BAB 3

1562 Words
Mendengar kata itu, Derdi langsung menegakkan badannya, dia meninggalkan Fiona yang sudah setengah telanjang. "Benahi pakaianmu! Cepat mandi, dua puluh menit lagi rapat dimulai." Derdi langsung meninggalkan Fiona dan wanita itu hanya terbengong-bengong melihat bosnya yang tiba-tiba berubah datar. Fiona memasuki kamar mandi untuk membersihkan badannya, tak lama kemudian dia langsung berganti baju dan memakai make up tipis di wajahnya. Setelah dirasa beres, dia langsung membawa berkas berkas yang dibutuhkan untuk rapat ke ruangan yang sudah ditentukan kemarin. Derdi sedang berbicara dengan kolega bisnisnya masih dengan tampang datar nan dinginnya itu. Fiona menghampirinya dan Derdi malah memalingkan mukanya berlainan arah dengan Fiona. Apa salahku? Tak salah, kan kalau aku memintanya untuk menikahiku? batin Fiona . Karena tak ingin memusingkan hal itu, Fiona langsung menuju ke ruangan rapat yang sudah disepakati sebelumnya. Derdi tak melihat Fiona sama sekali, Fiona benar-benar tidak konsen dengan rapat ini, hingga dia tanpa sengaja menjatuhkan map ke lantai, dan menyebabkan suara berdebum keras karena map itu sangat tebal. Semua anggota yang rapat langsung mengarahkan pandangan mereka ke arah sumber suara dan hal ini membuat Fiona merasa bersalah. "Maaf, saya tidak sengaja," ucapnya meminta maaf pada mereka. Lalu rapat pun dilanjutkan kembali, sungguh suasana seperti ini membuat Fiona tidak merasa nyaman. "Ehem! Derdi berdehem untuk meminta perhatian mereka. Karena sudah terdapat kesepakatan, maka saya anggap rapat ini selesai. Terima kasih karena sudah menyetujui apa yang kami ajukan," ucap Derdi menutup rapat kali ini dia lansung keluar tanpa berbicara satu kata pun pada Fiona. Dengan sigap Fiona langsung membuntuti Derdi. "Pak tunggu," panggil Fiona tapi tak dihiraukan oleh bosnya itu. Derdi memasuki kamar dan Fiona langsung menghampirinya. Bereskan bajuku! kita kembali ke Jakarta, sekarang juga!" ucapnya tanpa melihat Fiona. "Pak, Anda kenapa sih? Saya salah apa?" ucapnya bertanya. "Tak usah bertanya! Lakukan apa yang sudah saya perintahkan dan carikan tiket pesawatnya sekarang dan harus ada!" ucapnya tegas tak terbantahkan. Tanpa bertanya lagi Fiona langsung menata pakaian bosnya itu, untung pakaiannya belum dikeluarkan dari kopernya sendiri, Fiona lalu mencarikan tiket untuk Bos Arrogant ini. *** "Pak, semuanya sudah siap dan tiketnya juga sudah saya pesan, pesawat akan take off pukul sebelas," ucap Fiona kepada bosnya dan Derdi hanya diam tanpa mau merespon apa yang diucapkan oleh sekretarisnya. "Saya akan chek out kamar sekarang dan mobil sudah menunggu Anda di bawah, Pak." Fiona memberi tahu Derdi walau ucapannya lagi-lagi tak direspon sama sekali. Tanpa menunggu bos nya, Fiona lalu membawa dua koper itu ke bawah dan mengurus chek out kamar hotel. Setelah itu, dia langsung menuju mobil yang sudah disewa untuk mengantarkan mereka pergi. Bos arrogant itu sudah duduk dengan santainya di kursi tengah, sedangkan Fiona duduk di kursi depan, mereka seakan-akan sedang perang dingin sekarang. Ayo, Pak, berangkat sekarang, ucap Fiona pada sopir itu setelah semuanya beres. Jam sudah menunjuk pukul setengah sebelas dan mereka sudah ada di bandara. "Pak, ini tiket Anda dan koper Anda. Dan saya juga sudah menelpon sopir Anda untuk menjemput Anda di bandara nanti, maaf kalau ada perkataan saya yang salah, saya permisi, Pak." Setelah mengucapkan itu Fiona langsung pergi meninggalkan Bos Arrogant itu, rasanya pengen nangis nggak dianggap seperti ini, Fiona bisa apa? Dia ngerasa seperti emangnya aku siapa? Nggak seharusnya aku berharap berlebihan seperti ini! itu yang ada di dalam hati Fiona karena didiamkan oleh bosnya. Setelah selesai, Fiona langsung mengeluarkan kacamatanya karena matanya terlihat sembab, Fiona menunggu di ruang tunggu, karena waktu keberangkatan kurang sebentar lagi, Dia lalu mengeluarkan iphonenya dan langsung menelpon Rendra, lakilaki itu adalah teman Fiona. Hallo, Dra Ehmm iya ada apa, Fi? Dra, maaf kalau malam-malam ganggu, gini loh aku lagi pulang dari Bali habis rapat. Kamu bisa jemput aku di bandara nggak? Aku takut pulang malam sendirian. Oke, jam berapa? Ini take off jam sebelas waktu Bali, kamu jemput aku jam sebelah waktu WIB, ya? Makasih loh sebelumnya. Oke, kayak sama siapa aja kamu, Fi, santai aja lah, Oke see you, Dra Setelah itu Fiona langsung mematikan teleponnya, karena pesawat keberangkatan Denpasar Jakarta akan segera berangkat. Setelah sampai di dalam pesawat dia langsung mencari tempat duduk, dan setelah mendapatkannya dia langsung duduk di situ. Tak terasa sudah sampai di Bandara SoekarnoHatta, Fiona langsung menuju pintu keluar untuk mencari Rendra. "Dra, kamu keberatan nggak kalau kita mampir makan dulu? Aku tuh dari tadi siang belum makan," ucapku mengeluh. "Ya ampun! Kamu, kan punya penyakit maag! Bego banget sih? Sampe kayak gitu makin parah nyesel kamu ntar!" Rendra kesal pada Fiona. "Bos ku tuh killer banget, Dra, mana mau makan aja aku gak berani izin," ucap Fiona curhat dengan temannya. "Yo wes, ayo makan! Pecel lele di tempat biasa ya? ajak Rendra. "Oke lah, sip." Mobil Rendra menuju ke tempat penjual pecel lele langganan mereka, Fiona langsung memesan makanan dan Rendra juga memesan, mungkin dia juga kelaparan. Setelah selesai, Fiona langsung membayar makanan yang sudah mereka pesan, setelah itu mereka langsung menuju apartemen karena Fiona sendiri sudah sangat lelah. Sampai di apartemen Fiona langsung mencuci muka dan berganti baju. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan baginya. Entahlah, apa yang terjadi besok biarlah terjadi, yang terpenting dia harus istirahat terlebih dahulu. *** Pagi pun tiba, Fiona mulai bangun dan bersiap ke kantor, walaupun muka bos itu tetap datar dan dingin. Fiona harus tahan karena dia tidak mau keluar dari pekerjaan ini, susah sekali untuk mendapatkannya dan dia tidak akan melepasnya begitu saja. Pukul tujuh Fiona langsung berangkat dan sampai di sana pukul setengah delapan, terlihat ruangan bos yang masih sepi, walau ini tidak biasa terjadi, Fiona mencoba untuk positive thinking dengan menganggap bosnya kelelahan dan telat bangun. Fiona mulai bekerja, hari ini tak sesibuk biasanya, Pak Bos juga tidak masuk hari ini, dan dia mulai mengerjakan tugas-tugasnya untuk mengatur jadwal rapat si Boss Arrogant itu. Tiga hari ini memang si Boss tidak memiliki kegiatan apa pun, mungkin sedang berlibur, atau yang lainnya? Karena Fiona pun juga tidak tahu. Fiona mengerjakan tugasnya dengan malas-malasan. Walaupun bosnya membuatnya kesal, tapi Fiona merasa ada yang kurang tanpa Boss Arrogant nya itu. Oh My God, ada apa denganku? *** Kenapa dia menyinggung kata-kata itu sih! Menikah? Tak pernah ada kata itu di kamus Derdi, dia tidak pernah mau menjalin hubungan cinta apalagi menikah. Rasanya beda nggak ada dia, aku juga gak tega diemin dia kayak gitu kemarin, aku nggak nyangka bisa semarah itu sama dia, nggak bicara sama dia, arghhh lo kenapa sih, Di? Suara itu serasa berputar-putar di pikiran Derdi. Emang benar, aku nggak seharusnya mikirin dia, anggap saja biasa, seperti sebelum sebelumnya, hanya ada pekerjaan, pekerjaan dan one night stand. Ahh kalau mikir itu aku jadi pengen cabut ke klub sekarang. Hal ini hanya ada di dalam hati Derdi, entah kenapa Fiona sudah menyita perhatiannya semenjak pertama kali bertemu. Hari ini, Derdi memang sengaja tidak masuk, bukan hanya hari ini, namun dua hari yang akan datang dia juga tidak akan masuk. Entah kenapa, rasanya Derdi ingin menjauh dari Fiona, ingin melupakan Fiona dan hidup seperti biasanya. Kali ini Derdi memutuskan untuk ke klub, dan ditemenin oleh Andra temannya. Andra juga sama seperti dirinya, para pencari wanita cantik one night stand. Mereka minum alkohol dan berharap bisa melupakan semua masalah yang mereka punya, Derdi jadi terbayang wajah Fiona, dia cantik dan selalu bisa membuatnya terangsang. Oh s**t! Juniorku udah turn on padahal cuma membayangkan dia! pekik Derdi dalam hatinya. Fiona mengajukan syarat yang Derdi benci. Untuk memiliki-nya mereka harus menikah? Dan Derdi tidak menyukainya, dia lebih suka berkutat di kantor daripada harus menikah. Derdi tidak ingin dikhianatin seperti dulu karena menjalin sebuah hubungan. Tak terasa, sudah lima botol yang Derdi habiskan. Banyak wanita jalang yang menggodanya, bahkan mereka mendekati Derdi dengan gaya sensualnya. Mencium-ciumi lehernya dan meraba dadanya yang bidang, lalu dia menjalankan tangan jalangnya itu ke juniornya. Aneh kenapa juniorku nggak tegang seperti biasanya? Aku bahkan tidak terangsang dengan sentuhan wanita itu, dia hanya dia yang ada dipikiranku, batin Derdi bahkan Andra yang melihat temannya seperti itu sampai keheranan, Derdi yang biasanya sangat b*******h menjadi loyo seperti ini. Andra bebisik, "Eh, lo kenapa sih? Tumben gak langsung cari kamar?" tanyanya sambil menyesap bir putihnya itu. "Gak tau juga gue," ucap Derdi sambil menegak minumannya lagi. "Eh, lo kagak impoten, kan?" tanya Andra pada Derdi dengan nada menyindir. "Ada-ada aja lo! Ya nggak lah! Bahkan kemarin junior gue bisa tegang hanya karna melihat p******a Fiona" ucapnya tanpa sadar. "Siapa Fiona? Masa sih?" tanyanya tak percaya. "Iya sumpah! Lo tau, kan gue gak pernah percaya dengan yang namanya nikah, dan dia ngajuin syarat, gue harus nikahin dia sebelum menyentuhnya," ucap Derdi frustasi. "Lah, lu terus ngomong apa sama dia?" tanyanya lagi penasaran. Kemarin itu gue lagi rapat di Bali. Sengaja pesen satu kamar biar bisa ahem-ahem, tapi karena tolakannya waktu itu, ya langsung gue tinggal pergi lah! Yang seharusnya tiga hari, malam sehabis rapat gue langsung pulang. Ya gitu, gak gue ajak omong barang sekali pun," ucap Derdi sambil menyandarkan kepalanya di meja bar. "g****k lo, Bro! Iitu yang namanya cewek baik-baik, masih bisa menahan diri saat di ujung tanduk karena ingin pelepasan," ucap Andra. "Tapi, gue gak bisa tentang syarat itu! Gue gak bisa!" ungkap Derdi lagi, dia sangat trauma dengan segala hal yang berhubungan dengan cinta. "Ya udah! Kalau gak bisa tinggal pilih, lo harus lupain dia atau lo mencoba menerima menjalin sebuah hubungan." Andra menepuk bahu Derdi lalu dia berjalan menuju dance floor. Sedangkan Derdi, karena tak ada yang bisa dia lakukan di sini akhirnya dia lebih milih pulang ke apartemen.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD