Perceraian

1774 Words
Kabut gelap rasanya menyelimuti dirinya sekarang, sudah mati-matian mengajukan gugatan perceraian sekarang hak asuh anak malah jatuh ketangan suaminya yang b******k itu! Alena benar-benar terpuruk saat ini, merasa semuanya sudah terenggut secara paksa. Alena bersandar pada pundak Maya. Dia adalah sahabat yang juga sudah seperti saudaranya sendiri, saat ini tak ada tempat yang paling pas untuknya mengadukan masalahnya kecuali pada sahabatnya. Dia adalah anak rantauan yang begitu menikah langsung dibawa oleh sang suami ke Ibu kota. Ada hal yang mungkin dia menyesal saat ini. Membuang cita-citanya dan menikah muda dengan kakak tingkat yang merupakan idola setiap kaum hawa di kampusnya dulu. Dia meninggalkan mimpinya untuk bekerja disebuah perusahaan IT ternama dan memilih menerima pinangan dari kakak tingkat ini yang merupakan salah satu keturunan orang terpandang dan memiliki bisnis yang besar. Orang tuanya benar-benar menyukai suaminya, karena dengan begitu, jelas sudah keluarga mereka yang dulu dihina karena tak berada sekarang bisa mendadak menjadi sangat berbeda. Uang bisa mengubah sudut pandang oran lain. “Kau harus sabar Alena.” Suara Maya membuatnya sedikit merasa terobati karena proses perceraian itu. “Kau tahu, jika dikatakan menyesal mungkin saat ini aku sangat menyesal karena dulu aku memutuskan untuk menikah dengan pria seperti itu.” Ucapnya dengan kekesalan yang sangat besar. “Kau harus bangkit dan kau tak boleh menyerah.” Dia terus menyemangati sahabatnya yabg masih sesegukan. “Kau tau, aku masih beruntung karena aku memilikimu yang sudah seperti keluargaku sendiri.” Ucapnya sambil memeluk erat Maya. “Ya … sekarang kau istirahat saja dulu.” Ucapnya lalu Maya menyelimuti Alena yang saat ini sudah dianggapnya sebagai saudaranya. Maya lalu mematikan lampu kamarnya dan dia keluar dari tempat itu memberikan waktu dan ruang untuk Alena menyendiri, karena dia tahu saat ini wanita itu juga perlu ruang untuk sendiri. *** Maya adalah salah satu sahabat Alena dan juga Kinanti, mereka bersahabat, sampai semuanya terbongkar bahwa Kinanti memiliki affair dengan suami Alena. Kinanti bekerja di perusahaan Azza - suami dari Alena, sebagai salah satu manager marketing yang cukup profesional dan bisa diandalkan, Alena selama ini tak merasa hubungan keduanya sedikit memiliki kejanggalan sampai akhirnya dia mendapati mereka berdua berada dalam kamar hotel yang sama dan … Ah jika diingat hal ini membuat hatinya terasa sangat sakit sekali, tapi dia tak bisa melakukan apapun, dia hanya ingin melepaskan rasa itu dengan kesunyian tanpa diganggu. Maya, Kinanti dan juga Alena adalah teman sejak masa sekolah dan akhirnya mereka kembali bertemu setelah mereka sama-sama merantau di ibu kota. Alena saat itu baru saja menikah, dan belum memiliki momongan, Kinanti masih bekerja disebuah perusahaan industri makanan sebagai staff marketing, sedangkan Maya masih sibuk dengan kuliahnya yang mengambil spesialis psikiatri. Saat ini setelah berjalannya waktu akhirnya Alena melahirkan seorang putri bernama Myesha Zuyyin Setiawan. Sejak saat itu kehidupan Alena benar-benar berada diatas angin, dia sangat bahagia karena suaminya sangat memanjakannya dan juga keluarga suaminya itu benar-benar sangat baik padanya. Tahun demi tahun berlalu sampai akhirnya empat tahun yang lalu Kinanti terkena gelombang PHK massal karena perusahaan yang bangkrut dan telah dinyatakan pailit oleh pengadilan. Dia kemudian dibantu oleh Alena untuk bekerja di perusahaan suaminya, karena Kinanti ini juga terkenal sangat pintar saat sekolah pasti Alena benar-benar merekomendasikan sahabatnya ini pada suaminya. Dia hanya tak menyangka saja, kalau ternyata Kinanti merusak semua kebahagiaanya. Mereka berselingkuh dibelakang Alena. Sebenarnya Alena sudah mengetahui desas-desus ini sejak dua tahun yang lalu, tapi dia selalu tak memiliki bukti dan selalu kecurigaannya terbantahkan. Sampai akhirnya dia benar-benar menemukan mereka sedang berdua disana. Saat itu juga rasanya dunia Alena seakan runtuh. Dia tak tahu kemana tempat akan berpegang. Kata dari mulutnya adalah Cerai! Dia tak ingin hidup bersama laki-laki yang bahkan tak bisa menjaga hatinya. Dia tak ingin hidup bersama laki-laki seperti itu. Sejujurnya keluarga Setiawan ini sangat keberatan karena Alena mengajukan perceraian, dia bersikeras untuk bercerai, padahal mertuanya sudah menyarankan untuk tidak bercerai dengan alasan khilaf, tapi Alena tak bisa menerima itu, baginya khilaf selama bertahun-tahun itu bukan khilaf, tapi sebuah kesengajaan. Akhirnya keluarga suaminya ini merestuinya untuk bercerai dan hak asuh harus jatuh ketangan mereka, karena dengan cara itulah mereka bisa melihat sejauh apa pertahanan Alena untuk jauh dari anaknya. Alena yang terlanjur sakit hati ini akhirnya menyanggupi permintaan tersebut dan Ibu mertuanya terlihat sedih, tapi apapun masalahnya itu adalah keputusan Alena yang harus dia pilih. Hak Asuh jatuh pada Suaminya, karena dinilai Alena tak memiliki pekerjaan dan tak mungkin bisa menghidupi anaknya dan dia juga tak mendapatkan harta gono gini, benar-benar dia kalah telak dipersidangan, tapi disisi lain dia merasakan bahwa suatu kebohongan akhirnya bisa terbuka dengan lebar. Dia tinggal bersama Maya setelah terusir dari istana megah itu, jujur saja dia merindukan anaknya, tapi saat ini keluarga suaminya membawa anak itu pergi keluar negeri. Myesha yang baru berumur sembilan tahun itu diboyong kakek dan neneknya keluar negeri dan melanjutkan pendidikannya disana. Tinggallah Alena yang merenungi dirinya saat ini. Dia sudah dua bulan memasukkan lamaran pekerjaan dimana-mana tapi sayangnya masih belum juga diterima, dia hanya masuk sampai batas seleksi awal saja. Padahal dulu dia termasuk mahasiswi yang tergolong cukup cerdas, tapi itu dulu! Masa sekarang adalah apa yang kita putuskan dimasa dulu, dan Alena jelas tak boleh menyesalinya. “Alen, tadi aku masukin lamaran kamu ke tempat kerja kenalanku, di perusahaan start up sih, aku inget kamu kan dulu ambil jurusan komputer, siapa tahu masih bisa berguna.” Ucapnya pada Alena yang saat ini sibuk didepan laptopnya. “Ya semoga saja ada panggilan, entah kenapa gue sekarang sudah jadi orang miskin mendadak.” Keluhnya. “Lo santai aja, lo masih bisa tinggal disini! Gue akan terus nampung lo kok! Asal lo harus bisa tersenyum bahagia, karena masa lalu itu sudah biarkan menjadi kenangan.” Maya berkata dengan sangat tulus pada temannya ini. “Makasih banget karena berkat lo gue gak ngegembel dijalanan.” Dia tertawa, tapi hatinya sangat miris. Kembali dia mengingat kejadian saat masih bersama dengan mantan suaminya. Dia adalah nyonya rumah yang sangat dihormati, dia bahkan tak perlu melakukan apapun hidupnya sudah sangat dilayani seperti seorang ratu, mau makan enak tinggal ngomong, mau liburan nikmat tinggal bilang saja, semuanya akan bisa terlaksana dengan sangat baik! Dan semuanya kini hilang ditelan bumi bersama dengan hancurnya hati yang berkeping-keping. Baginya dia benar-benar terlihat sangat bodoh saat sahabat dan juga suaminya melakukan hal itu dibelakangnya. Dia sangat jijik dengan mantan suaminya saat ini, dia ingat dengan anaknya saat membuat keputusan untuk berpisah, tapi dia masih tak terima dengan perlakuan buruk itu. Dan menurutnya dia juga berhak bahagia, toh anak juga nantinya akan mencari orang tuanya sendiri saat semua kebenaran terungkap. Handphone Alena berbunyi dan dia mendapatkan pesan pengingat bahwa reservasi yang dia buat lima bulan yang lalu untuk merayakan hari pernikahannya yang kesebelas tahun itu jatuh pada hari esok pukul 19.00. “Kenapa?” Tanya Maya padanya. “Ini hanya reminder, kalo gue reservasi restoran di Skyscaper Restauran.” Jawabnya singkat. “What! Itu harus pesen dari lama kan?” Maya tak percaya apa yang baru saja dia dengar. “Ya, gue pesan tempat itu lima bulan yang lalu untuk merayakan sebelas tahun pernikahan kami besok. Sayangnya pernikahan itu tak sampai sebelas tahun!” Alena lalu tertawa miris sambil menatap nanar kedepan. “Udah … udah … udah … Yang lau biarkan berlalu. Mau gue kasih tahu cara biar Lo bisa cepat melupakan?” Maya kali ini memegang kedua pundak sahabatnya itu dan membalikkan badan Alena sehingga mereka saat ini duduk dengan berhadapan. “Lo harus pergi kesana sendiri.” Ucapan Maya ini membuat tanda tanya pada diri Alena dan dia mengerenyitkan keningnya. “Maksudnya?” Tanya Alena tak mengerti. “Lo dateng aja kesana sendiri, nikmatin setiap detiknya, disamping tempat itu mesti kita reservasi dari jauh hari dan juga kita harus deposit dengan angka yang fantastis, sayang aja kalo duit deposit lo itu ilang begitu saja.” Ucapnya. “Tapi itu duitnya si Azza juga ya bodo amat lah!” “Lo gak bisa gitu, pokoknya lo besok harus kesana dan lo bertekad itu adalah kali terakhir lo sedih untuk dia, dan setelahnya lo harus bisa bangkit dan penuh semangat, memulai hari yang baru yang penuh suka cita, bukan hari yang selalu diselimuti dengan duka cita.” “Tapi … lo tau sendiri disana itu makanannya mahal-mahal, iya memang gue deposit, tapi masalahnya Sayang duit gue juga nantinya bakalan keluar karena gue harus bayar kekurangan makan gue.” Alena terlihat keberatan. “Tunggu bentar disini.” Maya lalu berjalan masuk kekamarnya, dan seaat kemudian keluar dengan senyum yang mengembang. “Ini,” Maya menyerahkan kartu debit prioritas pada Alena, “Lo pake aja, pinnya sama seperti yang ada dalam pikiran lo saat ini, tujuh delapan sembilan satu dua tiga.” Cerocos Maya, tapi Alena tak enak hati untuk mengambilnya. “Ih gak usah lah, apa-apaan sih. Gue udah tinggal dirumah lo aja udah seneng banget, gratis pula, sekarang lo mau pinjemin gue ini, yang bener aja. Gue lama-lama jadi parasit deh di hidup lo!” Alena menolak. “Anggap saja ini hadiah dari sahabat lo.” Dia masih memaksakan Alena untuk menerimanya. “Tapi …” “Udah jangan kebanyakan mikir, gue yakin setelah ini beban idup lo bakalan berkurang banyak, karena lo udah melepaskan semuanya setelah makan malam itu.” “Yakin?” “Iya, terserah mau lo abisin juga gak masalah.” Jawabnya enteng. “Dasar Gila!” “Nanti cari lagi duitnya kalo abis.” Maya tertawa. “Makasiih bangettttttt…” Alena lalu memeluk Maya dengan sangat erat dan mencium pipinya. “Ih … apaan sih lo. Udah kayak kucing dapet ikan aja.” Maya bergidik ngeri melihat tingkah Alena ini. “Hahaha! Lo yang mulai. But thanks a lot ya May.” Ucap Alena terdengar sangat tulus sekali. “Gue paham kalo lo saat ini pasti menderita banget, hati lo sakit dan jelas ini akan sangat lama untuk meninggalkan bekas, tapi percayalah, time will heal every scar.” Dia lalu memeluk sahabatnya ini dengan penuh kehangatan. Maya tahu rasa itu pasti sangat berat, sama halnya saat dia dan ibunya mendapati ayahnya sedang berselingkuh dengan bawahan ibunya. Saat itu Ibunya benar-benar terluka dan membuat Ibunya sangat tertekan lalu membuat wanita itu depresi sampai akhirnya dia bunuh diri karena mendapatkan tekanan dari kelularga Ayahnya dan juga wanita simpanan itu. Sejak itu dia sangat ingin menjadi seorang psikiater yang bisa membantu mengobati masalah luka psikis yang dihadapi oleh orang-orang, karena dia tak mau ada orang yang karena tekana itu sampai mati bunuh diri seperti yang dialami oleh Ibunya. Alena bercerai karena keinginannya sendiri dan Maya mendukungnya karena Saat semuanya selesai bukan berarti permainan turut selesai. Masih ada episode lainnya setelah bagian itu usai. Lembaran baru harus dilakukan oleh Alena, dan Maya tahu Alena bisa melewati semuanya dengan kuat. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD