BAB 27 | Cinta Pertama dan Sosok Misterius

1569 Words
HUBUNGAN yang terjalin diantara Gala dan Isabela menjadi serius dan itu membuat Arkana kebingungan. Di dalam hidupnya, Isabela satu-satunya alasan dari kebahagiaannya. Namun, apakah dengan mengijinkan Isabela memiliki kekasih adalah jalan yang terbaik? Isabela mengatakan kepada dirinya bahwa Gala cinta pertama Isabela. Jadi, apakah Arkana tidak akan mengijinkannya? Padahal dia bisa melihat dengan jelas bahwa keduanya begitu sangat dekat dan perhatian satu sama lain. Tapi, apa mungkin Gala akan tetap mencintai Isabela ketika dirinya tahu bahwa Arkana yang membunuh Ayahnya? Arkana hanya takut jika nantinya Isabela akan terluka karena semua dosanya. Namun, menjauhkan Isabela dan Gala saat ini pun, bukan sebuah pilihan yang benar. Gala yang baru saja kehilangan, membutuhkan sosok Isabela disampingnya. Dan semuanya seperti bumerang untuk dirinya sendiri. Arkana tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa. Dia hanya menunggu waktu yang tepat untuk memberitahu Isabela agar menjauh dari Gala. Tetapi, alasan apakah yang pas untuk melakukan semua itu? Arkana tidak punya alibi apapun. "Sudah lama, Kak? Maaf karena saya terlambat, ada pekerjaan dadakan di bengkel yang harus saya selesaikan." Ucap Arond yang baru saja masuk ke cafe di mana tempat mereka janjian beberapa hari yang lalu. Arkana hanya mengangguk pelan sambil mengaduk minumannya yang belum tersentuh sama sekali. Tidak ada raut wajah marah, kecewa, atau apapun itu yang Arkana tunjukkan kepada Arond. Laki-laki itu hanya fokus kepada lamunannya saja dan meminta Arond untuk memesan minumannya terlebih dahulu. "Apa yang sedang Kakak pikirkan?" Tanya Arond kepada Arkana yang tampak sedang banyak pikiran kali ini. Padahal ketika pertemuan mereka sebelumnya, Arkana tampak lebih tegas daripada hari ini—kelihatan sekali lesu dan tidak bersemangat. Arkana menggeleng pelan, "tidak! Semuanya baik-baik saja! Ah, ... aku memang sedang banyak pikiran. Tapi ya sudahlah, biarkan seperti ini. Aku akan berusaha tidak memikirkannya. Aku tidak boleh egois!" Dari nada suara Arkana, Arond sudah mengerti tentang maksud Arkana baru saja. Semuanya pasti ada hubungannya dengan Isabela. "Apa ini tentang Isabela? Bukankah Kakak sangat mengkhawatirkannya? Isabela selalu mengatakan hal itu saat kami bertemu. Dia bilang jika Kakak sangat peduli padanya, perhatian, dan selalu takut kehilangannya. Maka dari itu Isabela selalu berusaha memberi kabar kepada Kakak." Tandas Arond setelah menyeruput lemon tea pesanannya. Arkana tersenyum masam, "apakah dia tidak mengatakan tentang betapa sulitnya dia selama ini? Maksudnya, apakah dia tidak mengatakan bagian terkurung dalam sangkar atau yang berhubungan dengan kebebasannya? Dia tidak mengatakannya?" Arond terdiam beberapa saat, tidak bisa memungkiri pertanyaan itu. Jika dia berbohong, bukankah akan lebih tidak nyata? Lagipula, Isabela pernah mengatakan hal itu kepadanya. Tapi, apakah pantas jika dirinya bicara hal semacam itu kepada Arkana. Meski mereka mulai dekat! "Apa Kakak tidak pernah bicara tentang hal semacam itu kepada Isabela? Atau Isabela tidak pernah mengatakan tentang keinginannya kepada Kakak?" Tanya Arond yang bertanya balik kepada Arkana. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis tanpa menjawab. Arkana tak pernah membicarakan tentang kebebasan—alasannya karena Arkana takut pada kenyataan bahwa Isabela memang ingin bebas tanpa pengawasannya. Arkana tidak siap jika membebaskan Isabela sendirian. Dia tidak mau Isabela terluka sama sekali. "Kamu tidak akan tahu bagaimana rasanya mengkhawatirkan seseorang yang menjadi satu-satunya keluarga untukmu. Aku hanya berusaha untuk melindungi Isabela. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Hanya itu! Aku tidak pernah bertanya tentang keinginannya, karena aku tahu betul apa yang dia inginkan. Isabela ingin sekolah formal, ingin menikmati hidupnya bersama dengan teman-temannya, ingin melakukan hal yang dia inginkan. Tapi aku punya kekhawatiran. Dan aku yakin, tidak semua orang akan memahaminya!" Tandas Arkana menatap Arond dengan tatapan serius. Arond tidak menjawab sama sekali, dia hanya berusaha mendengarkan apa yang tengah Arkana utarakan tentang Isabela. Jika Arond tidak salah terka, pasti ada trauma yang membuat Arkana merasa khawatir kepada Isabela. Namun laki-laki itu lebih memilih tak berkomentar sama sekali. "Aku tidak mau dia dalam bahaya! Aku hanya ingin melindunginya dan terus menjaganya. Bahkan jika aku nantinya mati, maka kehidupannya harus baik-baik saja. Maka dari itu aku bekerja dan terus meninggalkan dirinya tanpa menemaninya. Semua aku lakukan untuk Isabela. Aku tak pernah memikirkan tentang diriku. Apalagi egois padanya. Mungkin dia tidak akan pernah tahu bagaimana pola pikirku. Tapi aku berharap jika dia akan terus bahagia." Pertemuannya dengan Arond sedikit menghiburnya. Membuatnya merasa bahwa ketakutannya selama ini tidak terlalu beralasan. Isabela berkenalan dengan orang yang baik. Arkana bisa melihat mata yang berbinar, cerah, dan terkadang meredup ketika dia mendengar tentang kesedihan. Jika memang Arond orang yang baik, maka Arkana tidak akan khawatir dengan pertemanan mereka. Tetapi sayangnya, Isabela sudah menemukan cinta pertamanya. Orang yang sangat Arkana khawatirkan. Karena jika keduanya tahu, maka tidak hanya Gala saja yang terluka, namun Isabela juga. "Isabela punya kekasih, kamu tahu itu?" Tanya Arkana kepada Arond yang langsung ditanggapi dengan anggukan kecil dari laki-laki itu. Apalagi Arond sempat melihat kejadian tidak terduga ketika dirinya datang menemui Isabela beberapa hari yang lalu—ketika Isabela dan kekasihnya itu hampir saja berciuman. Dia tidak berhak untuk mengatakan apapun kepada Arkana. Apalagi dia tahu bahwa kekasih Isabela adalah teman baik Arkana, setidaknya itu yang dia dengar dari Isabela. Arond hanya menghela napas panjang dan kembali menatap Arkana serius. "Apa Kakak setuju dengan hubungan mereka? Aku dengar jika Kakak dan kekasih Isabela berteman baik? Jadi, bukankah itu lebih baik?" Tanyanya penasaran. Arkana menggelengkan kepalanya pelan, "aku tidak pernah berpikir tentang hubungan keduanya. Aku baru mengenalkan Isabela dan Gala beberapa Minggu yang lalu. Mereka baru bertemu beberapa kali. Namun sepertinya keduanya memang saling tertarik. Aku pikir, ... Isabela akan menyukaimu. Ternyata aku salah menebaknya. Temanku sendiri lah yang dia cintai. Aku melihat wajah Isabela yang bahagia ketika bersama dengan Gala. Tapi jujur saja, aku tetap merasa khawatir." "Aku pun akan merasakan hal yang sama jika menjadi Kakak. Aku punya adik perempuan. Pada suara waktu, dia mengenalkan seorang laki-laki padaku, aku benar-benar marah saat itu. Tapi setelah itu, dia marah dan tidak mau bicara padaku lagi. Jadi, hubungan kami tidak baik sampai sekarang. Bahkan aku memilih tinggal di rumah kontrakan dibanding di rumah. Kami tidak saling bicara sampai hari ini dan seperti orang asing." Curhat Arond yang mulai terbiasa dengan Arkana. "Ah, maaf karena tiba-tiba bicara santai, Kak." Sambung Arond dengan tidak enak. Arkana menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. Dia sama sekali tidak keberatan dengan pembicaraan mereka kali ini. Arkana merasa jika dirinya tidak sendirian; khawatir ketika adik perempuannya telah mengenal cinta. Karena terkadang mencintai seseorang tidak semudah itu. "Isabela terlalu muda untuk patah hati. Walaupun Gala bukan tipikal laki-laki yang sering bergonta-ganti pasangan, namun dia laki-laki kaya yang bisa melakukan apapun yang diinginkannya." Tandas Arkana kembali, mencoba menganalisis tentang temannya yang sekarang menjadi kekasih adiknya itu. Kekhawatiran seorang Kakak memang sangatlah wajar. Apalagi kejadian di masa lalu membuatnya semakin waspada. Arkana tidak bisa mempercayai siapapun untuk menjaga Isabela, bahkan kepada Gala sekalipun. Ditambah dengan profesi Arkana yang berbahaya membuat dirinya semakin khawatir dengan keadaan Isabela. Dia tidak mau kesalahannya, membuat Isabela terancam dalam bahaya. "Aku sudah kehilangan orang tuaku, aku sudah kehilangan segalanya dan hanya Isabela satu-satunya yang aku punya. Isabela adalah bagian penting dalam hidupku. Jika dia tidak ada di dunia ini, untuk apa aku hidup? Jadi, lebih baik aku yang mati daripada kehilangannya. Aku tidak mau lagi kehilangan seseorang yang penting dalam hidupku. Cukup orang tuaku. Jangan Isabela!" Tandas Arkana yang kembali mengungkapkan perasaan takutnya. Arond mungkin tidak akan mengerti mengapa Arkana begitu takut ketika tahu bahwa Isabela berhubungan dengan Gala. Namun Arond seperti merasa bahwa sesuatu telah terjadi kepada Arkana sehingga membuat laki-laki itu tampak ketakutan dan tidak nyaman dengan hidupnya. Setelah itu, mereka tidak lagi bicara satu sama lain. Terjadi keheningan yang cukup panjang sehingga suasana menjadi canggung. Arkana beranjak dari duduknya, mengeluarkan uang dari dalam saku celananya dan meletakkannya di bawah cangkir minumannya. "Arond," panggil Arkana kepada Arond yang baru saja ingin menolak Arkana membayarkan minumannya ini. "Mari jangan bertemu lagi! Aku tidak ingin membicarakan apapun lagi. Tolong saling tidak kenal dan menjauh lah dari kehidupan kami. Kehidupanku dan Isabela sulit, aku tidak mau melibatkanmu ke dalam hubungan yang rumit. Kau mengerti, 'kan?" Sambungnya. Arond sedikit kaget, namun dengan berat hati akhirnya dirinya memilih untuk menganggukkan kepalanya. Dia tidak mempunyai alasan untuk tetap bertemu Arkana atau Isabela. Mereka memang dipertemukan hanya untuk sebentar dan sementara. Arkana mengembangkan senyuman tipisnya dan benar-benar pergi dari hadapan Arond tanpa mengatakan apapun lagi. Arond sendiri hanya menatap kepergian Arkana. Dia pun tidak berniat untuk mengatakan salam perpisahan seperti yang seringkali dilakukan di film-film. Mereka pun bahkan baru bertemu tiga kali ini, baru bicara dua kali ini, dan Arkana sudah memintanya untuk tidak bertemu. Namun, dia sedikit merasa tidak enak ketika Arkana mengatakan bahwa dia harus menjauhi Isabela juga. Padahal, Arond merasa bahwa Isabela adalah teman yang baik dan mempunyai suatu hal yang sama—dalam artian hobi dan kesukaan. Namun seperti yang sudah dia setujui tadi, dia pun harus menjauhi perempuan itu. "Mengapa Kakak Isabela mengatakan hal yang aneh? Mengapa dia tampak bersalah dan sangat ketakutan saat menceritakan tentang Isabela? Jadi, apa yang sebenarnya terjadi kepada keduanya? Lalu, ... siapa sebenarnya Kak Arkana itu?" Ucap Arond kepada dirinya sendiri yang mencoba untuk menebak-nebak, namun tidak ada satupun jawaban yang mampir ke otaknya. Arond menghela napas panjang, "dia bilang, ... kehidupannya dan Isabela sulit, jadi dia tidak ingin melibatkan aku. Apa maksudnya dengan tidak mau melibatkan aku?" Semua itu meninggalkan tanya yang tidak bisa Arond pecahkan. Laki-laki itu hanya bisa diam sambil menatap ke arah dinding kaca di mana sosok Arkana sudah hilang ditelan waktu. Arond tidak akan mendapat jawaban apapun dari pertanyaannya, karena Arkana memang tidak memberikan jawaban apapun. Sekeras apapun mencari tahu, sosok Arkana akan tetap misterius. ~~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD