Sedingin Es

1240 Words
Seminggu kemudian.. Selama seminggu belakangan aku tak pernah absen mengunjungi rumah Gerald. Entah untuk melihat kondisinya dan berusaha mengenalkan kembali Gerald dengan kenangan akan kami berdua secara perlahan. Aku juga berusaha untuk sangat telaten mengurus semua keperluan Gerald karena bagian kaki kirinya patah. Walau gerald merasa asing denganku tapi aku tak akan pernah mau menyerah untuk membantunya sembuh. Pagi ini, seperti biasa aku sudah bersiap untuk segera berangkat ke rumah Gerald. Tak lupa mama menyiapkan makanan favorite Gerald kali ini untuk dibawa. Makanan itu adalah udang saos mentega. Sejak pagi tadi mama memang yang sudah paling sibuk. Mama juga tahu dan akan selalu mendukung aku untuk kesembuhan Gerald serta kembalinya hubungan kami nantinya. “Ma, aku berangkat ya.” Kataku saat sudah selesai menuruni anak tangga dan menuju ke dapur. Mama kala itu sedang sibuk mencuci piring menoleh ke arahku. “Kamu enggak sarapan dulu?” tanya Mama. “Nanti aja di sana bareng Gerald, Ma. Lagian hari ini jadwal Check up Gerald aku enggak mau dia marah- marah karena terlambat.” Kataku sambil menenggak segelas air putih. “Ya sudah, ini bawa jangan telat sarapan ya. Nanti magh kamu bisa kambuh.” Ucap mama sambil menyodorkan sebuah rantang yang berisi makanan. Aku pun berpamitan dengan mencium tangan mama dan membawa rantang tersebut menuju mobil. Walau ini masih pagi tapi aku tak ingin Gerald marah padaku karena terlambat menjemputnya. Sikap Gerald memang sedikit berubah, dia sekarang terlihat lebih pemarah dan angkuh. Tak seperti biasanya yang hangat dan romantis. Tapi aku tak ingin terlalu ambil pusing dengan sikap Gelard kali ini karena masih di batas wajar menurutku. “Drrrttt..” getar panjang dari ponselku membuyarkan fokusku yang sedang menyetir kala itu. Aku mengambil earphone ku yang berada di dashboard mobil dan menjawab panggilan tersebut yang tak lain dari Tania. “Ya hallo kenapa Tan??” “Bisa ke Cafe hari ini enggak? Kangen tahu, udah lama nggak ketemu.” Celotehnya yang tak ku pungkiri kalau aku juga merindukannya. Sejak Gerald masuk rumah sakit karena kecelakaan itu, koma dan akhirnya kembali kerumah aku tidak pernah sekalipun kembali ngobrol dengan Tania bahkan lewat ponsel. “Aku juga kangen kok. Gimana Cafe? Amankan?” tanyaku lagi. Di sana aku sempat mengedenarkan sedang mengendus kesal. “Kamu tuh, tanyain kabar aku gitu jangan Cafe mulu ih bete.” Katanya kesal. “Yaudah lanjut nanti ya, aku lagi nyetir soalnya takut nggak fokus.” Kataku. “Oke hati- hati ya cantik. Pokoknya hari ini aku tunggu di Cafe. Daaa..” serunya lagi dan ia menutup panggilan telefonnya.sementara aku hanya bisa tersenyum dan kembali melanjutkan perjalananku menuju rumah Gerald. # # # Sesampainya di rumah Gerald dan sudah memarkirkan mobilku. Aku masuk membawa rantang menuju ruang makan. Di sana suadah ada Tante Mayang yang sedang menata meja makan. Aku meletakkan rantang itu diatas meja dan memeluk tante Mayang. “Gerald udah bangun, Ma?” tanyaku. “Udah lagi ganti baju kayaknya. Kamu udah sarapan?” tanya Tante Mayang. Dan aku menjawabnya dengan menggelengkan kepalaku. “Pas kalau gitu, kita sarapan bareng yuk. Ini kamu bawa apa?” ajaknya sambil membuka rantang. “Udang saos mentenga, Ma.” Jawabku sambil duduk berhadapan dengan Tante Mayang yang sedang menyendok nasinya ke piring. Aku membalik piring yang dalam keadaan tertutup itu dan ikut menyendok nasi ke piringku. “Udah dateng? Hayuk langsung ke rumah sakit.” seru Gerald yang membuatku menghentikan aktivitasku. Dan membuat aku dan Tante Mayang menoleh ke arahnya yang sedang menyancingkan kemeja berwarna putih itu. “Sarapan dulu, sayang. Kasian Gladis baru aja sampai dan belum sarapan loh.” Ajak Tante Mayang kepada Gerald. “Enggak nanti aja di jalan deket rumah sakit. ini hari senin Ma, jalanan pasti macet.” Keluhnya ang membuatku meletakkan piring kosong itu ketempat semula. “Kamu nggak keberatan kan?” tanya Gerald padaku. Sejujurnya aku sudah terasa lapar tapi aku tak ingin membuatnya kesal. Mungkin aku bisa menyetir sambil makan roti nanti. “Iya nggak apa- apa. Ayok kita berangkat sekarang.”Jawabku sambil tersenyum. “Tapi Gerald, Gladis udah bawain makanan kesukaan kamu loh.” Tambah Tante Mayang yang tidak digubris oleh Gerald dan ia pun pergi. “Gerald, Mama belum selesai bicara Ge.” Ucap beliau yang kesal dengan kelakuan anaknya yang pergi tanpa berpamitan dengannya. “Nggak apa- apa, Ma mungkin Gerald bosan dengan masakan rumahan dan mau jajan di luar kalau gitu aku pamit ya.” Kataku lagi sambil berpamitan dengan Tante Mayang. Aku segera mengejar lelaki itu menuju mobil. Dan benar saja ia sedang berdiri di samping mobil memainkan ponselnya. “Ayo, masuk.” Kataku sambil membuka pintu mobil bagian depan. Tanpa menoleh ke arahku, ia masuk dan seperti biasa duduk di kursi belakang. Terasa aneh memang, tapi kebiasaannya selama seminggu terakhir ini membuatku tak asing dengan salah satu sikapnya tersebut. Aku mulai mengenakan seat belt dan menyalakan mesin mobil. “Udah siap, Ge?” tanyaku padanya yang masih tertuju dengan ponselnya sambil tertawa. Entah apa yang membuatnya bahagia kali ini menatap benda persegi itu. “Heemm..” jawabnya singkat. Aku meliriknya dari kaca spion. Dan benar seperti dugaanku, kalau ia belum mengenakan seat belt. Aku kembali mematikan mesin mobilku. “Loh, kenapa?” tanyanya yang akhirnya menoleh ke arahku. “Usahain seat belt kamu di pakai dong, Ge.” Kataku ketus sambil menatap lurus kedepan. “Ya ialah, hal kecil kayak gini aja di ributin.” Katanya yang membuatku semakin emosi. Namun aku tahan dengan menarik nafas dalam- dalam dan membuangnya. “Kita semua pernah hampir kehilangan kamu tiga bulan lalu. Jadi tolong pasang seat beltnya.” Kataku lagi dengan nada meninggi dan kini menatapnya tajam. Ya, aku marah kalau ini menyangkut keselematannya tapi mungkin kali ini aku terbawa suasana lapar jadi ku lepaskan sedikit amarahku padanya. “Iya, bawel..” gerutunya sambil memasang seat belt. Aku pun kembali menyalakan mesin dan menyusuri jalan menuju rumah sakit, tempat dimana lelaki itu akan melakukan Check up. # # # Sesampainya di rumah sakit, kami kembali mengkonfirmasi jadwal Check up hari ini. Yang kebetulan dokter juga sudah datang jadi tak perlu menunggu lama. Sejak persitiwa marah- marah tadi di mobil aku sampai lupa untuk makan dan hanya mengganjalnya dengan sebotol air mineral yang sudah aku teguk hingga habis. Aku tak mungkin meninggalkan lelaki itu sendiri karena aku takut ia akan butuh sesuatu. Walau dia bukan anak kecil tapi lagi- lagi aku sudah terbiasa ada untuknya. Entah kenapa aku selalu takut untuk meninggalkannya seorang diri. Check up kali ini berjalan tak begitu lama, hanya berlangsung tiga puluh menit dan kata Dokter perkembangannya untuk pulih berjalan dengan pesat. Ia hanya butuh jadwal Check up sekali lagi, yaitu minggu depan untuk kembali memastikan ia benar- benar pulih. “Makan yuk, aku laper nih.” Ajakku padanya. “Enggak mau, kalau kamu mau makan aja biar aku pergi pakai taksi.” Tolakknya yang lagi- lagi sambil memainkan ponsel. Kesal? Sudah pasti, aku sengaja menahan rasa laparku sampai saat ini, agar kita bisa makan bersama namun yang kudapati malah jawaban yang membuat dadaku sessak. “Kita pisah di sini aja ya.” Serunya yang membuatku kaget. “Kamu mau kemana? Biar aku antar ya.” Tawarku. “Kamu itu emang nggak punya kegiatan lain ya? Sampai kemana pun harus sama- sama aku terus?” “Deg..” pernyataannya barusan seperti anak panah yang tepat sasaran. Aku sempat terdiam lemas. Kata- katanya barusan memang benar tapi aku melakukan semua ini hanya untuknya. Tak bisakah ia bersikap manis padaku sekali saja. Seperti dulu saat ia belum mengalami kecelakaan itu. Apakah ia bosan denganku? Apakah aku salah terus ada di sisinya? Banyak pertanyaan yang ingin sekali aku lemparkan tapi saat ini bukan waktu yang tepat karena dia bukan Gerald, kekasihku yang selalu mencintaiku. Lelaki itu terus berjalan tanpa memperdulikan aku yang tak bergeming ditempat. Aku berusaha semampuku menahan semua amarahku. Menahan semua tangisku yang lelah dengan semua sikapnya. “Gue duluan ya.” Katanya santai saat ia menoleh sekilas ke arahku dan berlalu pergi begitu saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD