BAB 74 | Berita yang Aneh

1035 Words
BIG Boss bersembunyi di dalam diri seorang Arkana. Jadi, ketika insting seorang Big Boss dibutuhkan, maka sosok Arkana akan terpendam diam tanpa berusaha untuk keluar. Ketika Big Boss mengambil alih posisi, ada banyak perubahan yang menandai hilangnya sebagian diri Arkana yang lain. Seluruh penyesalan pun hilang dalam sekejap, yang tersisa hanyalah sekedar rasa ingin membunuh untuk mendapatkan uang sebanyak yang dia bisa upayakan. Tidak ada manusia yang terlahir dan hidup ingin menjadi seseorang yang dibenci; seorang pembunuh. Tetapi beberapa keadaan memaksa untuk menjadikan diri sebagai alat bagi orang lain untuk menegaskan rasa marah dan emosi. Dunia ini sudah lama tidak membutuhkan orang dengan jiwa yang baik. Kebanyakan orang membutuhkan orang-orang yang berani untuk menyelesaikan masalah. Tentunya dengan berbagai macam cara. Entah baik atau buruk, semua hal harus bisa untuk sekedar menyelesaikan masalah. Namun orang-orang sepertinya bisa marah dan kesal kepada seseorang. Sehingga perasaan ingin membunuh karena uang itu perlahan hilang dan digantikan dengan perasaan ingin membunuh karena dendam. Seperti semakin marah dan emosinya, pasti penyesalan itu semakin tidak ada dan hilang begitu saja karena terbiasa. Beberapa hari belakangan ini, mood Arkana sedang buruk. Masalah yang terjadi di Jendela Kematian membuat dirinya menjadi pribadi yang penuh dendam dan amarah. Apalagi untuk masalah-masalah lainnya yang tidak ada habisnya. Membuat kesabaran Arkana semakin menipis. Lalu hari ini, ada seseorang yang membuat salah satu orang yang penting dalam hidupnya terluka. Arkana tahu bahwa semua itu tidak hanya tentang masalah mudah yang diremehkan seperti berita sialan di internet yang tidak mempunyai dasar apapun. Ini adalah masalah serius yang sebenarnya hanya ditutupi. Berita kali ini menjelaskan bahwa seseorang ditemukan kritis di dalam mobilnya karena luka tusukan. Lalu dugaan yang tidak masuk akal pun dimasukkan ke dalam pengantar berita; diduga karena perempuan tersebut memasukkan laki-laki tidak dikenal ke dalam mobilnya. Bahkan mereka tidak bisa menggunakan pilihan kata yang lebih masuk akal daripada tulisan murahan semacam itu. Semua itu lebih mirip dengan cerita karangan yang tidak mengedepankan logika. Bahkan laporan lainnya pun menjelaskan bahwa ditemukannya perempuan oleh polisi yang tengah berpatroli. Lalu, bagaimana dengan bagian ambulance yang datangnya bersamaan dengan mobil polisi tersebut? Apakah itu hanya sekedar kebetulan semata? Arkana menatap ruangan operasi yang berada di depannya. Telapak tangannya mengepal dengan sangat kuat, dia benar-benar kesal dengan tingkah orang-orang yang mulai mempermainkan dirinya. Bahkan mereka sudah mulai berani untuk melukai orang lain yang mereka anggap sebagai bagian dari Arkana. Tanpa basa-basi, laki-laki itu pun melangkahkan kakinya untuk keluar dari area rumah sakit. Matanya pun fokus kepada jalanan yang sempat dilewati oleh ambulance itu untuk membawa Kana ke rumah sakit. Sebenarnya Arkana penasaran, apa yang sebenarnya terjadi sehingga orang-orang bicara dengan tidak masuk akal. Meskipun marah, namun Arkana pandai mengendalikan dirinya. Dia berusaha terlihat tenang meskipun kepalanya penuh dengan tanda tanya. "Kak Arkana," panggil seseorang yang baru saja keluar dari taksi dan berlari ke arahnya dengan terburu-buru. Arkana menunggu kedatangan orang itu ke arahnya, "apa kamu melacak Kana dan datang kesini? Bagaimana kamu bisa sampai kesini?" Pertanyaan itu sama sekali tidak terpikirkan olehnya sama sekali. Dia berpikir bahwa Arkana akan mulai bertanya tentang hal macam-macam atau cemburu karena dirinya dengan tidak punya sopan santun datang ke rumah sakit dengan perasaan yang campur aduk. "Arond," teriak Arkana yang berhasil menyadarkan laki-laki itu, Arond, dari lamunannya. "Iya, Kak? Bagaimana keadaan Kana sekarang? Apa dia baik-baik saja atau lukanya ada yang parah? Aku—" lagi, ucapan Arond terpotong begitu saja dengan tanggapan Arkana yang tak mampu dibaca oleh Arond. Padahal biasanya dia bisa melihat gerak-gerik Arkana. Namun kali ini, dia seperti tidak bisa melihat sedikit saja tentang apa yang tengah Arkana pikirkan. "Kamu tahu keberadaan Kana bagaimana? Kana meneleponmu? Lalu setelah itu?" Tanya Arkana dan semua itu membuat Arond tampak kebingungan. Namun sebisa mungkin, Arond menjawab pertanyaan laki-laki itu dengan mengambil ponselnya yang ada di dalam saku pakaiannya dan memperlihatkannya kepada Arkana. Meskipun dia sangat takut dianggap sebagai orang yang tidak tahu cara menghargai privasi orang lain. Apalagi posisinya sekarang, Kana adalah kekasih Arkana. "Maaf, Kak, aku lancang karena sudah memasang alat pelacak di ponselnya. Tapi aku benar-benar hanya sekedar memasang alat itu untuk berjaga—" untuk kesekian kalinya ucapannya terpotong dengan tindakan Arkana yang langsung mengambil ponsel Arond tanpa permisi sama sekali. Arkana langsung mengotak-atik ponsel Arond. Berusaha mendapat informasi apapun yang ada di sana. Dia memang tidak sepandai Happy dalam menggunakan teknologi. Tapi kurang lebih dia tahu, bagaimana cara memanfaatkan beberapa fitur yang bisa digunakannya untuk melacak siapakah orang yang ada dibalik ini semua. "Bisakah aku meminjam ponselmu sebentar?" Tanya Arkana kepada Arond yang hanya bisa mengangguk. Dia tidak bisa menolak sama sekali karena yang memintanya adalah Arkana. Laki-laki itu tersenyum penuh arti kepadanya, "tolong jaga Kana untuk beberapa jam ke depan. Aku harus menyelesaikan sesuatu yang sangat penting. Isabela dalam perjalanan. Aku bisa mengandalkanmu, bukan?" "Ah, ... tapi bagaimana dengan Kakak? Apa Kakak tidak mendampingi Kana sekarang? Dia pasti sangat senang kalau Kak Arkana ada disebelah—" Arkana menepuk bahu Arond dan segera beranjak pergi tanpa berusaha mendengarkan apa yang akan Arond katakan kepadanya. Sepertinya ada sesuatu yang memang lebih penting daripada menjaga Kana yang sedang berada di dalam ruangan operasi. Namun, ada apa dengan ponselnya? Mengapa harus menggunakan benda itu? Arond mengerutkan keningnya bingung. Dia tidak bisa bertanya karena Arkana sepertinya memang tidak berniat menjawab. Namun dia pun merasa janggal dengan apa yang akan dilakukan seorang Arkana dan apa yang mungkin seorang Arkana lakukan untuk sekedar memberikan pelajaran kepada orang-orang yang telah berbuat jahat? Dia memilih untuk masuk ke dalam rumah sakit. Sialnya, Arond lupa pada bagian kata tentang nama seseorang yang beberapa Minggu ini dirinya hindari. Setelah melihat gambar seseorang yang ada di sketchbook milik Isabela itu, Arond menjadi lebih dingin kepada perempuan itu. Lalu, mereka sekarang bertemu dan berada dalam satu situasi yang sama. Terlihat Isabela datang dan menatap ke arahnya dengan senyuman yang sangat manis. Sayangnya, Arond berusaha untuk mengendalikan dirinya dan hanya menundukkan kepalanya. Sekedar memberikan hormat dan meninggalkan Isabela sendirian. Seperti menjelaskan jika ada yang tidak beres dengan dua orang itu. Isabela memegang tali tasnya dengan sangat kuat. Mendapatkan tatapan semacam itu membuatnya tidak bernyali. Lagipula, mereka sudah pernah bicara dengan hangat. Jadi ketika salah satunya dingin. Itu masalah, bukan? Jadi, mereka lebih memilih untuk menunggu. Menunggu sesuatu yang tidak pasti apa yang ditunggu. ~~~~~~~~~~~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD