SEBUAH mobil masih terparkir di depan rumah sederhana yang cukup jauh dari keramaian. Mobil dengan plat istimewa itu tampak tak asing jika dilihat orang-orang. Sayangnya, tidak akan terlihat siapapun di sini. Hanya ada beberapa rumah dengan jarak yang lumayan jauh. Toh, tidak ada yang akan berkunjung juga. Jadi aman terkendali. Di dalam rumah pun tampak sepi, hanya ada suara televisi dari ruang keluarga yang menampilkan gosip dari para artis lewat acara infotainment yang disajikan. Membosankan!
Gala berulang kali menguap karena mengantuk, mungkin karena Isabela diam saja dan tidak mengajaknya untuk bicara. Padahal Isabela pun bingung harus memulai pembicaraan seperti apa untuk mencairkan suasana diantara mereka. Padahal tadi, mereka sempat saling bicara. Namun tiba-tiba hening dan tidak ada yang membuka suara.
Diam-diam Gala memperhatikan Isabela yang sedang fokus dengan layar televisi sambil memasukkan cemilan ke dalam mulutnya. Isabela terlihat sangat cantik dengan pakaian santai dan juga rambut yang dicepol asal. Bahkan Gala bisa melihat sisi lain dari Isabela hanya karena berada di rumah ini kurang dari dua puluh empat jam. Gala menjadi lebih tenang dan bisa memikirkan hal-hal positif lainnya. Ketimbang rasa sedihnya tentang kematian Ayahnya.
Isabela menyodorkan kue yang ada dalam toplesnya kepada Gala yang sejak tadi tidak melepaskan matanya dari Isabela. Gala yang mendapatkan tawaran itu pun langsung mengambil satu kue dari dalam toples dan memakannya.
"Kamu tidak bosan berada di rumah terus?" Tanya Gala dengan serius.
Isabela menoleh ke samping, "aku sangat bosan. Tetapi tidak tahu harus bagaimana. Apa Kakak punya ide untuk melakukan hal yang cukup menyenangkan tanpa harus keluar dari rumah?"
"Kenapa tidak keluar sebentar?" Tanya Gala mengernyitkan dahinya bingung.
"Kak Arkana sudah menyuruhku untuk tetap berada di rumah. Kak Gala belum benar-benar pulih dan sehat, harusnya Kakak banyak beristirahat." Jawab Isabela yang kembali fokus ke arah televisi.
Gala berpikir sebentar, "kamu tidak apa-apa selalu berada di rumah? Kamu tidak ingin keluar walaupun ada aku disampingmu?"
"Aku ingin, tapi Kak Arkana tidak akan setuju. Mau aku buatkan teh, Kak?" Tawar Isabela yang beranjak dari duduknya. "Lebih baik kita membuat rencana sendiri, bukan? Duduk di ruangan belakang rumah? Mau?" Sambungnya yang hanya diangguki oleh Gala.
Isabela mengajak Gala untuk keluar dari pintu belakang dan meminta laki-laki itu untuk duduk di sana. Sambil menunggunya membuatkan teh panas. Selama di dapur pun, Isabela tidak bisa tenang. Sesekali terus menatap ponselnya yang sepi tanpa adanya pesan atau panggilan dari seseorang yang dikenalnya. Ya, walaupun terlihat biasa saja, Isabela mempunyai sedikit rahasia. Isabela masih berhubungan dengan Arond, orang yang dilarang oleh Arkana.
Entah apa yang membuat mereka tiba-tiba saling memutuskan untuk tidak berhubungan. Ini semua bukan hanya karena kemauan Isabela karena takut dengan Arkana. Tetapi semua itu juga karena Arond yang tiba-tiba menghentikan semua pesan intensnya. Arond tidak pernah lagi mengirimkan pesan, menelepon, atau meminta bertemu. Padahal, Arond teman yang menyenangkan dan mungkin bisa menjadi tempat bertukar pikiran juga.
"Isabela," panggil Gala yang masuk kembali ke dapur, memperhatikan Isabela yang tengah melamun sambil mengaduk tehnya.
Gala langsung mengambil alih sendok yang Isabela pegang. Membuatnya kaget karena tidak sadar dengan kehadiran Gala di sini.
"Sorry! Kaget ya?" Ucap Gala tidak enak karena membuat Isabela kaget karena ulahnya. "Kamu enggak jawab panggilanku tadi. Aku tadinya cuma inisiatif mau bantuin ngaduk tehnya aja." Sambung Gala yang mendapat senyuman tipis dari Isabela.
"Enggak masalah Kak. Aku cuma melamun aja, sedikit banyak pikiran sekarang." Jawab Isabela seadanya lalu memilih duduk di kursi sembari menunggu Gala selesai mengaduk gula dalam cangkir itu sampai larut.
Gala tersenyum canggung menatap Isabela yang tampak tidak baik-baik saja, "jadi, pikirannya banyak apa sedikit? Aku enggak bisa kasih solusi kalau pikirannya sedikit banyak."
"Kakak mengejekku, ya?" Ucap Isabela yang mendapatkan tertawaan dari Gala. "Bisa-bisanya aku baik hati kepada Kak Gala! Ternyata Kak Gala suka sekali mengejek." Sambungnya sambil pura-pura sebal.
Gala hanya bisa tertawa, ternyata menyenangkan bisa berinteraksi seperti ini dengan orang lain selain Arkana. Gala pikir, hanya Arkana yang bisa mengerti pola pikirnya, bercanda dengannya, menjadi temannya. Namun ternyata, ada satu lagi orang yang mempunyai sikap menyenangkan seperti Arkana, yaitu Isabela. Perempuan yang saat ini menjadi fokusnya.
Mereka berjalan ke belakang rumah di mana dua buah kursi berjajar di sana. Mereka menikmati secangkir teh sambil menatap ke arah sebuah kebun milik orang lain yang berada di luar pagar. Isabela sesekali tersenyum karena bisa menghirup udara yang sesegar ini. Rasanya pikirannya sedikit terbuka, aura negatif dan rasa sedihnya sedikit terobati. Isabela pun merasa Gala menikmati tinggal di rumahnya. Laki-laki itu sudah tidak terlihat sedih. Walaupun terkadang masih sempat untuk melamun.
"Arkana bilang, kalian sudah yatim piatu sejak kecil. Aku salut kepada kalian berdua, kalian kakak-beradik yang akan membuat siapapun iri. Andaikan aku punya saudara yang bisa diajak berbagi seperti kalian, pasti sangat menyenangkan. Aku tidak perlu lari sendirian dan akhirnya kelelahan sendirian." Curhat Gala sambil menatap ke depan.
Isabela tersenyum masam, "tapi semua juga tidak mudah, Kak. Ada kesedihan yang tidak pernah hilang dalam diri kami. Aku ataupun Kakak tidak akan pernah melupakan hari itu, di mana kami kehilangan kedua orang tua kami."
"Kalau boleh tahu, apa yang terjadi kepada kedua orang tua kalian?" Tanya Gala menatap Isabela.
"Kebakaran~" jawab Isabela dengan wajah sedih. "Kebakaran yang sangat besar!" Sambungnya membayangkan kejadian itu. Ketika dirinya melihat api yang besar memakan rumahnya tidak tersisa.
Isabela mengingat dengan jelas bagaimana rumahnya habis dengan kedua orang tua mereka yang sudah menjadi abu. Tidak ada yang tersisa dari rumah itu, selain mereka berdua tentunya; Arkana dan Isabela.
"Maaf," ucap Gala tidak enak karena sudah membuka luka lama Isabela.
Isabela menggeleng, "tidak masalah, Kak. Lama-kelamaan, aku dan Kak Arkana akhirnya terbiasa untuk mengatakan apa yang terjadi pada masa lalu kami. Dulu aku sangat sedih, tetapi akhirnya kami pun berusaha untuk mengikhlaskan saja. Karena hidup terus berjalan, 'kan?"
Gala mengangguk, "kamu benar. Hidup harus terus berjalan. Aku juga akan seperti kalian. Perlahan memaafkan semuanya dan kembali menjalani hidup dengan baik."
Isabela mengelus pundak Gala dan tersenyum. Lalu mereka kembali hening, mungkin memikirkan hal lainnya. Mungkin juga sedang tidak baik-baik saja karena saling mengingat potongan masa lalu.
"Kamu punya kekasih?" Tanya Gala tiba-tiba yang membuat Isabela langsung salah tingkah.
Isabela menggeleng pelan, "tidak! Mungkin akan sulit bagiku untuk mendapatkan kekasih."
"Apa kamu mau menjadi kekasihku, Isabela? Aku tidak tahu mengapa seberani ini mengatakannya. Tapi sungguh, aku serius dengan semua ucapanku. Kalau kamu membutuhkan waktu untuk berpikir, aku akan memberikannya. Kalau kamu tidak menyukaiku, mungkin kita bisa membicarakannya. Kalau kamu—" ucapan Gala terputus karena jawaban dari Isabela yang tiba-tiba.
"Aku mau!" Jawab Isabela dengan lantang yang membuat Gala hanya bisa mengedipkan matanya tidak percaya. "Aku bilang, aku mau menerima Kak Gala menjadi kekasih." Sambungnya dengan wajah yang merona.
Padahal, tadi Isabela masih terus memikirkan Arond. Lalu bagaimana mungkin dia bisa secepat itu jatuh cinta kepada Gala? Atau mungkin karena Arond sudah tidak ada dan Isabela merasa perlu mencoba untuk memulai hubungan dengan orang yang baru dan jelas. Lagipula, tidak akan ada yang melarangnya jika menjalin hubungan dengan Gala. Arkana pun pasti setuju!
"Kamu serius?" Tanya Gala dengan senyuman bahagianya. "Maksudku, kamu benar-benar mau denganku?" Ulangnya yang mendapatkan sebuah anggukan dari Isabela.
Sedetik kemudian, mereka saling berpelukan. Terlihat wajah bahagia Isabela. Perempuan itu sungguh sangat bahagia karena mendapat laki-laki yang sepertinya mencintai dirinya. Padahal Isabela tidak tahu sebenarnya. Dia menganggap bahwa laki-laki yang meninggalkannya tidak peduli padanya dan laki-laki yang sekarang bersamanya adalah yang paling tulus. Isabela tetap saja remaja labil yang menginginkan cinta.
"Berarti mulai sekarang, kamu juga harus mengikuti semua kemauanku, 'kan?" Tanya Gala yang mendapatkan anggukan dari Isabela. "Apapun yang aku mau, kamu akan menuruti semua, bukan?" Sambungnya yang lagi-lagi diangguki oleh Isabela dengan mudahnya.
"Memangnya Kak Gala mau apa dariku?" Tanya Isabela serius dan menatap kedua manik mata Gala yang begitu terang. "Tapi kita juga harus bicara dengan Kakakku, 'kan? Dia pasti setuju." Sambungnya yang diangguki oleh Gala.
"Tentu saja Arkana harus tahu tentang hubungan kita. Dia yang paling bahagia tentunya, karena adiknya akhirnya menemukan cinta."
"Ah, benar juga."
Perempuan itu memang terlihat sangat polos, bahkan membuat Gala terdiam sejenak. Gala mengamati setiap inci wajah cantik kekasih barunya itu. Isabela memang sangat sempurna, orang-orang akan terpesona melihat parasnya yang begitu menawan. Tidak salah 'kan Gala memilihnya menjadi seorang kekasih. Namun tidak hanya karena cantik dan kenyamanan, Gala memilihnya karena sebuah maksud.
"Boleh aku menciummu?" Tanya Gala yang mendapatkan anggukan dari Isabela.
Gala tersenyum tipis, mendekatkan bibirnya ke bibir Isabela. Isabela pun hanya memejamkan matanya sambil meremas jemarinya sendiri. Namun sayangnya semua gagal karena ada suara telepon. Isabela beranjak dari duduknya dengan sedikit kikuk. Perempuan itu memegang bibirnya yang belum tersentuh dengan senyuman malu-malu.
"Ada telepon Kak, sebentar." Pamit Isabela yang hanya dibalas dengan anggukan kecil dari Gala.
Laki-laki itu menatap kepergian Isabela yang berlalu begitu saja. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa sekarang. Namun dia berhasil dalam misinya. Gala memencet sebuah nama yang tertera di layar ponselnya dan panggilan telepon pun tersambung.
"Aku sudah membuat tikus kecil masuk ke dalam perangkap! Kamu tunggu aba-abaku untuk menyerang. Kita akan segera membalas dendam. Aku juga akan membuat Isabela menjadi perempuan yang menyedihkan. Kita lihat, sampai mana Kakaknya itu akan melindunginya? Aku suka membuat permainan petak umpet seperti ini. Mereka pasti terkejut!" Ucap Gala kepada orang itu.
Gala menutup sambungan telepon miliknya, "permainanmu baru saja dimulai Arkana. Kamu bermain-main dengan orang yang salah! Aku akan merenggut sesuatu yang berharga dalam hidupmu; Isabela. Kamu akan menangisinya, sama seperti ketika aku menangisi Papiku karenamu."
~~~~~~~~~