bc

Czar : The Death Magic

book_age18+
93
FOLLOW
1K
READ
witch/wizard
tragedy
serious
mystery
ambitious
male lead
swordsman/swordswoman
magical world
kingdom building
dungeon
like
intro-logo
Blurb

Permasalahan yang di hadapi Raas, bukan hanya berasal dari Kerajaannya dan seluruh Kerajaan Jajahannya. Dua Raja muda yang telah meninggal, serta sang paman yang sudah sangat lama meninggal, kini terlihat hidup kembali.

Hal itu tentu saja membuat Raas menjadi sangat kebingungan, dan depresi.

Sebuah Spekulasi mengenai Sihir Renascent pun muncul, di iringi dengan beberapa kenyataan yang pahit yang tidak bisa di terima oleh beberapa Raja bawahan Raas, dan sempat menjadi sebuah pertikaian di antara mereka.

Di situasi yang genting itu, Raas memutuskan untuk mencari jalan keluar dengan menangkap sang Paman yang belum pernah ia temui, kemudian bertanya padanya mengenai apa yang terjadi. Namun di saat yang sama, ketiga Raja terpercaya itu menemukan sebuah buku yang berisikan sebuah kisah mengenai Ramuan Suci Jantung Clairvoyant, yang dikabarkan dapat mengabulkan satu permintaan dari orang yang meminumnya.

Apakah Raas akan tetap mencoba menangkap sang Paman, atau dia akan mencari Ramuan Suci itu? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Siapa dalang dari semua permasalahan tersebut? Apa itu Sihir Renascent?

