Hilang ingatan

1036 Words
Tiga bulan kemudian ... Tiga bulan belakangan ini rasanya semua terasa berat bagiku terutama tentang pernikahanku yang terpaksa harus di tunda terlebih dulu, mengingat keadaan Ge yang belum sadarkan diri. Aku selalu berharap jika semua ini mimpi dan aku akan segera terbangun namun hasilnya nihil. Inilah sebuah kenyataan serta Realita atas apa yang sedang terjadi dihidupku saat ini. Selama tiga bulan aku memutuskan untuk keluar dari kantor ayah dan kini posisiku sudah kembali diisi oleh kak Dimas. Ya kak Dimas adalah kakak satu- satunya yang aku punya karena kami terlahir hanya dua bersaudara. Urusan Cafe sepenuh aku berikan kepada Tania. Duniaku mulai hancur. Duniaku mulai kosong dan gelap tanpa Ge. Andai aku boleh meminta bisakah aku yang berada diposisi Ge, menggantikan setiap rasa sakitnya.Yang sekarang berteman akrab dengan peralatan medis yang menempel ditubuhnya. “Dis ..” Sapa Tania saat memasuki ruangan bersama Tante Mayang yang tak lain adalah Mama Ge. Beliau adalah satu- satunya keluarga yang Gerald punya. Beliau juga yang selalu setia menjaga dan merawat Gerald setelah aku. “Tania, kamu kenapa ke sini? Ada apa? Ada masalah sama Cafe?” tanyaku bertubi- tubi. “Enggak apa- apa Dis. Kamu tenang aja ya semua aman.” ucapnya sambil tersenyum. “Gladis sayang kamu makan dulu ya di bawah sama Tani. Biar mama yang jaga Ge.” pinta mama Ge. “Tapi Ma, Aku enggak lapar.” jawabku memelas lemah. Selama tiga bulan belakangan aku hanya mengkhawatirkan Ge. Hingga aku tak peduli dengan diriku sendiri. Pola makanku pun makanku pun tak jelas. Hingga dua hari ini aku lupa makan dan hanya menangis di sampingnya. “Walau kamu enggak lapar, seharusnya kamu isi sedikit perut kamu ya sayang. Wajah kamu udah terlalu pucat. Apa kamu mau Ge sedih pas sadar melihat kamu begini. Mama mohon ya sayang demi Ge.” Rayu beliau lagi dan aku menganggukkan kepala. “Yuk Dis..” ajak Tania. Kami pun akhirnya meninggalkan ruang rawat Ge dan berjalan menuju Kantin atau restoran di rumah sakit ini. “Dis, apa kamu mulai lelah?” tanyanya membuka obrolan saat kami masih berjalan melewati beberapa koridor. “Aku baik – baik aja kok Tan.” kataku sambil tersenyum tipis. Walau aku tahu sebenarnya sahabatku ini tak bisaku bohongi. Bibir pucat, mata sayu dan terdapat melingkar hitam di sekelilingnya ini sudah menjadi bukti lelahku yang bisa ia lihat. “Kalau kamu capek, kamu bisa berhenti Dis . Kalau kamu butuh aku, aku selalu ada buat kamu .” tambah Tania. “Terima kasih ya Tan ..” kataku sambil tersenyum. Aku beruntung punya sahabat sepertinya didunia ini. Ada saat suka maupun duka. Tak pernah ada kata lelah dihidupnya untuk tetap bersamaku kalaupun ada tak pernah di ucapkannya kepadaku. Suasana kantin saat itu lumayan agak sepi. Aku dan Tania sedang menikmati makanan dengan santai. Sudah lama rasanya sejak keadaan Gerald koma aku tak pergi dengannya. “Oh ya Dis, angkatan kita waktu SMP nanti mau mengadakan acara reuni loh.” seru Tania membuka obrolan saat kami tengah menikmati makan siang tersebut. “Oh ya, masa sih? Satu angkatan atau satu kelas aja Tan?? Tanyaku. “Kabarnya sih angkatan kita semua. Kangen juga sama masa – masa SMP kita Dis. Enggak sabar rasanya. Pokoknya nanti kita berangkat bareng ya Dis.” Ajak Tania yang begitu antusias. Dan aku menjawabnya dengan mengangguk pelan dan tersenyum. Hanya itu yang aku bisa tanpa harus mematahkan semangatnya untujk acara ini. “Drrrtt ..” getar ponsel menghentikan pembicaraan di antara kami berdua. Dari mama Gerald . Heem ada apa? Batinku yang penasaran dan langsung meraih ponselku dan menjawab panggilan itu. “Dis.. Ge sudah sadar sayang. Kamu cepat kesini ya.” kata beliau yang membuat aku kaget dan perasaanku campur aduk. Keajaiban ini akhirnya datang. Aku bisa melihat Ge tersenyum lagi. “Dis.. Dis..” Tania menggoyang – goyangkan tubuhku sehingga aku tersadar dari rasa bahagiaku sendiri. “Ge sadar Tan..” “Hah? Kamu enggak bercanda kan?” tanyanya dengan mata terbelalak serasa ingin keluar dari tempatnya berada saat ini. Aku pun segera mengajaknya menuju ruang rawat Ge tanpa terpikir ingin menghabiskan makanan tersebut. Aku tahu ini adalah rumah sakit tapi aku tak sabar melihat keadaan kekasihku Ge. Aku berlari menyusuri setiap lorong yang berada di rumah sakit ini. “Ge tunggu aku ya. Aku kangen sama kamu.” batinku sambil bersemangat berlari menuju kamar rawatnya. Sesampainya di depan kamar Ge aku berhenti mengambil nafas panjang dan merapikan dandananku saat ini. Dengan pelan aku menarik knop pintu dan berjalan masuk. Aku melihatnya sedang berbicara dengan mamanya dan dokter yang menanganinya. Ya dia benar – benar sudah sadar. Aku berlari ke arahnya dan memeluknya erat dirinya. “Ge, aku kangen kamu." Kataku yang berusaha menumpahkan rasa rinduku padanya. Aku berharap dia pun menjawab dengan jawaban yang sama. “Kamu siapa?” tanyanya sambil melepaskan pelukku. “Kamu bercanda ya aku Ini Gladis tunangan kamu sekaligus calon istri kamu. Tolong Ge ini enggak lucu.” jawabku kesal. Ge berusaha mengingat kembali namun yang ada ia merintih kesakitan. Dokter yang menanganinya memberikan obat penenang. Perlahan Mama menarikku keluar dari ruang rawatnya. Tak lama juga di susul oleh Dokter yang keluar dari ruang rawat Ge. Kami semua bingung apa yang sebenarnya terjadi. “Dok.. Ada apa ini?” tanyaku penasaran. “Sabar Dis..” Ucap Tania sambil merangkul diriku. “Sepertinya Tuan Gerald sedang mengalami amnesia karena benturan yang dialaminya saat kecelakaan kemarin. Hingga Tuan Gerald tidak bisa mengingat memori beberapa tahun belakangan ini termasuk mengenali Nona Gladis. Tapi saat masih harus melakukan pemeriksaan ulang untuk membenarkan apa yang saya katakan barusan.” Jelas sang Dokter yang mejawab dengan jelas rasa penasaranku barusan. Namun masih ada satu hal yang membuatku khawatir apakah ini akan berjalan sebentar atau mungkin lama. “Apa ada cara agar ingatan Gerald kembali cepat, Dok?” tanya Tania yang masih mengusap- usap punggungku. “Selama yang saya tahu tentang kejadian ini agar ingatan Tuan Gerald cepat kembali adalah dengan mengajaknya ke tempat- tempat yang sering di datangi, lewat foto dan mungkin masakan yang ia sukai. Tapi selain itu kondisi Tuan Gerald harus selalu stabil dan jangan di paksakan untuk segera mengingat karena bisa saja mempengaruhi kesehatannya terutama bagian otak Tuan Gerald. Dengan kata lain jika kondisinya semakin memburuk akan terjadi pendarahan di otaknya serta bisa saja kematian.” Tambah sang Dokter. Dengan kata lain kami tidak bisa membiarkannya untuk mengingat hal apapun terlalu keras. “Baik Dokter terima kasih, kami akan usahakan untuk mengutamakan keadaan Gerald terlebih dahulu.” Tambah Tante Mayang. Mungkin di dalam hati Tante Mayang kesembuhan Ge saat ini jelaslah nomer satu. Karena tiga bulan kehilangan anaknya dalam keadaan koma sudah membuatnya cukup menderita.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD