tumbuh sebaik sekarang?
Tentu saja ada rasa penyesalan di dalam diri Arkana. Namun semua itu tidak pernah Arkana pikirkan karena dia ingin melihat Isabela tersenyum dengan semuanya. Karena pekerjaan ini, Arkana bisa mendapatkan rumah dan seluruh uang yang banyak. Dia tidak pernah berpikir akan mendapat semua ini tanpa Lingkaran Hitam.
Jika ditanya tentang Lingkaran Hitam, Arkana tetap akan mengatakan terima kasih yang banyak. Jika tidak masuk dalam jajaran Lingkaran Hitam, dia tidak akan menjadi yang sekarang. Tidak akan pernah menjadi Arkana yang sekarang. Seorang bartender yang diam-diam memiliki segalanya.
Langkahnya sudah sangat jauh, menembus semua masalah yang selalu ribut di kepalanya. Tentang sebuah hati nurani setelah melihat korban yang dibunuhnya. Namun, mereka orang-orang jahat yang terkadang memang pantas untuk mati.
"Apa yang kamu lakukan Arkana. Semua adalah jalan takdir! Kamu seperti ini karena berusaha untuk memberikan kebahagiaan pada Isabela. Lihatlah, apa yang telah orang-orang itu lakukan pada kehidupanmu?" Ucap Arkana kepada dirinya sendiri untuk menyemangati.
Arkana menghela napas panjang, menutup pintu balkon kamarnya dan memilih untuk berjalan masuk ke dalam. Arkana menarik salah satu laci mejanya, mengambil sebatang rokok dan menghisapnya. Dunia sedang tidak ramah padanya, maka butuh satu batang rokok untuk memenangkannya.
Iya, Arkana baik-baik saja! Semua hanya tentang waktu. Tidak apa-apa, dia akan segera baik-baik saja.
~~~~~~~~~~