chap-preview
Free preview
Kemunculan Pangeran yang telah Wafat
Sore itu, Raas sedang duduk di dalam ruangannya dengan banyak surat yang ia terima dari beberapa Kerajaan tetangga yang bukan merupakan Kerajaan Jajahan... Tidak, kata Jajahan itu terlalu kejam bagi Raas.  Sehingga dirinya lebih memilih untuk menggunakan istilah Kerajaan Bawahan dari Monitum untuk seluruh Kerajaan yang telah ia taklukan tersebut. Menghela napasnya, itulah yang kin Raas lakukan, meski sebenarnya seorang Raja tidak di perbolehkan untuk melakukan hal tersebut. Namun seluruh permasalahan yang di hadapannya kini benar-benar membuat dirinya merasa lelah, baik dalam hal fisik maupun batin. Flashback Pagi itu, ada sebuah hal yang tidak biasa terjadi di depan gerbang Istana Monitum. Saat itu Raas yang sedang mengadakan sebuah pertemuan kecil bersama tiga Raja lainnya yaitu Raja Adam, Raja Jiwoo dan Raja Robert pun mendengar teriakan keributan tersebut. Yang membuat akhirnya mereka memutuskan untuk langsung menemui rakyat yang terlihat panik dan ada beberapa dari mereka yang bahkan terlihat khawatir. Ketika Empat Raja itu sampai di depan gerbang istana yang langsung berbatasan dengan rakyat-rakyat itu, mereka mulai mendengar beberapa keluhan yang bahkan membuat keempat Raja itu tidak dapat mendengar isi dari keluhan tersebut. “Berhenti! Bisakah hanya satu dari kalian yang mewakilkan kalian semua untuk berbicara? Aku tidak dapat mendengar semua ucapan kalian jika kalian mengatakannya di saat yang bersamaan seperti ini!” Itulah ucapan yang di ucapkan oleh Raas yang mampu membuat seluruh Rakyat Monitum bungkam. Raja Adam, Raja Jiwoo, dan Raja Robert yang memang berasal dari Kerajaan Bawahan Monitum itu hanya diam dan saling menatap ketika mendengar ketegasan yang Raas berikan pada Rakyatnya.  Hingga salah satu dari Rakyat Monitum mengangkat tangannya, menjadi relawan untuk mewakilkan rakyat dalam menjelaskan permasalahan yang menimpa mereka semua. Raas, Adam, Jiwoo dan Robert secara bersama-sama menoleh pada seorang pemuda yang berjalan menghampiri mereka dan berdiri tepat di depan pintu gerbang Istana. Sementara rakyat yang lainnya memundurkan diri mereka sebanyak satu langkah agar pemuda itu dapat berbicara dengan Raja mereka secara leluasa.   “Maafkan atas perbuatan kami, Yang Mulia!” Itulah ucapan pembuka yang di ucapkan oleh pemuda bertubuh kekar selayaknya prajurit istana itu. Raas yang mendengar ucapan maaf tersebut pun hanya menganggukkan kepalanya dan memberikan perintah pada pemuda tersebut untuk melanjutkan penjelasannya. Pemuda itu menundukkan kepalanya untuk beberapa saat, sebelum akhirnya kembali menatap pada sang Raja dan menjelaskan, “Baginda... Ada sebuah kabar yang meresahkan yang membuat Rakyat merasa takut dan khawatir yang tidak di ketahui dari masa kabar tersebut berasal!” Raas mengerutkan keningnya dan menyipitkan matanya saat mendengar penjelasan yang menggangtung dari pemuda itu. Pasalnya sang pemuda tidak menjelaskan kabar apa yang menyebar di tengah rakyat saat ini, yang hingga mengakibatkan rakyat merasa takut dan khawatir. “Kabar? Kabar mengenai apa?” Tanya Raas kembali. Menuntut sebuah penjelasan yang menyeluruh dari pemuda tersebut. “Kabar mengenai keberadaan Pangeran Rome, dan mengatakan jika Pangeran Rome masih hidup!” Raas terkejut bukan main saat dirinya mendengar kabar tersebut. Rome... Lelaki itu adalah Pangeran dari Kerajaan Monitum, adik dari Ayahanda Nara yang sudah meninggal bahkan sebelum Raas lahir ke dunia ini. Sehingga tidak mungkin jika Pangeran tersebut masih hidup di zaman ini. Jika pun memang benar seperti itu, berarti cerita mengenai sidang Rucbekia adalah palsu! Sidang yang terjadi akibat kesalahan Pangeran Rome dalam membunuh Putri Harmeoni itu semua adalah hal yang palsu.   Raas pun terdiam dan bergelut dengan pikirannya yang memikirkan kebenaran mengenai Sidang Rucbekia, dan kebenaran mengenai kabar yang belum tentu benar itu. Hingga sikap diam sang Raja itu mampu membuat seluruh Rakyat menjadi semakin kebingungan dan semakin gelisah. Tiga Raja Bawahan Raas yang berdiri di belakang Raas itu menyadari kegelisahan Rakyat Monitum, dan Adam pun segera menyadarkan Raas dari lamunanya. “Baginda?” Panggil Adam seraya menepuk bahu Rajanya itu. Raas menoleh ke arah Adam, dan menatap pada tiga Raja yang sedang menatapnya saat itu. Raas akhirnya kembali menatap pada seluruh rakyat yang sedang gelisah tersebut, dan berucap dengan penuh wibawa. “Jangan menyebarkan kabar yang belum terbukti kebenarannya!” Bukan sebuah keputusan yang Rakyat Monitum terima, melainkan sebuah teguran keras dari Raja merekalah yang mereka dapatkan. Hingga akhirnya seluruh Rakyat kembali bersuara dan kembali membuat gaduh. Raas mendecih dan hendak pergi dari hadapan Rakyatnya itu, namun pemuda tadi yang berdiri di barisan paling depan dari gerbang itu segera menahan kepergian Raas dengan menggenggam kuat tangan sang Raja. Membuat seluruh Penjaga mengeluarkan pedang mereka dan menodongkannya pada sang Pemuda. Rakyat Monitum akhirnya terdiam melihat pihak keamanan Kerajaan menodongkan pedang pada pemuda tersebut. Sementara Raas yang merasa tangannya tertarik oleh pemuda itu pun hanya terdiam dan menoleh menatap pada pemuda tersebut. Sang Pemuda tanpa rasa takut, manatap pada Raas dengan penuh keseriusan kemudian dia berucap, “Kami tidak pernah menyebarkan berita ini, meski pun jika berita ini adalah berita asli. Dan saya! Saya adalah saksi mata yang melihat secara langsung Pangeran Rome sedang berjalan di hilir sungai di sebrang hutan Monitum, Baginda! Saya bahkan melihatnya berulang kali!” Pemuda tersebut mengaku pada Raas jika dirinya merupakan seorang saksi dari kehadiran pangeran yang telah meninggal beberapa puluh tahun yang lalu. Raas terkekeh pelan, ia kemudian menyingkirkan tangan pemuda itu yang menggenggam lengannya. Namun tidak pergi dari tempat itu seperti yang ia niatkan sebelumnya. Sebuah dugaan pun masuk ke dalam pikirannya, yang membuatnya melirik pada para penjaga yang ada di sampingnya yang sedang menodongkan pedang mereka ke arah sang pemuda. “Turunkan pedang kalian! Sekarang ku rasa, diriku mengerti dengan kondisi yang terjadi saat ini!” Raas memberikan perintah pada para penjaga yang ada di sampingnya itu, dan mengatakan jika kini dirinya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, sehingga kini seluruh Rakyat menatap padanya dengan harapan jika hal itu bisa segera Raas atasi. Bukan hanya para Rakyat, melainkan tiga Raja juga seluruh Prajurit Istana yang hadir di sana, kini menatap pada Raas. “Baginda tahu?” Tanya Pemuda itu yang kini melebarkan kedua matanya, penuh harap jika memang benar ada sebuah penjelasan mengapa Pangeran mereka yang telah lama meninggal, kini kembali terlihat. “Ya! Aku rasa dia adalah seorang Poltergeist yang sedang menyamar menjadi Pangeran Rome, dan ingin mengganggu ketentraman Kerajaan Monitum!” Itulah jawaban yang di berikan oleh Raas pada mereka semua yang kini terdiam mendengar sebuah hal yang tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya. “Sebab! Kau telah mengenalinya sebagai Pangeran Rome, kan? Jika kau berumur sama sepertiku, maka seharusnya kau hanya mengenalnya ketika dia berwujud sama seperti yang ada di dalam lukisan. Pada saat dirinya berumur dua puluh dua tahun! Tidak mungkin bagi seseorang dengan umur lebih dari lima puluh tahun, masih terlihat sama seperti berumur dua puluhan... Katakan padaku! Apakah kau melihat orang itu sebagai pemuda, atau sebagai lelaki tua?” Tanya Raas pada pemuda yang tadi dengan berani menahan tangannya dan menantang para Prajurit berpedang. Pemuda itu terdiam, ketika merasa jika ucapan yang di ucapkan oleh Raas benar adanya. Ia pun mengangguk dan menjawab, “Saya melihatnya seperti... Yang saya lihat di dalam lukisan. Raja!” Dan bersamaan dengan jawaban itu, Raas pun semakin meyakini jika orang yang di lihat oleh seluruh penduduk desa Monitum, yang mereka kira sebagai Pangeran Rome itu adalah seorang Poltergeist. Raas pun menganggukkan kepalanya dengan pelan, kemudian memberikan sebuah perintah pada beberapa Prajurit. “Prajurit! Ikutilah pemuda ini menuju tempat dirinya melihat keberadaan Pangeran Rome! Pastikan jika itu adalah Poltergeist! Dan jika kalian tidak mampu membuktikannya, bawalah dia ke istana!” Lima orang Prajurit dengan cepat mengangguk dan berbaris untuk langsung melaksanakan tugas dari Raas. Sementara sang pemuda menatap pada Raas yang kini menatapinya dengan sangat serius. “Pergilah dan carilah dia bersama Prajurit Istana!” Raas pun memberikan perintahnya pada pemuda itu. Sang pemuda mengangguk menyanggupi perintah langsung dari sang Raja, dan membungkuk padanya sebelum akhirnya berjalan bersama lima prajurit istana, menuju ke hutan Monitum. “Tunggu! Siapa namanu?” Pertanyaan yang keluar dari mulut Raas itu mampu membuat langkah pemuda itu serta kelima prajurit tadi berhenti. Sang pemuda kembali menghadap pada Raas dan menjawab pertanyaan itu dengan singkat. Sebelum akhirnya kembali berjalan meninggalkan gerbang Istana menuju ke dalam hutan, meninggalkan seluruh rakyat desa dan sang Raja yang masih berdiri di sana. “Wei... Baginda! Nama saya adalah Wei!” Pemuda itu pun pergi, dan Raas akhirnya dapat menenangkan seluruh Rakyatnya yang gelisah itu dan kembali ke desa dengan tenang. Sementara dirinya kembali berjalan bersama tiga Raja Bawahannya itu menuju Istana.   To be continued

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K
bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

Kembalinya Sang Legenda

read
21.8K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.0K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
3.8K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook