bc

Crazy Seniority 2

book_age12+
772
FOLLOW
3.1K
READ
possessive
playboy
badboy
badgirl
bitch
drama
comedy
friendship
school
like
intro-logo
Blurb

Derryansyah Pradipta. Betapa aku muak mendengar namanya! Bisa nggak sih dia bersikap biasa aja? Nggak usah sok cakep, sok galak, sok berkuasa... Karena aku tau, semua bentuk ancamannya itu cuma hoax belaka!

Tapi walau begitu, aku seakan telah terlahir untuk mengikuti semua yang ia suruh. Aku seakan telah ditakdirkan untuk memenuhi apa yang ia mau, dan jujur aku tak ingin seperti itu.

***

Karin Ayudya Putri Nugraha. Nama yang sempurna untuk cewek sesempurna dirinya. Demi apa pun kurangnya dia cuma satu: nggak pernah senyum tulus buat gue.

Jelas aja sih, orang kerjaan gue tiap hari cuma bikin dia sengsara. Satu yang gue heran, tu cewek nggak pernah ngebantah tapi kayak nggak ada takut-takutnya sama ancaman gue! Ini dasarnya emang dia yang cuek, apa gue yang harus lebih kejam buat nyiksa dia?

***

By the way in masih tentang masa SMA. Masa di mana putih abu-abu berjaya, masa di mana emosi membara membakar jiwa, serta masa di mana dendam hadir dan menuntut untuk dibalaskan.

Ini juga tentang dendam. Tentang pahit serta manisnya suatu pembalasan. Tentang ancaman dan p********n yang tak menyisakan kepuasan, namun menciptakan dendam baru yang tak berkesudahan.

Because this is the second story of Crazy Seniority: The Revenge of Derry.

chap-preview
Free preview
1 [Derryansyah Pradipta]
Sebuah mobil mewah hitam mengkilat yang dikendarai Derry beranjak meninggalkan area parkir SMAN 111 Jakarta. Karena sepinya area parkiran serta lengangnya jalan menuju ke gerbang depan, mobil itu pun berjalan tanpa hambatan. Si pengendara pun tampak santai di balik kemudi dengan musik yang diputar keras, namun tetap terdengar senyap dari luar. Diliriknya jam hitam tanpa angka yang melingkar di tangan kirinya, dan dari sudut yang terbentuk antara jarum-jarumnya saja Derry tahu betul bahwa waktu saat itu menunjukkan pukul satu siang. Tepat sesuai rencana! Mendadak, mobil itu berhenti hanya satu senti dari gerbang sekolah yang tertutup rapat. Perlahan kaca jendela pengemudi terbuka, dan terlihatlah wajah Derry yang sudah tidak asing lagi bagi satpam yang tengah berjaga di posnya, satu meter di samping tempat pemberhentian sementara mobil mewah Derry. "Lho, Mas Derry mau ke mana?" tanya satpam itu, walaupun sebenarnya ia sama sekali tak peduli dan juga tak ingin tahu. "Tanggung lho, Mas, satu jam lagi..." komentarnya, seakan melihat Derry yang hendak pulang sebelum waktunya itu bukan lagi hal baru baginya. "Buka aja gerbangnya buruan..." perintah Derry bersamaan dengan dikeluarkannya dompet yang bersarang di saku celana abu-abunya. "Tapi, Mas..." "Udah deh, Pak! Bapak tuh sama saya kayak sama siapa aja," potong Derry, terlihat sedikit muak atas waktunya yang terbuang sia-sia untuk berurusan dengan hambatan yang satu ini. Cowok itu lantas melambaikan tangannya pada satpam berseragam lengkap itu. "Sini deh, Pak! Sini, sisni..." Sambil cengar-cengir, satpam bertubuh tegap dengan raut wajah yang ramah itu menghampiri mobil Derry. Buru-buru Derry menyerahkan dua lembar uang lima puluh ribuan padanya melalui celah kaca jendela mobil yang terbuka, dan dia pun kembali memasukkan dompet itu kembali ke saku celananya. "Beres kan?" tandas Derry. "Sekarang buka gerbangnya, buruan!" "Oke, Mas! Oke," sahut satpam itu, lalu segera menghampiri pintu gerbang dan membuka gemboknya sehingga mobil hitam Derry akhirnya dapat keluar dari sekolah itu satu jam sebelum bel pulang sekolah dibunyikan. Kini mobil itu melaju gila-gilaan di ruas jalan ibu kota. Salip sana salip sini, tikung sana tikung sini, tanpa peduli akan kendaraan lain yang juga berhak atas jalan yang dikuasai Derry seenak jidatnya. Musik diputar pol-polan, pedal gas diinjak kuat-kuat, sementara Derry sendiri tampak benar-benar menikmati detik demi detik momen kebebasannya ini. Lima belas menit menyusuri jalan utama, mobil itu kini tampak berbelok ke kiri dan memasuki kompleks perumahan yang sudah cukup tua namun tetap tampak terawat bertuliskan Golden Harmony Regency di gerbang masuknya. Mobil itu kembali berbelok pada g**g ke empat dari jalan utama kompleks perumahan itu, dan berhenti di bawah pohon rindang yang tumbuh di depan rumah bernomor 41. Derry yakin ini lokasi yang tepat. Rumah yang ditujunya kini berada di seberang jalan, dengan pagar besi rendah dan halaman dari paving block yang tidak terlalu luas. Masih diiringi musik di mobilnya yang kini mengalunkan lagu Coldplay, Derry memperhatikan bangunan yang ternyata cukup besar itu baik-baik. Bangunan dua lantai dengan dinding dicat sewarna cangkang telur yang sederhana namun terlihat nyaman itu dipermanis oleh jendela bergaya khas kolonial Belanda dengan bingkai kayunya yang dicat hitam selaras dengan pintu serta gerbang besi rendah yang terpasang di bagian depan rumah itu. Di halamannya, sebuah Avanza putih terparkir anggun menghadap ring basket yang terletak di sisi kanan rumah itu. Di belakangnya, tiga pohon kayu putih ditanam sejajar sebagai peneduh area itu. Daunnya yang ringan tampak tak pernah berhenti bergoyang tertiup angin, yang membuat kesan nyaman untuk dihuni semakin tergambar jelas dari rumah bernomor 42 itu. Sementara ia mengamati rumah itu, pikiran Derry melayang pada alasan kenapa dirinya rela bolos di jam-jam terakhir sekolah dan mengeluarkan uang seratus ribu secara cuma-cuma hanya untuk sampai di lokasi ini. "Lo tau nggak, adeknya Danar ternyata sekolah di Netrisa juga!" Kembali kalimat yang tadi pagi diucapkan Juno itu terngiang di telinga Derry. Seketika itu pikirannya beralih ke masa-masa awal ia memasuki SMA tersebut. Masa saat ia mencicipi seperti apa rasanya dipermalukan, harga diri diinjak-injak dan dirinya tak mampu melakukan apa-apa, tak berhak melawan ataupun hanya sekadar melakukan pembelaan atas dirinya. Masa itu menyisakan kebencian di hati siapa saja, terutama Derry yang kerap kali diperlakukan tidak selayaknya oleh kakak kelasnya. Masa itu meninggalkan dendam yang tak dapat hilang seiring waktu berjalan. Dan masa-masa itu juga yang pada akhirnya menciptakan Derry menjadi sosok Derry yang seperti sekarang. Derry yang tangguh, kejam, dan bertingkah seenaknya terhadap siapa saja. Sudah lebih dari setengah jam Derry diam memperhatikan rumah itu, namun tak ada satu pun pergerakan yang nampak terjadi di sana. Orang yang sejak tadi ditunggu kehadirannya pun tak kunjung menampakkan diri, yang membuat Derry kembali melirik jam tangannya dan mengembuskan napas kecewa. Belum juga jam dua, pastinya sekolah juga belum dibubarkan. Sejenak Derry menyesali juga atas dirinya yang terlalu antusias dan ingin cepat-cepat memastikan omongan Juno kala itu. Namun apa boleh buat, dirinya sudah terlanjur sampai di lokasi itu, jadi yang perlu dilakukannya hanyalah kembali menunggu. Setelah setengah jam penuh rasa bosan itu terlewati, setelah Derry berusaha mati-matian menahan rasa kantuk yang menyergapnya, barulah kedua bola mata Derry kembali terbuka lebar saat dilihatnya sebuah sepeda berhenti di depan pagar rumah itu. Sepeda hitam yang cukup tinggi itu dikayuh oleh seorang cowok berseragam putih abu-abu dan di boncengannya duduk seorang cewek yang juga memakai seragam sekolah yang sama. Seragam sekolah siswa SMAN 111 Jakarta. Dalam diam, diperhatikannya terus setiap gerak-gerik kedua remaja itu dengan konsentrasi penuh. Rasa kantuk yang tadi sempat menghampiri Derry pun mendadak hilang entah ke mana. Cowok itu kini bahkan mulai kembali menegakkan punggungnya yang tadi sempat terkulai tak bertenaga di jok pengemudi yang entah kenapa saat itu terasa begitu nyaman. "Thanks ya?!" samar, Derry dapat mendengar sang cewek mengucapkan kata-kata itu begitu ia turun dari sepeda. Mereka lantas berbincang sejenak, sebelum akhirnya si cowok memutar kembali sepedanya dan berlalu pergi. Sementara itu, si cewek kini membuka sendiri pagar besi setinggi d**a yang tadi tertutup rapat dan memasuki area rumah yang telah menjadi objek pengamatan Derry selama satu jam penuh itu. Semenjak kehadirannya, fokus Derry kini beralih pada cewek yang baru saja datang itu. Cantik! Itulah kesan yang pertama muncul di benak Derry begitu melihat cewek itu. Walaupun Derry hanya melihatnya dari jauh, sekilas dan pandangannya pun terhalang gelapnya kaca mobil, Derry dapat menangkap seberkas senyum yang tercipta di wajah cewek itu. Senyum manis dan penuh pesona yang membuat siapa saja ingin berlama-lama memandanginya. Dan itulah Derry, si pemuja gadis-gadis cantik yang selalu meleleh hanya dengan memandanginya saja. Masih terus dipandangi Derry tanpa sepengetahuannya, cewek itu melangkah ke pintu rumah dengan tas warna marun yang tersampir di bahu kanannya. Rambut bergelombangnya tergerai dan menjuntai menutupi punggungnya. Dengan postur tubuh tinggi dan kaki jenjangnya, ia menjejak teras rumah dan menghilang di balik pintu yang kembali ditutupnya rapat-rapat. Dalam hati Derry heran juga kenapa dirinya tak pernah menyadari kehadiran cewek secantik itu di sekolah mereka. Bukankah selama ini ia selalu menyempatkan diri untuk menggoda dan mengganggu adik-adik kelas bertampang bidadari untuk memuaskan hari-harinya di sekolah? Lantas ke mana saja cewek itu selama ini, hingga Derry tak pernah sekali pun bertatap muka dengannya? Beberapa menit setelah menghilangnya cewek itu dari pandangan, barulah Derry kembali tersadar. Ia kini sudah memastikan sendiri bahwa ada cewek yang tinggal di rumah itu. Tanpa perlu pengakuan, Derry yakin betul bahwa cewek itulah yang dimaksud Juno tadi pagi. Cewek yang merupakan adik dari setan yang hadir di masa lalunya. Cewek satu-satunya yang akan menanggung seluruh kebencian dan dendam Derry atas perlakuan kakaknya dua tahun yang lalu. Cewek yang takkan pernah dilepaskannya mulai kini hingga nanti. Derry pun menyalakan kembali mesin mobilnya. Segera diinjaknya pedal gas itu kuat-kuat, setelah sebelumnya sebuah pesan singkat berhasil dikirimkannya di grup obrolan khusus beranggotakan puluhan siswa kelas XII penguasa Netrisa—Negeri Triple Satu (SMAN 111 Jakarta). Derryansyah Pradipta Gue udah pastiin ada cewek di rumah Danar! Cari info sebanyak-banyaknya tentang dia! *** Halo halooooo... Akhirnya publish juga Jadi, sesuai dengan yang udah kalian baca di chapter pertama ini, Crazy Seniority 2 bukan lagi tentang cinta segitiga antara Sabrina, Rama sama Gara. Gimana respon kalian? Suka? Kecewa? B aja? Btw, ini tentang Derry, guys... Derry yang bakalan jadi tokoh utamanya di sini. Tau kan Derry? Itu loh yang ganjen suka ngegodain adik kelas yang cantik-cantik... Yang pernah nyium pipi Sabrina dengan  lancangnya... Yang sok cakep, tapi emang cakep sih *lol* Ada yang penasaran nggak Derry bakalan aku pasangin sama cewek yang kayak gimana? Mari menebak-nebak!!! Nerd kah? Popular kah? Good girl kah? Bad girl kah? Most wanted girl kah? Tapi don't worry, ini bukan cuma tentang Derry sama itu cewek baru kok. Ayang Rama, Gara, sama Sabrina juga masih bakalan nongol di sini. Secara kan aku ngambil setting tempatnya masih di Netrisa, sekolah mereka. Sooooo, siapa yang kangen sama mereka semuaaaaaa??? Udah siap baca kelanjutan cerita merekaaaaaa? Tungguin next chapternya yaaa Jangan lupa tinggalin love sama komentar juga. Anyway adegan di chapter pertama ini masih belum apa-apa, tungguin aja sampe aku keluar taring dan bikin cerita ini jadi sekeren apa. WAHAHAHAHAHA  So, see you on the next chapter guys, love you ❤❤❤❤

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Suddenly in Love (Bahasa Indonesia)

read
76.1K
bc

LAUT DALAM 21+

read
289.8K
bc

Kujaga Takdirku (Bahasa Indonesia)

read
76.0K
bc

Aku ingin menikahi ibuku,Annisa

read
54.9K
bc

Guru BK Itu Suamiku (Bahasa Indonesia)

read
2.5M
bc

Kupu Kupu Kertas#sequel BraveHeart

read
44.1K
bc

MANTAN TERINDAH

read
7.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook