3. Hobi (yang) Ngabisin Duit

1199 Words
Ketika para perempuan diluar sana bisa belanja belanja tas branded mahal dari gajinya , apalah dayaku yang hanya cungpret ini , beli make up saja harus nunggu diskon murah meriah , walau berpenghasilan sendiri bukan berarti aku bisa senang senang dengan gajiku sendiri , apa lagi jika suamimu adalah Tuanku yang agung Amar Syarif si maha benar , harus lebih ekstra sabar . Sudahlah tanggal tua , dapat kolingan dari ibu mertua , bilang kalau kebutuhan rumah tangga habis semua , sedang suamimu malah asik dengan teman jaman susahnya . Siapa yang bisa kumintai pertanggung jawaban jika sudah begitu? , mas Amar? halah , dia pasti akan bilang ' talangin dulu kenapa dek , nanti uangmu ku ganti kalau gajian? ' . harapan tak sesuai kenyataan sayang . Ketika waktu gajian tiba , bukannya mengganti uangku yang dulu dikirim pada ibunya , malah uang belanjaku yang sudah sedikit , dipangkas tinggal seuprit . Ibarat makan buah simalakama , jika aku menolak untuk mentransfer uang ke rekening ibu mertua , sudah barang tentu Omelan nya akan sepanjang jalan kenangan , dan masalah ini pasti akan di jadikan bahan pergunjingan para kerabat sepanjang tahun hingga lebaran tahun depannya lagi . Aku hafal betul kebiasaan ibu mertuaku , bukan setahun dua tahun , tapi lima tahun sudah aku jadi menantunya sodara sodara . Tapi jika ku transfer maka aku harus memangkas tabungan lagi bulan ini . karena sepedas apapun mulutku mengomel tentang betapa nggak bertanggung jawabnya suamiku Amar Syarif , tetap saja aku nggak tega membuka aibnya didepan mami mertua . Yah , perdebatan kali ini antara hati dan logika , tetap saja hati nurani yang menang . Jika aku jujur pada mami kalau kami nggak mempunyai cukup dana untuk memenuhi kebutuhan berlebihan mami karna semua gaji mas Amar bahkan sudah habis sebelum waktu gajian bulan depannya turun , maka aku akan semakin di salahkan dan di anggap nggak becus mengurus keuangan rumah tangga . kebanyakan ibu mertua memang begitukan ? nggak mau tanya apa sebab musababnya dulu dan langsung menjatuhkan vonis . Jangankan mami , aku yang istrinya saja jarang kebagian uang gaji suamiku . boro boro gaji , keperluan rumah tangga saja kadang masih harus aku yang keluar duit . hari ini contohnya . weekend begini pagi pagi malah sudah hujan , alhasil suamiku Amar Syarif sudah barang tentu membatalkan rencana nongkrong bareng ' teman jaman susahnya ' serba salah sebenarnya sih aku . dia dirumah reseknya bukan main , bukannya membantu beberes rumah tapi malah membuat apa apa yang sudah kurapikan menjadi semakin berantakan . tapi kalau dia nggak dirumah , aku yang senewen karna pengeluaran akan semakin membengkak . seolah nggak mengerti tabiat para 'teman jaman susahnya ' Amar Syarif , mereka pasti akan pergi kongkow-kongkow nggak jelas di kafe atau resto resto mahal tanpa mikir istri mereka di rumah menghadapi nyinyiran mertua yang amat pedas . " kamu baca apa sih? serius banget ? dahinya sampek berkerut gitu ? " saat ini kami sedang duduk santai di sofa ruang TV , meski televisi dihadapanku terus mengocehkan berita minyak goreng yang langka belakangan ini , tapi aku malah sibuk sendiri dengan ponsel di tangan " baca sendiri aja nih " kusodorkan ponselku yang masih menunjukkan aplikasi w******p percakapanku dengan mami . mas Amar langsung meringis ketika selesai membaca chatt dari maminya . " aduh yang , ini kan tanggal tua " alasannya itu lagi itu lagi , dia berkata sambil menggaruk kepalanya yang aku yakin nggak gatal sama sekali " ya kamu pikir dompetku juga nggak kenal tanggal tua? " sewotku " yaudah bilang aja kalo kita lagi nggak ada " sarannya mungkin akan terdengar bagus kalau mami ini jenis mertua yang pengartian , tapi kalau kebalikannya pengertian apa nggak mengumpankan diri jadi bahan cacian namanya " dan biarin mami ceramah semalam suntuk bilang aku nggak becus ngatur keuangan rumah tangga gitu? " jawabanku semakin ngegas " ya kan kita emang lagi nggak bisa yang , bilang aja ada keperluan nggak terduga kemaren jadi uangnya kepakek gitu " " aku bahkan udah hafal dialognya mas , ' makanya rin , jadi perempuan kamu harusnya bisa atur keuangan rumah tanggamu dengan benar , sisihkan sebagian gaji suamimu untuk di tabung , jika ada keperluan mendesak begini jadi kamu nggak pusing pusing karena punya tabungan ' seandainya aja mami tahu kalau jangankan untuk di tabung , buat skincare aja aku nggak kebagian gaji suamiku lagi " " ya maaf dong yang , kamu kan tahu kalo cicilan kita bahkan belum lewat setengahnya " " cicilan kita? , kamu kali mas , coba kamu inget inget kemana aja gajimu perginya setiap bulan . yang cicilan mobil , handphone , jam tangan itu semua kebutuhannya siapa , kamu kan ? , rumah ini pun sebenernya kelewat besar kalau cuma kita berdua aja yang nempatin " " ya aku kan pilih rumah ini buat pertimbangan kalau kita punya anak nanti yang , pilih yang lahannya luas , kamarnya cukup kalau kerabat kita nginap nantinya , tapi nyatanya sampai sekarang kamu bahkan masih keberatan kalau aku minta berhenti pake kontrasepsi " " ya gimana mau mikirin punya anak kalo kamu aja kelakuannya masih kayak bujangan , nongkrong aja kerjanya gitu . kamu nggak mikir panjang mas , kalo aku hamil otomatis akan berhenti kerja , lalu siapa yang akan mikirin kalo gas abis , listrik belum di bayar , mami minta transferan ? kamu yang mikirin ? yakin kamu nggak asik nongkrong sama temen temen toxic jaman susahmu itu ?" " udah udah stop , kenapa jadi nyerempet kemana mana sih , tadi bahasnya kan mami " jika sudah tersudut begitu mas Amar pasti langsung mengeluarkan jurus andalannya , berkelit " kamu duluan tadi yang bahas bahas cicilan , sedangkan aku nggak merasa menikmati hasilmu mencicil selama ini kecuali rumah ini " apa pernikahan setelah lima tahun memang seperti ini ? , atau hanya pernikahan milikku saja ? suami siapa yang suka begitu ?? buat yang tanya , cerita ini real life apa bukan " sebenernya nggak nyata nyata banget kok man teman , suamiku sendiri sih emang masih suka nongkrong bareng temen temennya begitu , tapi dana tetep aja masuk ke kas bendahara ??, cuma terkadang dengar dari curhatan temen sesama bu ibu yang mengeluhkan para mertua , atau ipar , atau nafkah , " harapan saya nggak muluk muluk man teman , nggak berharap kalian setuju sama saya , atau mendukung sikap tokoh " aku " dalam cerita ini , nggak juga pengen memberi cap jelek kalau pernikahan setelah lima tahun emang berkurang keharmonisan nya , cuma pengen menumpahkan ide di kepala aja , jadi mohon kritik dan saran yang membangun ya , tapi tetap dengan baik dan sopan oke , ?? lagian juga nggak semua pernikahan itu bermasalah setelah lima tahun kok , nggak semua suami berubah sikap kalo sudah lama menikah , nggak semua mertua itu nyinyir seperti maminya amar , intinya semua rumah tangga itu punya masalah dan cobaannya sendiri sendiri sayang , dan jalan mereka nggak selalu sama , jadi cukup baca aja , beri saran jika ada kesalahan pada cara saya mengolah kata , ingat cara saya bukan jalan ceritanya oke sekian dari saya yang amatir ?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD